Reporter : Yan Muhardiansyah
Kamis, 25 April 2013 18:49:14
KategoriPeristiwa
Berita tag terkaitPistol milik pria di Ciputat barang pasar gelapPolisi tangkap 3 bandar, 1,65 Kg sabu disita
Keluarga
dari Selly Satria Aprianto alias Kiki (26), menilai polisi bertindak berlebihan
dan melanggar hukum. Kiki adalah satu dari dua tersangka yang tewas ditembak
petugas Direktorat IV Bareskrim Mabes Polri di Medan beberapa hari lalu.
Karena itu, pihak keluarga mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, atas
apa yang menimpa Kiki.
"Kami mengadu karena abang saya diperlakukan seperti ayam potong. Di
tangannya kami temukan ada bekas gari (luka sayat), tapi dia ditembak tujuh
kali. Kalau pun abang saya memang salah, apakah memang harus ditembaki seperti
itu? Kalau dia hidup kan bisa diperiksa untuk mengungkap jaringannya,"
kata Selly Ledita Amelia (23), adik Kiki, di kantor LBH Medan, Jalan Hindu,
Medan, Kamis (25/4).
Pihak keluarga datang ke LBH Medan membawa sejumlah barang milik Kiki di
antaranya kaos lengan pendek dengan empat lubang yang disebut sebagai bekas
peluru. "Baju ini sengaja tidak kami cuci. Di baju ini ada empat lubang,
tapi di tubuh abangnya ada 7 lubang bekas peluru, karena ada peluru yang kena
di tangan," ucap Selly sambil mengangkat baju Kiki.
Dia menjelaskan, selain di tangan, lubang bekas peluru juga didapati di bagian
dada, perut dan punggung Kiki. "Kami nggak tahu apakah luka-luka itu
tembus," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, tindakan berlebihan petugas polisi dapat dilihat
dari tayangan televisi. Menurutnya, dalam tayangan televisi Kiki dalam keadaan
diborgol dan terlihat sedang memberi keterangan ke polisi.
"Berarti kan dia bekerja sama, jadi kenapa ditembaki," jelasnya.
Selly datang ke LBH Medan bersama ibunya, Elis Santi (43) dan bibinya, Bebas
Sari (53). Sejumlah kerabat mereka juga tampak menunggu di sana.
Pengaduan keluarga Kiki diterima Kepala Divisi Advokasi, HAM dan Tipikor LBH
Medan, Irwandi Lubis. "Kami hari ini menerima pengaduan dari korban
penembakan yang diduga sebagai bandar narkoba. Keluarga sudah teken kuasa agar
LBH mengawal kasus ini karena polisi dinilai telah melakukan judicial
killing," ucap Irwandi.
Pihaknya mengaku telah melihat sejumlah bukti yang dibawa keluarga Kiki.
Menurutnya, bukti-bukti tersebut menguatkan tidak adanya perlawanan yang
dilakukan Kiki saat ditangkap polisi.
Pihaknya akan langsung mengadu ke Kapolri dan mendesak pembentukan tim untuk
menyelidiki kasus tersebut. Selain itu, LBH Medan juga akan mengadukan kasus
ini kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kami melihat ini kejahatan yang serius yang dilakukan aparat negara. Kita
tidak boleh membiarkan kepolisian meletakkan hukum di bawah kakinya," ucap
Irwandi.
Seperti diberitakan, dua orang tersangka pengedar narkoba tewas dalam operasi
penangkapan di Medan, Selasa (23/4) petang. Ramadhan P Kesuma (26) tewas di
Hotel Grand Aston Medan dan Selly Satria Aprianto alias Kiki (26) tewas di
Perumahan Bukit Hijau Regency, Medan Selayang.
Polisi menyatakan Ramadhan ditembak karena melakukan perlawanan, sedangkan Kiki
ditembak karena mencoba melarikan diri.
[dan]
http://www.merdeka.com/peristiwa/keluarga-tersangka-narkoba-tak-terima-polisi-tembak-mati-kiki.html
Reporter : Yan Muhardiansyah
Karena itu, pihak keluarga mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, atas apa yang menimpa Kiki.
"Kami mengadu karena abang saya diperlakukan seperti ayam potong. Di tangannya kami temukan ada bekas gari (luka sayat), tapi dia ditembak tujuh kali. Kalau pun abang saya memang salah, apakah memang harus ditembaki seperti itu? Kalau dia hidup kan bisa diperiksa untuk mengungkap jaringannya," kata Selly Ledita Amelia (23), adik Kiki, di kantor LBH Medan, Jalan Hindu, Medan, Kamis (25/4).
Pihak keluarga datang ke LBH Medan membawa sejumlah barang milik Kiki di antaranya kaos lengan pendek dengan empat lubang yang disebut sebagai bekas peluru. "Baju ini sengaja tidak kami cuci. Di baju ini ada empat lubang, tapi di tubuh abangnya ada 7 lubang bekas peluru, karena ada peluru yang kena di tangan," ucap Selly sambil mengangkat baju Kiki.
Dia menjelaskan, selain di tangan, lubang bekas peluru juga didapati di bagian dada, perut dan punggung Kiki. "Kami nggak tahu apakah luka-luka itu tembus," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, tindakan berlebihan petugas polisi dapat dilihat dari tayangan televisi. Menurutnya, dalam tayangan televisi Kiki dalam keadaan diborgol dan terlihat sedang memberi keterangan ke polisi.
"Berarti kan dia bekerja sama, jadi kenapa ditembaki," jelasnya.
Selly datang ke LBH Medan bersama ibunya, Elis Santi (43) dan bibinya, Bebas Sari (53). Sejumlah kerabat mereka juga tampak menunggu di sana.
Pengaduan keluarga Kiki diterima Kepala Divisi Advokasi, HAM dan Tipikor LBH Medan, Irwandi Lubis. "Kami hari ini menerima pengaduan dari korban penembakan yang diduga sebagai bandar narkoba. Keluarga sudah teken kuasa agar LBH mengawal kasus ini karena polisi dinilai telah melakukan judicial killing," ucap Irwandi.
Pihaknya mengaku telah melihat sejumlah bukti yang dibawa keluarga Kiki. Menurutnya, bukti-bukti tersebut menguatkan tidak adanya perlawanan yang dilakukan Kiki saat ditangkap polisi.
Pihaknya akan langsung mengadu ke Kapolri dan mendesak pembentukan tim untuk menyelidiki kasus tersebut. Selain itu, LBH Medan juga akan mengadukan kasus ini kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kami melihat ini kejahatan yang serius yang dilakukan aparat negara. Kita tidak boleh membiarkan kepolisian meletakkan hukum di bawah kakinya," ucap Irwandi.
Seperti diberitakan, dua orang tersangka pengedar narkoba tewas dalam operasi penangkapan di Medan, Selasa (23/4) petang. Ramadhan P Kesuma (26) tewas di Hotel Grand Aston Medan dan Selly Satria Aprianto alias Kiki (26) tewas di Perumahan Bukit Hijau Regency, Medan Selayang.
Polisi menyatakan Ramadhan ditembak karena melakukan perlawanan, sedangkan Kiki ditembak karena mencoba melarikan diri.
No comments:
Post a Comment