Sunday, 25 December 2011

Elsam: Polri Ibarat Benalu Masyarakat


Elsam: Polri Ibarat Benalu Masyarakat
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Massa gabungan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi bersama beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya menggelar aksi solidaritas di depan Istana Negara Republik Indonesia, Jakarta, Minggu (25/12/2011). Mereka menyuarakan penentangannya terhadap kasus pelanggaran HAM di Bima, Nusa Tenggara Barat, dan kasus pembakaran diri Sondang Hutagalung.


Tribunnews.com - Minggu, 25 Desember 2011 18:35 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi dinilai bertindak brutal terhadap pengunjuk rasa di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat. Tindakan tersebut terus mendapat kecaman. ELSAM atau Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat menilai tindakan aparat sudah melampaui batas kemanusiaan.
Direktur Eksekutif ELSAM Indriaswati Dyah Saptaningrum mengatakan tindakan aparat mencerminkan arogansi dan keterasingan dari masyarakat. Seharusnya mereka tetap melakukan upaya persuasif terhadap demonstran.
"Dalam peristiwa di Bima ini, aparat Kepolisian ibarat benalu yang tumbuh bersama-sama dengan tumbuhan, yang akhirnya justru menggerogotinya," ujar Dyah dalam rilis yang diterima Tribunnews.com di Jakarta, Minggu (25/12/2011).
Dikatakan Dyah, Polri tumbuh dan berkembang bersama-sama dari rakyat Indonesia. Tapi kemudian jadi pembunuh masyarakatnya sendiri. Mereka lupa bahwa pada akhirnya mereka akan turut terkubur juga bersama-sama dengan matinya “pohon Indonesia” yang mereka cederai dan gerogoti selama ini.
Polisi,selain melanggar HAM, juga melanggar prinsip yang dibuatnya sendiri seperti Perkap No. 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen, Pengamanan dan Organisasi, Perusahaan dan atau Instansi/Lembaga Pemerintah; Protap 01/2010 tentang Simulasi Penanganan Unjuk Rasa Anarkis dan yang paling penting, Protap No. 8 Tahun 2009 tentang Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia Dalam Implementasi Tugas-tugas Polri.
Sehari setelah bentrok, situasi keamanan di Pelabuhan Sape dan Bima secara berangsur-angsur kondusif. Pelabuhan Sape yang menjadi satu-satunya akses penyeberangan ferry dari NTB ke NTT telah beroperasi kembali. Sejumlah polisi masih berjaga-jaga di beberapa titik.
Aksi anarki massa pecah kemarin, setelah polisi melakukan pembubaran paksa terhadap pengunjuk rasa dari Front Reformasi Anti-Tambang (FRAT) yang menguasai satu-satunya jembatan penyeberangan ferry dari NTB ke NTT itu sejak 19 Desember 2011 lalu.

Penulis: Yogi Gustaman  |  Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com
http://www.tribunnews.com/2011/12/25/elsam-polri-ibarat-benalu-masyarakat

No comments:

Post a Comment