Friday 30 April 2010

Ditembak Dulu, Baru Disuruh Tandatangani BAP

MEDAN- Satu per satu kasus dugaan rekayasa yang dilakukan oleh aparat penegak hukum mencuat. Seperti yang dialami oleh M Zainal Abidin Nasution (45). Zainal disangka polisi telah melakukan penganiayaan terhadap Kesuma Wijaya dan istrinya Benty Puspa Kuanny. Tapi, Misiani, istri Zainal, tak yakin suaminya sebagai pelaku pembunuhan itu. Kini, Misiani menuntut keadilan.

Kasus pembunuhan yang menghebohkan itu terjadi 26 Mei 2009 lalu. Saat itu pengusaha spare part Kesuma Wijaya dan istrinya Benty Puspa ditemukan tergeletak di rumahnya Jalan Bandung No 90 C/D Medan. Kesuma Wijaya mengalami luka parah dan kritis sempat diboyong ke rumah sakit sebelum akhirnya tewas.

Selang beberapa jam, polisi berhasil menciduk Zainal setelah kakinya dihadiahi tembakan. Zainal Abidin dituduh menganiaya Kesuma Wijaya dan Benty Puspa Kuanny dengan menggunakan martil. Kasus itu kini sedang disidangkan di Pengadilan Negeri Medan. Zainal Abidin duduk sebagai terdakwa. Zainal Abidin didakwa JPU dengan Pasal 351 ayat 2 KUHPidana. Sepanjang sidang istrinya, Misiani terus mendampingi suaminya. Hingga kini Misiani tak percaya dengan apa yang polisi kepada suaminya.

"Tanpa ada bukti, polisi langsung menangkap suamiku dan dijadikan sebagai pelakunya, suamiku juga ditembak," kata Misiani (40), warga Jalan Bhayangkara, Medan Tembung saat di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, kemarin.

Dituturkannya, suaminya adalah korban dari rekayasa tindak pidana pembunuhan, dimana proses hukum suaminya kini sudah memasuki agenda pembacan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU), Iwan Ginting SH. Dari fakta di persidangan yakni keterangan saksi-saksi, barang bukti dan alat bukti tidak ada menunjukkan suaminya sebagai pelakunya.

"Ini hanya rekayasa dari pihak kepolisian," katanya didampingi penasehat hukum Zainal Abidin, Muslim Muis SH.

Sambil menikkan air mata wanita berjilbab itu menyebutkan, suaminya ketika itu dijemput dua petugas Polsekta Medan Kota dengan mengenderai mobil kijang warna merah pada tanggal 27 Mei 2009 pukul 11.00 WIB untuk dimintai keterangan terkait kasus pembunuhan Kusuma Wijaya. Tapi, pada sore harinya Misiani datang ke Polsekta Medan kota untuk melihat suaminya, namun tidak bisa ditemui.

Keesokan harinya, dirinya membaca media massa bahwa suaminya menjadi tersangka kasus pembunuhan dan telah ditembak oleh polisi akibat berusaha melarikan diri. Misiani selanjutnya pergi ke RS Brimobdasu untuk melihat suaminya. Setiba disana, dirinya diminta uang sebesar Rp3,8 juta untuk biaya operasi luka tembak. Karena tidak memiliki uang, dirinya hanya membayar panjar Rp2 juta.

"Saya tidak tahu apa benar suami saya terlibat kasus ini. Setelah di persidangan saya baru tahu bahwa suami saya tidak bersalah. Semua keterangan saksi yang dihadirkan saling bertentangan dan barang bukti juga tidak ada menunjukkan suamiku pelakunya. Ini rekayasa polisi dan suami saya yang dikorbankan," katanya.

Dia mengakui, sangat menganal bagaimana tipikal suaminya selama ini, mulai dari kelakuannya dan sikapnya. Mulai tudingan selingkuh dan membunuh, hal inilah yang tidak bisa diterimanya. "Saya berprasangka dengan adanya penembakan inilah saya semakin yakin bahwa ini rekayasa saja,"ucapnya sambil meneteskan air mata.

Kuasa hukum terdakwa, Muslim Muis SH mengatakan, dalam kasus ini polisi telah melakukan kesalahan besar dalam mengusut kasus ini. Bisa dilihat, banyak alat bukti yang tidak dijadikan barang bukti di berkas acara pidana (BAP) atupun di persidangan. Diyakini barang bukti yang digunakan di persidangan adalah hal yang diada-adakan.

"Kami minta agar polisi mencari pelaku sebenarnya dan otak pelakunya. Kami yakin, sesuai dengan hasil pemeriksaan di persidangan, bahwa Zainal Abidin sama sekali tidak terbukti sebagai pelaku pembunuhan," katanya.

Dia menyebutkan, kepada JPU mohon diminta melakukan tugasnya dengan baik sesuai hukum. Jika seseorang benar tidak bersalah, pantaslah untuk dituntut bebas. Begitu pula kepada majelis hakim yang merupakan wakil Tuhan di dunia. Janganlah putusan hukuman dijatuhkan kepada orang yang tidak bersalah. "Lihatlah bukti dan fakta persidangan, maka pantas Zainal Abidin tidak bersalah dan wajar dibebaskan," ucapnya.

LBH Medan selaku kuasa dari Zainal Abidin telah melakukan langkah-langkah pembelaan. Di mana barang bukti dan keterangan saksi M Sidik (petugas ronda), Ngatiyem (pembantu korban) saling berseberangan saat diuji dipersidangan. Selain itu, banyak sidik jari dan alat bukti di lokasi kejadian pembunuhan tidak dijadikan barang bukti oleh penyidik.

"Kenapa itu tidak dijadikan barang bukti oleh polisi. Ini kejanggalan sangat besar dan patut dipertanyakan. Apalagi celana yang disita polisi saat di perisdangan bukanlah milik Zainal Abidin," ungkapnya. Muslim memastikan, bahwa ada otak pelaku kasus pembunuhan Kusuma

Wijaya. Namun, Zainal Abidin dijadikan korban oleh pihak tertentu, sehingga segala cara dilakukan untuk menjerat Zainal Abidin sebagai pelaku pembunuhan.

Pihaknya bicara fakta yang terungkap di persidangan dan ditambah barang bukti serta keterangan saksi yang berseberangan satu sama lainnya.

Kapolsek Medan Kota, AKP Amri Z mengatakan, polisi menangkap dan menahan pelaku sudah sesuai dengan prosedur hukum yang ada. Selain itu, katanya, polisi menangkap dan mengungkap kejahatan bukan hanya dasar atas katanya-katanya saja, melainkan adanya bukti-bukti yang mengarah kepada sosok pelaku.

Sekarang ini, sebutnya, kasusnya juga sudah diserahkan ke Pengadilan Negeri (PN) Medan, tinggal menunggu apa putusan hakim. Bila dinyatakan keterangan saksi berbelit-belit dalam fakta persidangan, pihaknya hanya menunggu apa putusan hakim yang bisa menjerat pelaku.

“Kami serahkan apapun putusan pengadilan, tetap saja kami sudah melakukan penangkapan pelaku sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada,” sebutnya. (ril)

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=62977

Wednesday 28 April 2010

Pencuri Motor Ditembak Mati

Selasa, 27 April 2010 - 12:27 WIB


KARAWANG (Pos Kota) – Penjahat kambuhan kelompok pencuri sepeda motor alias curanmor dari Lampung, tewas ditembak polisi yang memburunya ketika memergoki pelaku sedang mengendarai hasil curiannya di jalan menuju Perumahan Karang Indah, Kelurahan Karangpawitan, Karawang, Senin malam pukul 21:30.

Kapolres Karawang, AKBP. Rudy Antariksawan, Sik, mengatakan, anggotanya terpaksa menembak pelaku, karena berusaha menyerang anggotanya saat akan ditangkap.

Begitu juga menurut Kasatserse AKP. Fahmi Reza, mengatakan, anggotanya sempat mengejar pelaku mulai dari jalan di depan Pertokoan Galuh Mas, Telukjambe. Padahal , sekitar 10 Km dari lokasi penembakan sudah diberikan tembakan peringtatan tiga kali ke udara supaya menyerahkan diri tetapi pelaku malah nekad berusaha melawan.

Petugas yang memeriksa mayat pelaku, di saku celananya menemukan kunci leter T yang biasa digunakan pelaku mencuri motor korbannya. Mayat pelaku malam itu juga dibawa ke kamar mayat RSUD Karawang, sedangkan motornya diamankan ke Mapolres Karawang.

Menurut kasartserse, pelaku merupakan salah satu penjahat kambuhan kelompok Lampung, yang biasa beroperasi curanmor di Karawang Kota. Mereka melakukan aksinya secara berkelompok bahkan mereka membawa senjata api.

Pelaku diburu petugas, setelah ciri-ciri pelaku dan motor yang digunakan pelaku sama dengan milik korbannya yang melaporkan kepada polisi. (nourkinan/B)

Migran Care Adukan Penembakan 3 TKI Malaysia Ke Komnas HAM

Senin, 26 April 2010 15:16 WIB

Para TKI (Antara)

Jakarta, (tvOne).

Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang buruh migran, Migrant Care Indonesia, mengadukan penembakan terhadap tiga orang tenaga kerja Indonesia di Malaysia kepada Komnas HAM di Jakarta, Senin (26/4).

"Penembakan yang dilakukan oleh polisi Malaysia yang mengakibatkan hilangnya nyawa ketiga pahlawan devisa tersebut merupakan pelanggaran HAM serius," kata Direktur Eksekutif Migrant Care, lembaga swadaya masyarakat (LSM) itu, Anis Hidayah di Jakarta, Senin (26/4).

Menurut Anis, hal tersebut juga bisa dinilai sebagai pelecehan terhadap martabat bangsa Indonesia yang menghormati prinsip-prinsip HAM. Dia menegaskan, belum ada perkembangan yang signifikan mengenai keseriusan pemerintah Malaysia dalam menuntaskan masalah penembakan tenaga kerja Indonesia (TKI) tersebut.

Bahkan menurut Anis, pihak keluarga juga tidak pernah menerima ucapan duka cita dari perwakilan negara Malaysia. Untuk itu, Migrant Care selain mengadukan hal ini kepada Komnas HAM juga menyerukan kepada berbagai organisasi HAM internasional seperti Dewan HAM PBB, Amnesty International, dan Human Rights Watch untuk segera melakukan investigasi terhadap penembakan tiga TKI oleh polisi Malaysia.

Berkaitan dengan hal ini, KBRI di Malaysia sudah mempertanyakan dan telah mengirim nota resmi kepada kementerian luar negeri, kementerian dalam negeri, dan kepolisian Malaysia untuk mempertanyakan adanya laporan berbeda mengenai penembakan tiga TKI asal Sampang.

Menurut laporan polisi Malaysia yang diterima KBRI, Kepala polisi Selangor Khalid Abu Bakar mengatakan, ketiga TKI itu merupakan anggota "Geng Gondol" yang terlibat perampokan 19 rumah di beberapa negara bagian Malaysia. Namun, KBRI menerima laporan dari beberapa teman TKI yang menjadi saksi melihat ketiga TKI itu dibawa baik-baik oleh polisi Malaysia untuk dimintai keterangan.

Menurut versi teman-temannya, Senin (15/4) tengah malam, tiga TKI asal Sampang, Madura sedang berada di kafe internet di flat mereka tinggal di kawasan Damansara. Ketiganya adalah Musdi, Abd Sanu dan Muhlis. Tiba-tiba, ada beberapa polisi datang dan membawa daftar nama yang mereka cari. Polisi tidak mendapatkan nama yang dicari, kemudian mengambil tiga TKI asal Sampang bernama Musdi, Abd Sanu dan Muhlis untuk dimintai keterangan.

Mereka kaget ketika Rabu, (17/4), membaca beberapa media cetak memberitakan tiga teman mereka mati ditembak polisi dengan cerita versi polisi. Ceritanya jauh berbeda dengan kesaksikan mereka. (Ant)

http://hukum.tvone.co.id/berita/view/37548/2010/04/26/migran_care_adukan_penembakan_3_tki_malaysia_ke_komnas_ham/

Sindikat Curanmor Lintas Daerah Dibekuk

Senin, 26 April 2010 | 19:30 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian Daerah DI Yogyakarta membekuk lima anggota komplotan pencuri kendaraan bermotor roda empat yang beroperasi lintas daerah. Sepanjang kiprahnya, komplotan ini telah mencuri setidaknya 13 mobil bernilai sekitar Rp 2 miliar.

Kelima tersangka itu yakni PM (45), IS (35), YG (32), HN (39), dan SBD (37). Tiga tersangka pertama yang berperan sebagai eksekutor atau yang lazim disebut pemetik terpaksa ditembak polisi di betis karena melawan saat akan ditangkap. Adapun HN dan SBD masing-masing berperan sebagai penadah dan perantara.

"Kami masih mengejar beberapa anggota komplotan lainnya. Dalam waktu dekat mudah-mudahan sudah bisa tertangkap," ujar Kepala Polda DIY Brigadir Jenderal (Pol) Sunaryono saat memberikan keterangan pers di Markas Polda DIY, Senin (26/4/2010).

Modus operandi yang digunakan komplotan ini yakni beroperasi pada malam hari dengan menggunting gembok pagar rumah korban. Setelah memecahkan kaca mobil, eksekutor membongkar sistem kemudi dengan bor tangan dan membawa kabur kendaraan.

Khusus di DIY, komplotan ini telah beraksi delapan kali sejak 2009. Selain DIY, Sunaryono mengatakan, komplotan ini juga kerap beraksi di Jawa Timur (Surabaya dan sekitarnya) serta Jawa Tengah (Semarang dan sekitarnya). "Kami juga berkoordinasi dengan Polda Jatim dan Jateng serta polres-polres terkait untuk menangkap para tersangka," ujarnya.

Kepala Unit II Direktorat Reserse Kriminal Polda DIY Ajun Komisaris Besar Juwandani menambahkan, pengungkapan kasus ini dimulai dari tertangkapnya PM di Kabupaten Sleman, DIY. Dari situ, polisi mengembangkan penyelidikan hingga memperoleh nama-nama tersangka lain yang terlibat.

Pada 11 April, pemburuan para tersangka dilakukan di daerah Sragen (Jawa Tengah) dan Pasuruan (Jawa Timur). Di Sragen, polisi membekuk SBD dan di Pasuruan menangkap IS, YG, dan HN.

http://regional.kompas.com/read/2010/04/26/19305412/Sindikat.Curanmor.Lintas.Daerah.Dibekuk

Saya Ditembak dari Dekat

* Aktivitas PT SPS Masih Lumpuh

Tue, Apr 27th 2010, 12:16

Muyid Dani (18) warga Desa Alue Raya, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya merupakan korban tembak oleh aparat keamanan yang terjadi Sabtu (24/4) lalu.SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ditembak dari dekat, hanya berjarak tiga meter, itulah pengakuan maupun yang dialami Muyid Dani (18). Pemuda Alue Raya, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, ini diduga ditembak oknum Brigade Mobil (Brimob) yang sedang menjaga PT Surya Panen Subur (SPS) Nagan Raya, pada Sabtu (24/4) sore, sehingga kaki kanannya luka dan tembus ke kaki kiri.

Kepada Serambi, Senin (26/4) kemarin, dengan suara terbata-bata sembari terbaring lemah di ruang rawat bedah RSUD Nagan Raya, Muyid mengaku tak sedikit pun punya firasat pada hari itu bakal diterjang peluru. “Ini kan masa damai, mana terpikir bakal ada aparat bersenjata yang main tembak seperti itu,” kata lulusan SMP ini.

Begitu kaki kanannya ditembak, kemudian tembus ke kaki kiri, Muyid mengaku langsung tersungkur ke tanah. Ia merasakan sakit yang luar biasa, namun kesadarannya tidak hilang. Muyid masih bisa mendengar dengan jelas instruksi oknum Brimob yang menembaknya. “Bukannya ditolong, saya justru diperintah berdiri oleh Brimob itu. Jelas saya tak mampu, karena kedua kaki saya luka ditembak. Yang bisa saya lakukan saat itu adalah menjerit sejadi-jadinya,” ungkap Muyid.

“Oknum Brimob itu juga bilang pada saya, supaya saya jangan main-main dengan mereka. Kalau cari-cari masalah, maka rasakan sendiri akibatnya,” ujar Muyid menirukan ucapan seorang Brimob yang mendornya. Mendengar ucapan seperti itu dan merasakan tembakan di kakinya, Muyid sontak teringat pada gaya sebagian aparat pada masa konflik Aceh dulu saat berhadapan dengan warga sipil.

Dalam situasi seperti itu, bukan saja kesakitan, Muyid juga merasa sangat kesepian. Dia seorang diri menahan perih. Sedangkan rekannya, Hendra Wardani yang sama-sama dengannya diuber Brimob menggunakan mobil, ternyata berhasil melarikan diri. “Dia lari pasti karena takut akan mengalami hal seperti yang saya alami,” ujar Muyid.

Setelah kejadian itu, sambung Muhyid, ia langsung dibawa oknum Brimob menuju pos polisi terdekat. “Tapi karena takut dipukul lagi, saya pun pura-pura tak bisa lagi melihat karena sangat pusing, sehingga saya langsung diboyong ke puskesmas terdekat.” Saat menuju maupun sesampai di puskesmas itulah banyak warga yang melihat Muyid berdarah-darah akibat tembakan aparat, sehingga banyak warga yang marah.

Sebagaimana diberitakan Serambi, Minggu (25/4) lalu, warga yang diperkirakan ribuan orang dari sejumlah desa di Kemukiman Seuneuam IV, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, Sabtu malam mengamuk dan menyerbu ke PT SPS di Desa Pulo Kruet, Darul Makmur. Berbagai fasilitas perusahaan perkebunan sawit itu dibakar, termasuk puluhan mobil perusahaan. Bahkan pos polisi ikut diserang.

Dampak penyerbuan dan pembakaran fasilitas perusahaan serta mes karyawan tersebut, menyebabkan ribuan pekerja melarikan diri. Amuk itu disebut-sebut sebagai reaksi massa atas tertembaknya Muyid pada Sabtu (24/4) sore yang diawali percekcokan antara Muyid bersama seorang temannya dengan seorang anggota Brimob yang bertugas menjaga lokasi PT SPS. Ujung-ujungnya, oknum Brimob itu menembak kaki Muyid. Dalam kondisi berluka tembak, pemuda itu pun akhirnya dirujuk dari puskesmas ke IGD RSUD Nagan Raya di Ujong Fatihah.

Diawali rakit
Menurut Muyid, sebelum kakinya ditembak, ia bersama temannya, Hendra Wardani yang naik sepeda motor dikejar-kejar oleh dua aparat Brimob yang mengendarai mobil. Awal kisahnya, dua oknum Brimob itu meminjam rakit milik warga setempat. Tapi setelah mereka gunakan menyeberangi sungai, tidak dikembalikan sebagaimana mestinya. Saat itu Muyid dan Hendra sedang membersihkan kebun. Di tangan keduanya ada parang.

Saat Muyid memberanikan diri minta rakit itu dikembalikan, kedua aparat keamanan itu justru berkata kasar. “Kami disuruh berenang untuk mengambil rakit itu. Ini membuat kami kesal,” ujar Muyid. Namun, tak lama kemudian, seorang karyawan PT SPS yang kebetulan berada di dekat aparat tersebut langsung mengembalikan rakit tersebut secara diam-diam, tanpa sepengetahuan mereka.

Saat mereka kembali, kata Muyid, rakit itu sudah berada kembali di posisi semula. Namun, kedua aparat Brimob dan karyawan PT SPS itu tak lagi terlihat di lokasi. Muyid dan Hendra akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Akan tetapi, di tengah perjalanan, aku Muyid, mereka dihadang oleh sebuah kendaraan dan palang yang terkesan menutup jalan. Itu terjadi di depan pos security dan pos Brimob, sehingga celah jalan yang tersisa hanya cukup untuk dilewati satu sepeda motor saja.

Tak ambil peduli dengan rintangan itu, Muyid dan Hendra langsung melewatinya dengan harapan bisa cepat tiba di rumah. Tapi tiba-tiba, kata Muyid, mereka dikejutkan oleh suara teriakan seorang oknum Brimob yang meminta mereka berhenti. Kesan Muyid, teriakan itu hanya untuk cari-cari masalah sehubungan dengan soal rakit tadi siang. Tak mau ambil risiko, Muyid dan Hendra akhirnya menghindar. Mereka tancap gas naik sepeda motor. Lalu dikejar aparat naik mobil sejauh beberapa kilometer hingga berhasil dicegat di sekitar perumahan warga di Desa Alue Raya, Kecamatan Darul Makmur.

Saat itulah, kata Muyid, ia yang hanya berdua dengan hendra langsung dihampiri oleh oknum Brimob. Tendangan sang aparat mengarah ke dadanya. Namun, tendangan menggunakan sepatu PDL itu berhasil ditahan korban dengan tangan kirinya, sehingga ia tersungkur ke tanah. “Saya disuruh berdiri lagi dan tiba-tiba datang dua anggota Brimob lainnya langsung menembak kaki kanan saya dari jarak dekat, ya sekitar tiga meter,” jelas Muyid dengan sorot mata ketakutan. Akibatnya, ia langsung tersungkur dengan kondisi kaki berdarah-darah, sedangkan Hendra melarikan diri.

Segera dioperasi
Kondisi Muyid kemarin dilaporkan belum menggembirakan. Pasalnya, kaki kanan korban mengalami patah tulang disertai retak, sehingga harus dioperasi. Selain itu, di kaki kiri Muyid terdapat serpihan peluru yang tersangkut di pergelangan kakinya.

Direktur RSUD Nagan Raya, dr T Yusrizal Hasri kepada Serambi kemarin mengatakan, kaki kanan dan kiri Muyid harus segera dioperasi. “Kalau tidak kita lakukan penanganan secepatnya, maka kemungkinan terburuk pasti bakal terjadi pada pasien, dan saya tak mau ambil risiko dalam hal ini,” jelasnya.

Untuk itu, tim medis RSUD Nagan Raya akhirnya merujuk korban ke RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh, Senin (26/4) petang kemarin. Sementara itu, aparat Polres Nagan Raya hingga kemarin terus memeriksa sejumlah saksi maupun personel Brimob Kompi IV Kuala, yang bertugas sebagai pengaman di PT SPS pada hari kejadian itu.

Kapolres Nagan Raya, AKBP Drs Ari Soebijanto melalui Kasat Reskrim Iptu Handoko yang ditanyai Serambi kemarin menyatakan, pihaknya hingga kini masih terus mengumpulkan keterangan dari saksi yang melihat langsung penembakan itu yang diawali percekcokan antara tersangka pelaku dengan korban.

Hendra kembali
Sedangkan Hendra yang menghilang setelah Muyid ditembak, Senin kemarin telah kembali ke rumahnya. Namun, ia masih trauma terhadap kejadian yang menimpa rekannya. Tim penyidik akan memintai keterangannya setelah berkoordinasi dengan aparat desa setempat.

Di samping itu, kata Iptu Handoko, pihaknya hingga kini masih meminta keterangan dari sejumlah warga Kemukiman Seneuam IV, mengingat insiden penembakan itu terjadi di luar kompleks perusahan dan tak ada kaitannya dengan perusahaan itu. “Intinya kasus penembakan ini terjadi karena persoalan pribadi antara korban dan pelaku,” jelasnya.

Masih lumpuh
Pascaamuk massa yang terjadi tiga hari lalu, aktivitas perkantoran milik PT Surya Panen Subur (SPS) Nagan Raya yang berada di Desa Pulo Kruet, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya hingga kini dilaporkan masih lumpuh. Tak diketahui secara pasti kapan perusahaan perkebunan milik swasta itu beroperasi kembali.

Manager Community Development Area PT SPS Nagan Raya, Ir M Basir Hasan kepada Serambi kemarin menyatakan, pihaknya sangat menyesalkan insiden penembakan warga sipil itu. Sebab, akibat penembakan itu ramai warga akhirnya melampiaskan kemarahannya dengan membakar mes, kantor, poliklinik, dan kendaraan PT SPS, sehingga menimbulkan kerugian sekitar Rp 2 miliar. PT SPS Nagan Raya menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus itu kepada kepolisian, berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Menyangkut biaya pengobatan terhadap korban penembakan, menurut Basir, sepenuhnya ditanggung Polres Nagan Raya.
(edi)

Akses m.serambinews.com dimana saja melalui browser ponsel Anda.

http://serambinews.com/news/view/29462/saya-ditembak-dari-dekat

Monday 26 April 2010

Tersangka Gembong Pencuri Kendaraan Bermotor Dibekuk

Teguh Hadi Prayitno
26/04/2010 11:48
Liputan6.com, Semarang: Tiga tersangka gembong pelaku pencuri kendaraan bermotor yang sudah ratusan kali beraksi berhasil dilumpuhkan jajaran Kepolisian Wilayah Kota Besar Semarang, Jawa Tengah. Salah satu dari tersangka terpaksa ditembak dengan timah panas di bagian kaki karena mencoba kabur saat ditangkap.

Menurut catatan polisi, ketiga tersangka bisa mencuri sepeda motor sedikitnya tiga unit dalam sehari. Kendaraan bermotor yang dicuri dari areal pemukiman dan kampus itu kemudian dilarikan ke luar kota seperti Kudus, Pati, dan Demak.

Hingga Senin (26/4), petugas telah mengamankan sedikitnya 80 unit sepeda motor curian. Penyelidikan terus dilakukan karena beberapa pelaku lain disinyalir masih berkeliaran.
Sebelumnya seorang gembong pencuri kendaraan bermotor di Lumajang, Jawa Timur, tewas kehabisan darah setelah ditembak lima butir peluru [baca: Gembong Curanmor Tewas Ditembak].(WIL/YUS)

http://berita.liputan6.com/hukrim/201004/274274/Tersangka.Gembong.Pencuri.Kendaraan.Bermotor.Dibekuk

Saturday 24 April 2010

Polisi Penembak 2 Warga Belum Diadili

Sabtu, 24 April 2010 | 22:41 WIB

- Sarif Kadir (35) dan Mustari (60), korban penembakan oleh anggota polisi, mempertanyakan keseriusan Kapolda Sulselbar Irjen Pol Adang Rochjana dalam mengusut kasus yang dilaporkan sejak September 2009 itu.

Didampingi kuasa hukumnya dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Sabtu (24/4/2010), bapak dan anak itu mengaku hingga kini laporan itu belum ditanggapi. "Kami mendatangi bapak Kapolda hanya untuk meminta penjelasan mengenai kelanjutan kasus klien kami," kata Direktur LBH Makassar, Abdul Muthalib.

Kabid Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Hery Subiansaury, mengatakan, kasus ini masih dalam proses penyelidikan. "Pak Kapolda sangat serius memroses kasus ini, tetapi kita juga harus memegang azas praduga tidak bersalah. Kalau terbukti melakukan pelanggaran dan pidana maka pasti akan diproses sesuai hukum yang berlaku," katanya.

Sementara itu, Kapolres Gowa AKBP Rudy Hananto mengaku jika semua kasus itu terjadi saat korban Sarif yang akan ditangkap, melakukan perlawanan. Saat itu, ungkap kapolres, Sarif yang sudah menjadi daftar pencarian orang (DPO) Polsek Bontonompo dan Polsek Bajeng hendak ditangkap oleh gabungan tim Reskrim Polresta Gowa dan Polsekta Bontonompo.

Syarif digerebek di rumahnya di Desa Sawakun, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar karena kasus pencurian ternak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Saat itu, Mustari langsung membawa parang dan mengamuk sehingga membuat anggota lengah dan akhirnya Sarif melarikan diri.

Polisi kemudian memberikan tembahan peringatan tetapi Sarif tidak mengindahkannya sehingga akhirnya ditembak. "Anggota akhirnya terpaksa anggota menembak mereka," ujarnya.

http://regional.kompas.com/read/2010/04/24/22413671/Polisi.Penembak.2.Warga.Belum.Diadili

Polisi Tembak Pemerkosa Bocah di Bali

INILAH.COM, Bali - Aparat kepolisian di Bali terpaksa menembak tersangka pemerkosa puluhan bocah di Bali. Dia adalah Salvador Da Costa Soares.

Penangkapan terhadap penculik dan pemerkosaan bocah yang menggegerkan Denpasar, Bali disampaikan kepada wartawan Sabtu (24/4) oleh Polsek Densel (Sanur).

Pria 28 tahun itu ditangkap di Jalan Pulau Moyo Denpasar. Polisi berhasil menggiring tersangka yang tinggal di Jalan Pulau Moyo, itu dari HP. Menurut polisi, terungkapnya tersangka itu karena HP tersangka tertinggal.

Dari HP itu ditemukan ada sobekan kertas berisi nomor handphone pelaku yang dititipkan oleh korban.

Polisi kemudian memburu dan menguntit tersangka sejak 16 April lalu. Waktu itu Salvador sempat melakukan pemerkosaan di Jalan Pulau Moyo Jumat (16/4). Akhirnya baru Kamis sore (22/4) polisi berhasil menghentikan langkah Salvador dan menggiringnya ke tahanan Polsek Densel.

Pelaku diketahui memiliki dua KTP, Bali dan Viqueque, Timor Leste. Modusnya, selalu berpura-pura mencari tempat kos dan rumah kontrakan untuk sementara waktu.

Selama mencari-cari rumah kontrakan, pelaku berusaha semampunya merayu bocah yang dilihatnya.

Setelah korbannya terjerat, korban untuk diajak ke sebuah tempat. Setelah diperkosa, pelaku malah memberikan korban secarik kertas berisi dua nomor HP miliknya.

Dari nomor HP yang ditinggalkan oleh tersangka itulah, polisi melakukan pengejaran. Pelacakan terhadap tersangka pemerkosaan juga menggunakan alat ukur HP yang dimiliki polisi.

Dari hasil interogasi pihak kepolisian semalam suntuk di Polsek Denpasar Selatan, pelaku mengakui dalam melakukan aksinya hanya untuk memuaskan hasrat seksualnya.

Polisi juga menyita beberapa barang bukti. Di antaranya, celana dalam, celana pendek, kaus, sprei yang digunakan sebagai tempat peraduan antara korban dengan pelaku. Polisi juga melakukan penyitaan terhadap Hp, KTP, dan SIM card Hp.

Tersangka sendiri dua kakinya terluka karena ditembak polisi. Itu terjadi karena tersangka berusaha kabur saat akan ditangkap.{*/ims]

http://inilah.com/news/read/politik/2010/04/24/486471/polisi-tembak-pemerkosa-bocah-di-bali/


Hasil Komplotan Perampok di Surabaya Dibeber

Rois Jajeli - detikSurabaya



Surabaya - Hasil komplotan pelaku perampokan di Jalan Dinoyo 24 Surabaya dibeber polisi. Hasilnya, polisi mengamankan tiga senjata tajam jenis badik, mesin gerinda, obeng, besi pencongkel, serta hasil aksinya di 18 TKP lainnya.

"Mereka ini sudah beraksi di mana-mana. Selain di Tegalsari, juga beraksi di wilayah Sawahan, Gubeng, Polres Mojokerto, Polres Jombang dan Pasuruan," kata Kapolres Surabaya Selatan AKBP Bahagia Dachi kepada wartawan di Mapolsek Tegalsari, Jalan Basuki Rahmat, Jumat (23/4/2010).

Pelaku perampokan ini dikenal dengan komplotan Makassar, karena mereka berasal dari daerah Makassar. Tersangka yakni Riswan Alamsyah (32) Minasa Upan, Gunungsari-Makassar, Sony Sayafii (33) beralamat di Monginsidi- Maricaya Baru-Makassar dan Tommy Haris (32) warga Mamajang Dalam, Makassar. Sedangkan dua tersangka lainnya masih diburu polisi.

Komplotan perampok ini sudah beraksi di kawasan Tegalsari seperti Jalan Kedungsari 12, Kedungklinter I/77, Jalan Kartini 111, Jalan Dinoyo 24. Sedangkan di Jalan Dhoho No 38, No 41 dan 45 tidak mendapatkan hasil.

Kemudian di wilayah Polsek Sawahan di Jalan Tidar dan Jalan Kinibalu. Polsek Gubeng di Jalan Ngagel Jaya Tengah berhasil mendapatkan hasil uang tunai dan perhiasan nilainya total sebesar Rp 170 juta, serta di luar wilayah Surabaya seperti Jombang 2 kejadian, Mojokerto 5 kejadian dan Pasuruan 1 kejadian.

Barang bukti yang diamankan polisi dari tempat kos tersangka Riswan dan Sony di Wonokitri serta Tommy di Petemon diantaranya tiga senjata tajam jenis badik, satu set kikir, 1 tuas linggis, kunci pas, gergaji besi, mesin geranda, obeng, TV 21 inci, 2 unit sepeda motor Yamaha Jupiter MX nopol N 2508 TE serta Honda Supra Fit nopol B 6632 SB, belasan jam tangan wanita dan barang bukti lainnya.

"Bagi warga yang menjadi korban mereka, silahkan datang ke Polsek Tegalsari," jelasnya.

Sementara Kapolsek Tegalsari AKP Ronny Tri Prasetyo Nugroho mengaku bahwa komplotan dari Makassar ini tiap beraksi bisa 5 sampai 10 orang. Sasarannya adalah rumah-rumah yang ditempati orang-orang sudah tua.

"Mereka ini selalu mobile. Setiap beraksi bisa 5 sampai 10 orang. Sasarannya kalau ada tamu dan pembantu duduk di depan rumah, mereka langsung beraksi. Kadang modus mereka menyaru meminta bunga dan ingin memetik sendiri. Saya mengimbau kepada masyarakat, kalau ada orang meminta bungan dan ingin memetik sendiri, jangan dibukakan," jelas Ronny.

Sebelumnya, ketiga tersangka itu kakinya ditembak polisi karena kepergok merampok perhiasan dan uang Rp 425 ribu di rumah milik Sandra (65) warga Jalan Dinoyo 24 Surabaya, Selasa (20/4/2010). Sedangkan dua rekannya kabur dan masih dalam pengejaran polisi.
(roi/fat)

http://surabaya.detik.com/read/2010/04/23/132316/1344120/466/hasil-komplotan-perampok-di-surabaya-dibeber

Friday 23 April 2010

Senggolan Motor Polisi Tewas Ditembak

INILAH.COM, Bandung - Pembunuhan anggota Polisi Polwiltabes Bandung Briptu Endang Wahyudi akhirnya terungkap. Gara-garanya senggolan motor dan 'dor' anggota polisi itupun tewas.

Pelakunya Robin Winaldo Saragih, dibekuk setelah diburu hampir tiga bulan oleh tim gabungan Polda Jabar, Polres Garut dan Polwil Priangan.

Robin ditangkap di rumahnya di daerah Ngawi, Jawa Timur, dan hingga Jumat siang ini masih menjalani pemeriksaan.

"Tersangka perampok sadis. Kami masih mengejar sejumlah pelaku lainnya,” kata anggota polisi di Polres Garut, Jumat siang.

Robin menembak anggota polisi Endang yang bertugas di Pam Obvit Polwil hingga tewas, lantaran dendam setelah korban menyenggol motornya.

Untuk melampiaskan dendamnya, tersangka dan dua temannya membuntuti korban usai main bola di kampung halamannya di Leles Kabupaten Garut.

"Dugaan sementara motif penembakan tersangka ke korban lantaran dendam,” ujarnya lagi.

Tersangka Robin CS lanjutnya, tercatat sebagai pelaku perampokan di sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan, tersangka diduga kuat merampok di SPBU di kota Garut.

Robin terjun ke dunia kejahatan sejak tahun 2005. Dia melakukan kejahatan di Sumatera Utara, Jambi, Jawa Timur, dan kota Garut.

Dalam catatan polisi, komplotan ini telah menembak 3 orang korban sipil dan 6 anggota polisi, termasuk Briptu Endang.

Setelah hampir tiga bulan mencarinya, akhirnya Rabu subuh kemarin tim berhasil menemukan tempat persembunyian Robin dan meringkusnya. [wdh]



http://inilah.com/news/read/politik/2010/04/23/484411/senggolan-motor-polisi-tewas-ditembak/

6 Polisi Dibunuh, Perampok Mengaku Eks-TNI

JUM'AT, 23 APRIL 2010

VIVAnews - Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Pribahasa ini yang tepat bagi Rahman alias Robin Winaldo Saragih alias Ulianto pelaku perampokan sadis yang akhirnya dibekuk setelah berulang kali kabur.

Robin ditangkap di rumahnya, Ngawi pada Rabu 21 April 2010. Dia dicokok setelah belasan kali merampok di Sumatera Utara, Jambi, dan Ngawi. Dalam melakukan aksinya, Robin tak segan-segan menembak mati korbannya.

"Ada 3 warga sipil yang dia bunuh, yakni pegawai perusahaan swasta di Jambi, bos kelapa sawit dan satpam di Medan. Selain itu dia membunuh 6 polisi di lokasi saat melakukan aksi," kata Wakil Direktur I Keamanan Transnasional Bareskrim Mabes Polri Komisaris Besar Iriawan, saat dihubungi wartawan, Jumat 23 April 2010.

Iriawan menjelaskan, sejak 2005 pelaku melakukan tindak pencurian dan kekerasan. Seorang anggota Polri berpangkat Aiptu meninggal dunia jadi korban saat melakukan pengawalan uang perusahaan kelapa sawit di Sumatera Utara.

Kemudian pada September 2009, lanjut Iriawan, Robin pindah ke Garut. Dia menikahi Elsa. Sempat pindah ke Bandung selama satu bulan, Robin kembali lagi ke Garut pada awal Februari 2010.

Robin kembali beraksi, saat pada 4 Februari dia didatangi temannya dan diajak mencuri lagi. Pada 8 Februari, Robin yang hendak melakukan aksinya bersinggungan dengan Briptu Wahyu di jalan. "Kemudian terjadilah keributan kecil," jelasnya.

Keributan itu tidak selesai di tempat. Setelah ribut, Rahman diam-diam membuntuti Wahyu sampai ke lapangan bola. "Saat jalan sepi, Briptu Wahyu ditembak pelaku," jelasnya.

Dari tangan pelaku, polisi menyita senjata AK 47, M16, SS1, Revolver buatan AS, pistol SNW, peluru 18 butir. Senjata itu diketahui adalah rampasan pelaku dari anggota polisi yang pernah dibunuhnya.

"Dia mengaku bisa menembak karena pernah menjadi tentara namun dipecat. Tapi kita akan cek kebenarannya ke Kodam Batalyon Aceh," tegas Iriawan yang tidak langsung percaya Robin adalah desersi.

Saat dilakukan penangkapan di rumahnya, Robin tidak mampu melawan karena senjata api yang dimiliki tak sempat diambil dari dalam lemari.

"Dia memang tergolong perampok paling berani, bahkan saat merampok SPBU Semarang, Ngawi, pelaku tetap tinggal di Ngawi dan tidak melarikan diri ke luar kota," ucapnya.

Selain itu, pelaku kerap kali merampok menggunakan baju seragam polisi yang dirampas saat membunuh perwira polisi. "Kami masih memburu 7 orang komplotan lainnya yang masih buron," tutup Iriawan. (hs)

http://nasional.vivanews.com/news/read/146187-6_polisi_dibunuh__perampok_mengaku_eks_tni

Thursday 22 April 2010

Sipir Rutan Tembak Mati Tahanan

Kamis, 22 April 2010 11:22


Muslim (35) tahanan kasus kepemilikan senjata tajam meninggal. Tiga butir timah panas bersarang di tubuhnya. Warga Jl Ki Rangga Wirasantika, Lr Jambi, RT 03/02, Kelurahan 29 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II (IB II) itu, tewas setelah ditembak Deki Yarta (23), sipir Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I, Jl Merdeka, Palembang.

Setidaknya, peluru kaliber colt 32 yang dilesakkan pelaku bersarang di tiga bagian tubuh korban. Perut kanan, dada kanan dan ketiak kiri hingga tembus ke bahu kiri. Kejadiannya sekitar pukul 17.30 WIB di halaman Rutan Kelas I Merdeka.

Korban sempat dilarikan ke rumah sakit AK Gani, namun nyawa Muslim tak tertolong. Yuliawati (29) istri korban melaporkan kejadian penembakan itu, ke Poltabes Palembang. Saat bersamaan, tersangka Deki diamankan petugas Unit Pidum Poltabes Palembang untuk dimintai keterangan.

Kepada petugas unit pidum Poltabes, tersangka mengaku insiden tersebut lantaran korban mencoba melarikan diri dan hendak merebut senjata api miliknya. Diceritakannya, sekitar pukul 16.30 Wib, ia sedang bertugas menjaga pintu Rutan.

Di ruang Portir, antara pintu utama dan pintu kedua, ia bersama Dodi sopir dari pegawai Rutan Merdeka sedang menonton televisi. "Sambil jaga, waktu itu lagi nonton bola samo Dodi sopir," ujar tersangka ditemani pengacaranya, H. Bunyamin SH ketika diperiksa oleh penyidik di unit pidum Poltabes.

Selang beberapa menit, datang seorang wanita yang hendak menjenguk tahanan dan memberikan bekal. Usai menjalani pemeriksaan, pembesuk diantar oleh narapidana bernama Yahya.

Begitu lewat pintu ketiga, korban mencoba keluar. Saat berada di ruang antara pintu ketiga dan kedua, korban sempat dicegat dan dipegang oleh tersangka, tapi terlepas. Korban berhasil menembus pintu utama dan sudah berada di halaman luar rutan.
Tersangka berteriak dan minta korban tidak melarikan diri. Sempat menembakkan pistol ke atas satu kali, sebagai tanda peringatan. Nah, saat itulah korban mencoba memberikan perlawanan dengan mendekati tersangka. Mungkin, khawatir diserang, tersangka menembak korban sebanyak satu kali.

Korban belum nyerah dan terus berusaha mendekati tersangka. Jarak keduanya cukup dekat 1-1,5 meter. Takut terjepit, lagi-lagi tersangka melesakkan peluru ke arah tubuh tersangka. "Aku la teriak jangan berlari, terus aku nembak ke atas. Dia berbalik nak mendekatai aku, terus aku tembak satu kali di badannya. Karena masih bereaksi, aku tembak lagi. Tapi dia masih bereaksi dan aku tembak lagi badannya, terus baru dia roboh dan pegawai datang mendekat semua karena dengar suara tembakan," ujarnya lagi.

Korban yang telah roboh dilarikan para pegawai rutan yang lain ke rumah sakit AK Gani Palembang. Namun, nyawanya tak terselamatkan lagi. Jenazah dititipkan ke kamar jenazah RSMH dan hari ini baru akan divisum et repertum.

Yuliawati mengaku mendapat kabar bahwa suaminya tertembak sekitar pukul 17.30 Wib. Setelah dijenguk ke rumah sakit AK Gani Palembang, ternyata suaminya telah tewas. Atas kejadian ini, Yuliawati langsung melapor ke Poltabes.

Firman kakak korban shock. Ia sempat ribut dengan petugas rutan yang mengantar jenazah adiknya itu. Yuliawati sendiri mengecam keras tindakan tersangka yang telah menembak mati suaminya. "Ngapo nak di badan niam, kalu memang dio nak lari ngapo idak di kaki di tembak. Aku dak terima ngapo suami aku pacak ditembak," ujarnya.

Sebelum kejadian, Yuliawati, pukul 15.00 Wib sempat membesuk suaminya. "Setelah aku balek, sekitar pukul lima (17.00 WIB) suami aku sempat nelpon dan ribut-ribut kecil. Dia nanyo aku ada dimana dan dia kelihatan cemas dan percaya kalau aku ado di rumah," ujarnya.
Bagi keluarga, korban dikenal pendiam dan baik. Mereka juga menyesalkan penangkapan suaminya yang terkait atas kasus sajam. "Suami aku ditangkap sekitar 14 hari yang lalu. Dia ditangkap oleh Polsek IB II karena bawa sajam yang disimpannya di dalam jok. Padahal dia bukan nyelipkan pisau di pinggang, dia juga jujur waktu mau ditangkap."

Kapoltabes Palembang, Lucky Hermawan MSi melalui Wakasat Reskrim Poltabes Palembang, AKP Hans Rahmatullah Irawan mengatakan, tersangka DK masih dalam proses pemeriksaan. Dari informasi yang didapat luka tembak yang diterima korban sebanyak tiga lubang. "Saat ini masih dalam tahap pemeriksaan, luka tembak sebanyak tiga lubang nanti baru bisa diketahui setelah dilakuka visum," pungkasnya. (mg37/mg44)


http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=5814:sipir-rutan-tembak-mati-tahanan&catid=19:berita-utama&Itemid=66

Wednesday 21 April 2010

Pura-pura Minta Daun lalu Merampok

RABU, 21 APRIL 2010 | 07:54 WIB

Surabaya - Surya- Masih ingat kasus pencurian yang dialami Ny Lie Pie Ing, 74, warga Jl Tidar 105 Surabaya, 2 April lalu? Wanita renta itu kehilangan perhiasan —mas kawin pernikahan tahun 1957— senilai Rp 400 juta. Pelakunya tiga orang pria tak dikenal, yang datang dan berpura-pura meminta bunga melati untuk campuran obat.

Kejadian dengan modus sama terjadi lagi, Selasa (20/4) sekitar pukul 14.00 WIB. Korbannya, Ny Sandra, 71, warga Jl Dinoyo 24, Surabaya. Tetapi kejadian itu dipergoki polisi sehingga digagalkan. Bahkan tiga dari lima tersangka pelaku dilumpuhkan polisi setelah ditembak pada kaki masing-masing.

Ketiga pelaku itu adalah Soni Syafi’i, 40, Haris, 35, dan Irfan, 45. Adapun dua lainnya, salah satunya berinisial T, kabur. Kapolsekta Tegalsari, AKP Ronny Tri Prasetyo Nugroho, bersama anggota dan jajaran Reskrim Polresta Surabaya Selatan kini masih memburu dua pelaku.
Informasi yang dikumpulkan Surya, komplotan itu terdiri atas lima pelaku, dan biasa disebut sebagai kelompok Makassaran. Sebelum beraksi, menurut Ketut, 23, tukang tambal ban tak jauh dari lokasi kejadian, mereka sudah mondar-mandir di daerah sekitar Jl Dinoyo, sejak pukul 13.00 WIB.

”Pertama saya melihat dua orang berboncengan naik sepeda motor Yamaha Jupiter MX berhenti di mulut Jl Pajajaran. Kedua, mereka telepon-teleponan, datang seorang lagi jalan kaki mendatangi keduanya. Ngomong sebentar, terus berpencar lagi,” jelas Ketut.

Sekitar 10 menit kemudian, keduanya datang lagi dan langsung memarkir kendaraan di samping rumah nomor 22, yang juga berada di mulut Jl Pajajaran. Seorang pria datang, dan bergabung. Kemudian ketiganya berjalan menuju rumah Ny Sandra.

Pada saat sama, Ketut kedatangan pria mengendarai sepeda motor Yamaha Vega hitam, bilang mau beli bensin atau oli. Tapi, karena tidak ada bensin atau oli, pria itu minta tambah angin untuk dua ban sepeda motornya.

Tak lama kemudian Ketut melihat orang semburat dari arah rumah Ny Sandra. Kemudian dua orang mengejar dan berteriak minta tolong. Ternyata ada dua polisi mengejar tiga orang dengan berlari. Melihat itu, pria di depan kios Ketut langsung mengambil motor, menyeberang ke sisi lain Jl Dinoyo, kemudian disusul satu pria lain yang langsung naik ke boncengan dan melarikan diri ke arah barat, atau Jl Darmo Kali.

Ternyata komplotan itu beraksi di rumah Ny Sandra dan ketahuan dua anggota reskrim Polsekta Tegalsari yang memang membuntuti. Tiga pelaku masuk rumah Ny Sandra dengan pura-pura minta daun ratu, yang memang ada di di halaman rumah.

”Saat itu mereka ada bertiga. ketuk pagar, bilang minta daun untuk ramuan obat. Mau saya petikkan, mereka bilang harus petik sendiri. Jadi saya bukakan pintu pagar,” jelas Sandra, ketika ditemui di rumahnya.

Tak beda dengan modus yang dipakai mengecoh Ny Lie Pie Ing, salah satu sibuk memetik, salah satu mengalihkan perhatian Ny Sandra dengan mengobrol, dan salah satunya masuk lam rumah, mengobok-obok isi kamar Ny Sandra, mengambil uang Rp 450.000 dan cincin emas seberat 5 gram.

http://www.surya.co.id/2010/04/21/pura-pura-minta-daun-lalu-merampok.html?utm_source=feedburner&utm_medium=twitter&utm_campaign=Feed%3A+surya-online+%28SURYA+Online+-Portal+Berita+Jawa+Timur+Sebenarnya%29&utm_content=Twitter

Penjambret Tas Ditembak

Rabu, 21 April 2010 - 9:29 WIB

TANGERANG (Pos Kota)- Penjambret ditembak polisi. Pasalnya, keduanya kabur bahkan mengancam dengan golok saat ditangkap. Kini tersangka AD danm IB meringkuk di tahanan Polres Metro Tangerang.

Peristiwa itu terjadi Rabu 19 April 2010 pukul 20.10 Wib di Jalan Ks. Tubun Pasar Naru . Baru Tangerang (depan Boek Tek Bio). Kronologisnya, Saat itu Eni Lesmana, 23t, warga Jl. TMP Taruna No. 06/33 Suka Asih Tangerang naik sepeda motor bersama Lus Muklison, 31.
Setiba di tempat kejadian perkara, tiba-tiba dua tersangka yang mengendari sepeda motor Yamaha RX King merampas tas hitam yang dibawa oleh korban . Merasa dijambret, korban berusaha mengejar pelaku. Ketika di ujung jalan ada petugas Patko dan korban langsung berteriak minta tolong sehingga pelaku dapat diamankan.

Namun pelaku satu dari tersangka yakni IB melarikan diri sehingga anggota menembak kaki pelaku . Polisi lalu membawa IB ke RSU Tangerang sedangkan ptersangka AD diamankan di Restro Tangerang.

Polisi masih memintai keterangan dari tersangka. Sedangkan 1 unit sepeda motor KR R2 Yamaha RX King, 1 buah tas hitam dan 1 buah golok disita seabgai barang bukti. (binsar)

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/04/21/penjambret-tas-ditembak

Gembong Curanmor Tewas Ditembak

21/04/2010 22:52

Pencurian

Liputan6.com, Lumajang: Seorang gembong pencurian kendaraan bermotor tewas akibat ditembak anggota Reskrim Kepolisian Sektor Pasirian, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (21/4). Mukram, warga Desa Candipiro, Lumajang, kehabisan darah setelah lima butir peluru menembusi kaki, dada, dan kepalanya.

Polisi terpaksa menembak tersangka karena ia berusaha melawan saat ditangkap. Kini, polisi terus mencari komplotan tersangka yang telah diketahui identitasnya.(WIL/SHA

http://buser.liputan6.com/berita/201004/273592/Gembong.Curanmor.Tewas.Ditembak

Ditembak Mati Hanya karena Curi 3 Ayam

Rabu, 21 April 2010 | 16:16 WIB

SURYA/ais
Senapan angin maut dari Blitar yang menewaskan Sopiin, maling ayam dari Kediri.
BLITAR, KOMPAS.com — Semula Didik Suryanto (32) warga Dusun-Desa Tawangrejo, Wonodadi, Kabupaten Blitar, menjadi korban pencurian. Namun, kini dia berstatus tersangka karena diduga menembak mati Sopi’in (30) memakai senapan angin saat warga Desa Deyeng, Ringinrejo, Kabupaten Kediri itu tepergok mencuri tiga ayam Didik, Senin (19/4/2010) dini hari.

Menurut Kepala Satreskrim Polres Blitar AKP Edy Herwiyanto, awalnya peternak ayam itu diperiksa di Mapolres Blitar sebagai korban pencurian ternak ayam miliknya. Namun, dengan adanya korban tewas, akhirnya pemeriksaan diperdalam lagi.

“Ternyata terbukti, Didik menembak Sopi’in yang juga pencuri ternak ayam miliknya dengan senapan angin hingga tewas seketika,” ujar Edy, di kantornya. Tertembaknya Sopi’in diketahui banyak warga dan polisi. Hanya, saat itu polisi belum mengetahui penembak pria tersebut.

Kepala Satreskrim menjelaskan, pada Senin (19/4/2010) sekitar pukul 03.00 WIB, Didik bersama beberapa warga melakukan pengintaian terhadap Sopi’in yang terlihat mondar-mandir. Dia dicurigai sebagai maling ayam yang sering beraksi di desa tersebut.

“Dugaan warga ternyata benar. Sopi’in mendatangi kandang ayam milik Didik dan mencoba mencuri ayam,” ungkapnya. Didik yang memergoki Sopi’in langsung mengejar bersama beberapa warga lain.

Khawatir pelaku kabur, Didik menembak Sopi’in dengan senapan angin. Ternyata, tembakan senapan angin itu membuat korban roboh dan tewas seketika. “Berdasarkan keterangan beberapa saksi, awalnya (Didik) hanya ingin melumpuhkan pelaku. Tapi Didik justru mengeluarkan senapan dan menembaknya mengenai dada sebelah kanan hingga tewas,” terangnya.

Kata Edy, tersangka Didik dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang Perampasan Nyawa Orang Lain (pembunuhan), dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Didik langsung ditahan di Mapolres Blitar.

Polisi mengamankan barang bukti berupa sebuah senapan angin , tiga ayam, karung plastik, tampar, dan tali plastik. “Kami juga masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi lain yang diduga terlibat dalam tewasnya korban Sopi’in,” imbuhnya. (ais)