Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) tak setuju jika Detasemen Khusus (Densus) 88 dibubarkan. Kabar itu justru membuat angin segar para teroris yang selama ini selalu terhambat aksinya oleh Densus 88.
Kepala BNPT Ansyaad Mbai menegaskan wacana pembubaran Densus 88 itu hanyalah bentuk salah kaprah. "Itu jelas sesat pikir, yang harus dibubarkan itu jaringan teroris dan orang-orang yang mengkampanyekan kebencian permusuhan negara," jelasnya di Bandung, Selasa (6/4).
Saat bicara Hak Asasi Manusia (HAM), baginya hanyalah sebagian kecil teroris yang tewas akibat ditembak Densus 88. Dari 900 teroris yang ditangkap, hanya sekitar 90 orang yang tewas setelah ditembak mati dalam penangkapannya.
"Kita hanya kurang dari 10 persen atau tidak sampai 90 orang yang mati," terangnya. Karenanya ia meminta apa dampak terburuk jika benar Densus 88 dan BNPT dibubarkan.
Dia pun membandingkan dengan Amerika Serikat yang di mana hampir 100 persen teroris ditembak mati. "Amerika yang disebut raja HAM hampir 100 persennya ditembak mati, sedangkan di Indonesia kurang dari 10 persen, tapi di Indonesia ini ribu-ribut," ucapnya.
Pembubaran itu menurutnya dikhawatirkan mendatangkan ancaman lebih besar. "Masa satuan yang itu dibubarkan. Itu memang suara teroris yang membuat angin segar, wajar, karena (Densus 88) selalu menghambat kerjanya," tandasnya.
(*/merdekacom)
Read more: http://news.atjehcyber.net/2013/06/bnpt-di-as-semua-teroris-ditembak-mati.html#ixzz2VFPHbXuQ
No comments:
Post a Comment