Friday 19 July 2013

Melawan Petugas, Pelaku Curanmor Ditembak Polisi

Anggota TNI Tewas Ditembak Polisi di OKU Sumsel

2 WNA Ditembak, Polisi Periksa 18 Saksi

INILAH.COM, Jakarta - Kapolres Jakarta Barat, Kombes Pol Fadil Imam mengatakan, pihaknya telah memeriksa beberapa saksi terkait kasus dua orang warga negara asing yang terkena tembakan di Apartemen Mediterania, Jakarta Barat.

"Sudah ada 18 orang saksi yang kita periksa, kini masih didalami lagi oleh penyidik," kata Fadil di Jakarta, Minggu (14/7/2013).

Dikatakan oleh Fadil, para saksi yang sudah dimintai keterangannya itu yakni 7 orang security, 7 juru parkir, satu pacar korban, 1 orang pemilik serta 1 orang agen apartemen dan 1 orang teman pacar korban.

"Kita akan lakukan rekon supaya teridentifikasi secara jelas kejadiannya, sebab kami sudah mengarah kepada pelakunya jadi biar tambah jelas lagi," terang dia.

Di samping itu, kata Fadil, pihaknya juga telah menyita beberapa barang bukti berupa proyektil, selongsong, 2 unit HP, rekaman cctv dan print out parkir. [mes]


http://metropolitan.inilah.com/read/detail/2010176/2-wna-ditembak-polisi-periksa-18-saksi#.UenNUeBMGZY

Dorr!! Dua Perampok Ditembak Polisi setelah Kepergok Korban


Timlo.net — Dua perampok siang tadi menjalankan beraksi di rumah mewah Jalan Narada, Pamulang, Tangerang Selatan. Aksi mereka berhasil digagalkan setelah pemilik rumah memergoki kedua pelaku dan petugas Polisi yang sedang patroli menghadiahinya dengan timah panas.
Informasi yang dihimpun peristiwa itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB siang tadi. Korban yang diketahui bernama Suharno memergoki dua orang pelaku dengan mengendarai motor matic masuk ke dalam halaman rumahnya.
Saat masuk, kedua pelaku langsung mengancam agar menyerahkan uang dan barang-barang berharga milik korban. Puas beraksi pelaku kemudian mencoba melarikan diri. Suharno yang tidak rela barang berharga miliknya dibawa lari, kemudian mengejar pelaku.
Disaat bersamaan, petugas patroli Polsek Metro Pamulang yang sedang berpatroli mengetahui kejadian tersebut. Dua pelaku yang hendak kabur dilumpuhkan dengan timah panas yang bersarang tepat di kakinya.
“Dua pelaku berhasil diringkus dan sedang dalam proses penyelidikan di Polsek,” ujarnya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, Komisaris Novi Nurohmad membenarkan peristiwa tersebut. Dia mengatakan pihaknya masih mengembangkan keterangan dari kedua pelaku.
sumber : merdeka.com
http://www.timlo.net/baca/68719504436/dorr-dua-perampok-ditangkap-polisi-setelah-kepergok-korban/

Coba Kabur, Buronan Rutan Baloi Ditembak Polisi

Rabu, 17 Juli 2013, 21:56
VIVAnews - Satu lagi tahanan kabur Rutan Baloi Klas II A Batam berhasil ditangkap petugas. Indra Kumar, tahanan kasus narkoba yang kabur ini terpaksa diberi hadiah timah panas pada betis sebelah kanan karena mencoba kabur dan melawan petugas pada penyergapan di Perumahan Marina View, Batuaji, Batam, Rabu 17 Juli 2013 sekitar pukul 17.00 WIB.

Kepala Unit Buru Sergap Satuan Reserse Kriminal Polresta Barelang, Inspektur Satu Andi Sofyan, mengatakan penangkapan terhadap Indra Kumar dilakukan di kediamanan keluarganya di wilayah Batuaji. Saat disergap petugas, pelaku mencoba melawan dan kabur.

"Kami terpaksa menembak betis kanannya karena melawan dan berusaha kabur dari penyergapan petugas di lokasi TKP," kata Andi kepada VIVAnews.

Menurutnya, pelaku yang merupakan tahanan titipan Direktorat Reserse Narkoba Polda Kepri ini diketahui bersembunyi di rumah keluarganya tersebut sejak tadi siang setelah berhasil kabur dari Rutan Batam. "Saat penyergapan rumah dalam keadaan kosong karena ditinggal pemiliknya," kata Andi.

Guna penyelidikan lebih lanjut pelaku lantas diserahkan ke Rutan Baloi Klas II A Batam untuk proses hukum selanjutnya.

Kepala Rutan Baloi Klas II A Batam, Anak Agung Gde Khrisna ketika dikonfirmasi membenarkan hal tersebut dan saat ini pelaku sedang menjalani pemeriksaan intensif. "Pelaku ditangkap tim buser Satreskrim Polresta Barelang dan sekarang sedang menjalani pemeriksaan di Rutan Baloi," kata Agung.

Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana, menyebutkan bahwa tiga dari 12 tahanan yang melarikan diri dari Rutan Baloi Kelas II A Batam telah berhasil ditangkap. Salah satu tahanan terpaksa ditembak di bagian kaki.

"Dari 12 tahanan, 3 sudah ditangkap. Satu tahanan terpaksa ditembak kakinya," ujar Denny usai buka puasa bersama pegawai Kemenkumham, Rabu, 17 Juli 2013.

Menurut Denny, tidak ada penyebab khusus yang menyebabkan para tahanan itu melarikan diri. "Mereka mau lari saja. Ini kan tahanan," ungkapnya.

Denny pun membantah jika penyebab tahanan narkotika itu kabur karena lemahnya sistem keamanan di Rutan. "Coba kamu sekali-kali jadi sipir deh," kata Denny sambil tertawa.

Sebelumnya diiberitakan 11 tahanan Rutan Baloi Klas II A Batam melarikan diri dengan cara merusak jendela dan teralis ruangan Kepala Rutan, Rabu 17 Juli 2013 sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelas tahanan kabur ini merupakan tahanan narkoba yang menghuni blok paviliun A1 tersebut antara lain, Mulyadi Bin Sarapudin, Edi Priyanto, Ismail Piliang, Riki Hidayat, Muhammad Darman, Indra Kumar, Yusnardi, Sufyan Bin Abidin, Hendro Gunawan, Achyar Adli, dan Aguan Bin Intan. (eh)


http://us.nasional.news.viva.co.id/news/read/429820-coba-kabur--buronan-rutan-baloi-ditembak-polisi

Tiga Kali Tertembak, Maling Motor Ini Tertawa


TEMPO.COBima - Farlin, 36 tahun, beruntung tidak kehilangan nyawa setelah ditembak polisi. Bahkan, penduduk Desa Sie, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, ini masih sempat tertawa meski tiga peluru bersarang di kakinya. Farlin ditembak penyidik Reserse Kriminal Kepolisian Kota Bima pada pukul 03.00, Jumat, 19 Juli 2013. Polisi mengejar Falin dengan sangkaan pencurian motor.

Menurut Kepala Satuan Reskrim Polres Kota Bima, Ajun Komisaris Agus Dwi Ananto, polisi terpaksa menembak Farlin setelah dua kali tembakan peringatan tak diacuhkan. "Bahkan tembakan pertama dan kedua yang mengenai kaki kiri tidak membuatnya menyerah," kata Agus. "Akhirnya tembakan ke sebelah kiri hingga tembus ke belakang membuatnya roboh."

Tiga peluru memang merobohkan Farlin. Luka bekas tembakan di betis sebelah kiri pun tampak ditutup perban. Tapi pria ini sempat tertawa ketika dokter Rumah Sakit Umum Daerah Bima mengeluarkan peluru dari kakinya. Farlin mengaku mencuri motor. Namun ia tak berkomentar ketika ditanya, apakah memiliki jimat hingga masih hidup, bahkan tertawa, meski tertembak tiga kali.

Dalam penangkapan itu, polisi menyita tiga motor, kunci T, serta dua karung pretelan onderdil sepeda motor. Usai operasi pengeluaran peluru, Farlin ditahan di Polres Kota Bima. "Ia merupakan pemetik atau pelaku langsung pencurian kendaraan bermotor. Siapa penadahnya, kami masih mengembangkan kasus ini," kata Agus.

Kasus ini berawal dari laporan Anas Setiawan, guru honorer yang menjadi korban pencurian motor. Anas baru mengetahui motornya hilang ketika keluar dari rumah temannya . Pintu dapur yang berhadapan dengan kebun belakang sudah dalam keadaan terbuka dan motornya raib. "Dari keterangan saksi, olah TKP serta analisis modus operasi, polisi mengetahui ciri-ciri pelakunya adalah Farlin," ujar Agus.


http://www.tempo.co/read/news/2013/07/19/058497939/Tiga-Kali-Tertembak-Maling-Motor-Ini-Tertawa

Sunday 14 July 2013

Para Jenderal TNI & Polri Senang Prajuritnya Mati Ditembak


June 29, 2013 By: admin Category: KNPB PusatOpiniTPN
Oleh: Wedauma
Mati untuk NKRI
Nyawa Prajurit Tentara dan Polisi Indonesia di West Papua, terus menerus dikorbankan oleh para penguasa Indonesia, terutama para Jenderal TNI dan Polri yang sibuk mengurus proyek konflik. Bukan rahasia lagi, demi kantong pribadi dan pemburuan pangkat para petinggi Militer dan Polisi Indonesia, nyawa prajurit dipertaruhkan dengan doktrin nasionalisme -NKRI Harga Mati.
Malang benar nasib para prajurit berpenghasilan 800.000 an perbulan itu, bahwa selain mereka siap untuk mati percuma, mereka pun harus menanggung kebencian rakyat West Papua, terlebih juga kepada Tuhan atas dosa pembunuhan, pemerkosaan, intimidasi, teror, perampasan dan penguasaan hak bangsa Papua dalam misi penjajahan penguasa Indonesia.
Padahal, penguasa mereka, juga para jenderalnya sibuk dalam urusan pencitraan diri dan korupsi untuk penggendutan rekening pribadi. Memprihatinkan juga, disaat mayat prajurit yang mati disambut tangis pilu keluarga di Bandara, para Jenderalnya bersenang-senang ajukan budget proposal untuk dana operasi dan perluasan komando teritorial (koter). Mereka tidak bersedih, apalagi merasa kehilangan. Mereka justru bersyukur karena darah prajurit TNI dan Polri yang mati dianggap sebagai pemupuk ladang konflik mereka.
Korban penembakan di Puncak Jaya, Papua, Selasa (25/6/2013) terhadap Letda Inf I Wayan Sukarta, anggota TNI dan kedua agennya oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) dibawa komando Panglima Tinggi, Gen. Goliat Tabuni bukanlah hal baru. Rangkaian penembakan terhadap prajurit TNI maupun Polisi, dan sebaliknya Penembakan terhadap anggota TPN. PB dan rakyat West Papua sudah berlangsung lama sejak penguasa kolonial Indonesia merebut paksa wilayah West Papua melalui operasi militer Trikora tahun 1962.
Di hampir seluruh pelosok wilayah West Papua masih tersimpan rapih cerita-cerita pembunuhan masal, penyiksaan, mutilasi, pemerkosaan hingga pencurian dan mengrusakan kekayaan alam milik bangsa Papua yang dilakukan secara keji dan tak berperikemanusiaan oleh militer Indonesia.
Kekuasaan kolonial Indonesia belum juga mengambil hikmah dari korban rakyat dan militer yang terus berjatuhan di West Papua. Mereka menutup mata terhadap cara cara penyelesaian masalah West Papua secara damai. Mereka ingin, lagi-lagi pejabat Pemerintah dan para jenderalnya, mempertahankan konflik bersenjata agar alokasi dana TNI dan Polri naik terus, dan kesempatan bagi para pejabat militer untuk menambah pangkat dan perluasan basis militer.
Guna menjaga kepentingan itu, mereka juga sangat lihai dan pandai munafik dalam menyembunyikan watak ekspansionisme dan militerismenya dari sorotan Internasional. Wartawan lokal maupun nasional di West Papua direkrut dan digaji agar senantiasa meliput pernyataan-pernyataan dan tema-tema perdamaian, pembangunan, kesejahteraan dan pesan-pesan moral yang seakan-akan memposisikan TNI dan Polri di pihak yang benar, sambil menyudutkan perlawanan rakyat West Papua untuk merdeka.
Dalam kasus terakhir, Anda bisa baca contoh pernyataan Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol I Gede Sumerta Jaya, di Harian Bintang Papua Rabu (26/6/2013), “Informasinya si korban ini berperan aktif membantu kelancaran pembangunan di Illu. Karena anggotanya dan dia mengamankan jalur pasukan bahan makanan masuk ke Puncak Jaya khsusnya di Illu supaya tidak terjadi perampokan dan penghadangan atau mengganggu distribusi pasokan bahan makanan,” kata Sumerta.
Begitu juga, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kol Inf Jansen Simanjuntak, pada  pada harian Cepos Kamis (27/6/2013) menegaskan, walaupun banyak anggota TNI yang tewas akibat ditembak Kelompok Sipil Bersenjata (KSB), namun Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua tetap pada komitmennya untuk mengajak saudara-saudara kita di Papua itu untuk turun dan kembali ke kampung halaman mereka. “Mari kita bersama-sama membangun Papua, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan daerah lainnya,” kata dia.
Pernyataan kedua institusi militer diatas dengan jelas terlihat mementingkan kepentingan pencitraan penguasa dan para jenderalnya, sambil menyepelekan 9 Kopassus yang korban atas nama doktrin “NKRI Harga Mati,” dan tentu juga menyembunyikan puluhan nyawa rakyat sipil West Papua yang telah korban dalam aksi balas dendam Kopasus di Puncak Jaya beberapa waktu lalu.
Yang lebih para lagi, mereka, para pejabat militer, penguasa Indonesia dibantu media, tidak mampu dengan jujur memberitakan kepada publik nasional dan Internasional tentang kejelasan aktor dan motif dari konflik penembakan di Puncak Jaya, bahkan di daerah lain. Mereka sengaja menutup akses publikasi perjuangan bangsa Papua, dan menyudutkan mereka sebagai Gerombolan Pengacau Keamanan (GPK), Kelompok Sipil Bersenjata ( KLB), atau Orang Tak Kenal ( OTK).
Padahal, sangat jelas bahwa konflik bersenjata (armed conflict) di Puncak Jaya sudah masuk dalam ranah, yang menurut hukum humaniter internasional (Viery, Geneva, 1992) sebagai konfrontasi yang melibatkan suatu negara dengan suatu “entitas bukan-Negara”, yang juga biasa disebut “perang pembebasan nasional” (war of national liberation).
Yang dimaksud dengan “perang pembebasan nasional” adalah suatu sengketa bersenjata di mana suatu bangsa berperang melawan dominasi kolonial, atau pendudukan asing, atau rezim rasialis dalam rangka melaksanakan hak untuk menentukan nasib sendiri (right of self-determination) sebagaimana yang tercantum di dalam Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa.
Nah, dalam kasus konflik bersenjata di Papua, sudah jelas sejak lama TNI/Polri dan TPN-PB melakukan perlawanan senjata, dimana TNI/Polri berada dengan penguasa Indonesia untuk menjajah dan menguasai wilayah koloninya, West Papua. Sedangkan TPN-PB adalah sayap pertahanan militer bangsa Papua, milik rakyat West Papua, yang sedang berjuang untuk bebas dari kungkungan kolonial Indonesia, sebagaimana diatur dibawah hukum internasional tentang hak penentuan nasib sendiri.
Selama belum ada kemauan untuk penyelesaian damai, konflik bersenjata ini tidak akan pernah berhenti, dan karena itu korban di pihak TNI/Polri maupun TPN-PB akan terus ada. Dan rakyat sipil pun akan terus menjadi korban akibat konflik bersenjata yang tidak menerapkan hukum perang (hukum humaniter).
Menggolongkan TPN-PB sebagai sipil bersenjata hanyalah taktik kolonial agar rakyat sipil yang bukan militer TPN-PB jadi sasaran serang. Oleh karena itu sudah waktunya Kolonial Indonesia mengakui eksistensi TPN-PB agar hukum humaniter diterapkan dan menjadi jelas apa motif dan siapa aktor konflik bersenjata itu. Niat tersebut sudah mulai diterapkan oleh Panglima TPN-PB, Gen Goliat Tabuni jajarannya. Dia secara terbuka menyampaikan bahwa dirinya bertanggung jawab terhadap penembakan anggota TNI dan meminta TNI Polri untuk tidak mengganggu sipil.
Selama hal itu tidak diterapkan, maka kembali lagi pada opini awal dari tulisan ini bahwa Penguasa Indonesia dan para pejabat militer TNI dan Polri membiarkan konflik bersenjata di Papua sebagai lahan perburuan alokasi dana APBN, dana Otsus, dana keamanan perusahaan-perusahaan asing dan juga sebagai tempat mendulang pangkat di jajaran institusi TNI/Polri, juga sebagai politik stimulasi bagi politisi kemiliteran dalam merebut tambu kepresidenan. Untuk kepentingan itu, prajurit TNI dan Polri akan terus dijadikan anjing penjaga lahan, yang harus bersedia mati demi doktrin “NKRI Harga Mati”.
———-
Wedauma adalah pengamat konflik bersenjata di KNPB Pusat

Judi Sabung Ayam, 3 Warga Ditembak Polisi di Dompu, Nusa Tenggara Barat

Nissan X-Trail Hajar Pohon, Tiga Orang Tewas

  • Penulis :
  • Kontributor Bali, Muhammad Hasanudin
  • Sabtu, 13 Juli 2013 | 12:37 WIB
DENPASAR, KOMPAS.com — Sebuah mobil Nissan X-Trail dengan nomor polisi L 144 NK yang ditumpangi lima pegawai di lingkungan Pemkab Karangasem menabrak pohon di Jalan by passIda Bagus Mantra, timur SPBU Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, Jumat (12/7/2013) malam. Mobil tersebut kemudian masuk ke pematang sawah. 

"Mobil melaju dari arah barat, menuju Karangasem," ujar Kasatlantas Polres Klungkung AKP Slamet Hs.

Kecelakaan ini mengakibatkan tiga penumpang tewas dan dua lainnya terluka parah. Penumpang tewas termasuk pengemudi mobil naas tersebut, yakni Kadek Krisna Harta. Kadek mengalami luka di kepala bagian depan, kedua telinga, hidung mengeluarkan darah, dan luka pada lutut kanan kiri.

Dua penumpang lainnya, I Gusti Bagus Oka dan I Wayan Karni, juga tewas. I Gusti Bagus Oka mengalami luka pada dagu dan pipi kanan serta memar di dada, sedangkan I Wayan Karni, PNS di lingkungan Dinas PU, tewas dengan luka di kepala bagian depan dan hidung serta telinga mengeluarkan darah.

Diduga mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi dan lepas kendali saat akan menyalip kendaran lain. Tabrakan yang cukup hebat tersebut mengakibatkan pohon sebesar pelukan orang dewasa tercabut dari akarnya dan mobil terlempar hingga 25 meter.

Editor : Farid Assifa

http://regional.kompas.com/read/2013/07/13/1237322/Nissan.X-Trail.Hajar.Pohon.Tiga.Orang.Tewas


Warga di Maluku Tengah Bentrok, 1 Tewas Tertembak

MI/Hamdi Jempot/fz


Laporan: Hamdi Jempot

Senin, 24 Juni 2013 | 19:49 WIB
Metrotvnews.com, Ambon: Warga dua desa di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, kembali terlibat bentrokan. Bentrokan pecah sejak Senin (24/6) dini hari dan baru redah pada siang hari setelah kehadiran tambahan pasukan dari Kota Ambon.

Dalam bentrokan itu, warga kedua desa bertetangga itu saling serang dengan menggunakan senjata tajam, bom rakitan, dan senjata api. Beberapa kali terdengar ledakan bom dan letusan senjata api di perbatasan kedua desa itu.

Aparat Polsek dan Koramil Leihitu kewalahan mengatasi bentrokan itu. Bentrokan baru reda setelah tambahan pasukan dari TNI dan Polri yang dikirim dari Ambon.

Akibat bentrokan itu, seorang warga tewas dan 13 warga lainnya terluka. Enam rumah warga yang berada di perbatasan terbakar.

Korban tewas bernama Rusdi Sasole, 67, akibat tertembak di bagian paha kanan. Sedangkan 13 korban lainnya dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota Ambon. Korban umumnya mengalami luka tembak dan terkena serpihan bom.

Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease AKB Bintang Julianta menyatakan, bentrokan dipicu aksi perusakan sebuah perahu milik warga di perbatasan kedua desa itu.

Perusakan itu, lanjut Bintang sebenarnya sudah diselesaikan sesama warga. Namun, pada Senin dini hari, warga terprovokasi sehingga terlibat bentrokan.

"Ini masalah sepele saja, soal informasi perusakan perahu milik salah satu kelompok warga. Namun warga terprovokasi sehingga terjadi bentrokan dan menewaskan seorang warga dan lainnya terluka," kata Bintang saat ditemui di lokasi bentrokan kedua desa itu.

Ia mengakui, korban tewas akibat tertembak peluru. Namun,ia belum bisa memastikan jenis peluru tersebut. Menurutnya, saat ini yang dilakukan pihaknya adalah mencegah warga kedua desa itu kembali bentrok. Namun proses pengusutan bentrokan tetap berjalan.

Ia juga mengakui, warga kedua desa itu dalam bentrokan menggunakan senjata api, bom rakitan. Karena itulah, ia meminta warga kedua desa untuk menyerahkan senjata api maupun bom rakitan. "Apapun yang kami lakukan tidak akan membuahkan hasil kalau warga tidak memiliki kesadaran, dan masih menyimpan barang-barang berbahaya. Nanti setelah aparat tinggalkan desa ini, mereka bentrok lagi," katanya.

Jika tidak, tegas dia, aparat akan menggelar razia di kedua desa itu. Bintang juga menyatakan, warga kedua desa itu sering terlibat bentrokan yang dipicu masalah sepele.

Bintang menyatakan, untuk mengatasi bentrokan susulan, saat ini disiagakan dua satuan setingkat peleton (SST) Brimob Polda Maluku, satu SST Polres Pulau Ambon, dan dua SST Satuan Penugasan (Satgas) Â Yonif 611 yang kini di bawah kendali operasi Kodam 16 Pattimura. (Hamdi Jempot)


Editor: Henri Salomo Siagian


http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/06/24/6/163666/Warga-di-Maluku-Tengah-Bentrok-1-Tewas-Tertembak

Pelaku Curas Ditembak, Dua Kantor Polisi di Musirawas Dibakar

Mapolsek Rupit dibakar massa (Foto: Era Neizma/Sindo TV)Mapolsek Rupit dibakar massa (Foto: Era Neizma/Sindo TV)


MUSIRAWAS
 - Warga membakar Mapolsek Rawas Ulu dan Mapolsek Sementara Rupit, Musirawas, Sumatera Selatan, menyusul tewasnya seorang pelaku pencurian akibat ditembak polisi. Aksi massa itu membuat kondisi di Rupit mencekam. 


Selain itu, massa juga memblokir Jalinsum dengan cara membakar ban di tengah jalan. Hingga rabu (3/7/2013) dini hari arus lalu lintas lumpuh. 

Pengamanan hanya dilakukan personel TNI AD karena saat kejadian fungsi Kepolisian belum berjalan. Personel TNI yang diterjunkan ke lokasi sebanyak dua kompi berjumlah 200 orang dari Kodim 142 dan Kodim 141. 

Aksi massa itu sebagai buntut tewasnya Heri (19) warga Karanganyar, menjadi target operasi Polres Musirawas. Heri dikenal sebagai pelaku curas 

di daerah Rupit dan meresahkan warga. Penembakan terhadap pelaku dilakukan sesuai prosedur.

(Era Neizma Wedya/Sindo TV/tbn)

http://news.okezone.com/read/2013/07/03/340/831081/pelaku-curas-ditembak-dua-kantor-polisi-di-musirawas-dibakar

Jambret Spesialis Angkot di Surabaya Roboh Ditembak Polisi


Jumat, 5 Juli 2013 01:16 WIB
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Dominach Amin (39) warga Jalan Pesapen Barat, Surabaya, jambret yang kerap beraksi di atas angkot terpaksa ditembak polisi karena berusaha kabur dan sempat melawan saat hendak diamankan, Kamis (4/7/2013).
"Dia melawan, jadi terpaksa ditembak," ujar Kanit Reskrim Polsek Simokerto AKP M Yasin, Kamis (4/7/2013).
Diceritakan, tersangka sudah tiga kali menjambret di angkot dan yang diincar rata-rata perempuan. Termasuk pada aksi terahirnya, dia merampas tas milik Laila Faiza Ba'asyin (50) warga Jl KertopatenSurabaya di dalam angkot jurusan Kapas Krampung - Semampir.
Di dalam angkot, korban sedang sendirian. Melihat itu, pelaku langsung naik. Di dalam, ia lantas membuka jaketnya, kemudian dibekapkan ke kepala korban. Bahkan pelaku mengunakan pisau lipat untuk mengancam korban.
Merasa ketakutan, korban kemudian menyerahkan tas berisi Rp 4,5 juta yang dibawanya. Namun ketika keluar dari angkot, korban berteriak keras meminta tolong. Sejumlah warga pun berusaha menangkapnya. Termasuk seorang anggota polisi yang sedang berada di dekat lokasi.
"Ternyata pelaku berusaha kabur. Dia sempat diberi tembakan peringatan, masih tetap kabur. Bahkan ketika akan diamankan, dia berusaha melawan. Terpaksa ditembak," sambung Yasin.
Dalam pemeriksaan, tersangka mengaku selalu sendirian saat beraksi. Dan penjambretan kali ini merupakan aksi ketiga yang dilakoni. Dua aksi sebelumnya, dia selalu aman.
"Saya terbelit banyak utang. Termasuk istri saya juga punya utang banyak. Makanya sampai nekat seperti ini," jawabnya di sela menjalani pemeriksaan di Polsek Simokerto.(M Taufik)

http://www.tribunnews.com/regional/2013/07/05/jambret-spesialis-angkot-di-surabaya-roboh-ditembak-polisi

Residivis Curat Ditembak Mati


Jum'at, 5 Juli 2013 04:45 wib
SURABAYA - Sepak terjang Abdul Wahid alias Bahet, pelaku curanmor yang ditembak mati Anggota Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya, ternyata luar biasa. Pelaku berusia 30 tahun ini, sudah delapan belas kali mencuri mobil dan sudah enam kali masuk penjara atas kasus curanmor dan curas.

Inilah barang bukti yang berhasil disita dari pelaku Abdul Wahid, pelaku spesialis l300 yang ditembak mati Anggota Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya. Diantaranya, satu pisau berukuran sekitar 30 centimeter (cm), satu set kunci t, tiga unit handphone, satu unit sepeda motor Yamaha Mio dan satu unit mobil l 300 nopol L 8043 SI.

Selain menyita barang bukti milik Abdul Wahid, polisi juga menangkap Sunarto (21), komplotan Abdul Wahid. Polisi terpaksa menembak kaki pelaku asal Sidorame Surabaya ini.

Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Setija Junianta, mengatakan dalam aksinya, pelaku Abdul Wahid dan Sunarto ini bersama tiga pelaku lain yang masih buron. Komplotan ini selalu mencari sasaran mobil l 300, baik di Surabaya maupun di luar kota. Dengan menggunakan kunci T, komplotan Abdul Wahid ini sudah 18 kali mencuri, enam di Sidoarjo dan Gresik, sisanya di Surabaya.

Dari catatan di kepolisian, sepak terjang Abdul Wahid di dunia kriminalitas ini luar biasa. Wahid sudah enam kali keluar masuk penjara, diantaranya ditangkap Polsek Genteng, Polsek Gubeng, dan Polsek Pabean cantikan atas kasus penjambretan. Wahid juga pernah ditangkap Polrestabes Surabaya dan Polda Jatim atas kasus pencurian.


http://surabaya.okezone.com/read/2013/07/05/519/832255/residivis-curat-ditembak-mati

Polisi Bekuk 5 Perampok 6 Kg Emas di Kampar, 3 Ditembak

Rabu, 10 Juli 2013 16:42 wib
Banda Haruddin Tanjung - Okezone

PEKANBARU - Polisi menangkap lima perampok enam toko emas di Kabupaten Kampar, Riau dengan berat enam kilogram. Tiga pelaku ditembak di bagian kaki lantaran melawan saat akan ditangkap.

Setelah lebih sebulan melakukan perburuan, petugas Polres Kampar menangkap kelima pelaku dari lokasi berbeda-beda. Tersangka pertama berinisial JK, ditangkap di Provinsi Jambi. Dari penangkapan tersebut, petugas menangkap empat orang lainnya, termasuk seorang wanita.

"Keempat kawanan yang diamankan itu ditangkap di daerah Jakarta dan Pekanbaru. Mereka berinisial TI, IP, MD, serta seorang wanita WY," ujar Kapolres Kampar, AKBP Auliansyah kepada Okezone, Rabu (10/7/2013).

Bersama para pelaku, polisi menyita satu pucuk senjata api jenis pistol dan 50 amunisi sebagai barang bukti. Polisi masih memburu seorang lagi yang diduga sebagai penembakan seorang warga saat beraksi pada 2 Juni lalu.

"Mereka ini pemain lama, dan saat beraksi menggunakan helm. Masih ada empat orang lagi yang kami periksa, dan keterangan  mereka masih ada delapan pucuk senjati api lagi," paparnya.

Seperti diketahui, kawanan perampok tersebut menyantroni enam toko emas di Desa Bina Baru, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.Seorang warga tewas setelah ditembus dua peluru yang dimuntahkan pelaku. Saat kejadian, korban yang diketahui bernama Misromi berada di lokasi kejadian.

(ris)


http://news.okezone.com/read/2013/07/10/340/834917/polisi-bekuk-5-perampok-6-kg-emas-di-kampar-3-ditembak

Coba Kabur, Residivis "Keprok" Kaca Mobil di Bali Ditembak Polisi


DENPASAR, KOMPAS.com — MNF (41), seorang residivis pencurian dengan modus keprok(memecah) kaca mobil, ditembak aparat Polsek Denpasar Selatan karena berusaha kabur saat akan ditangkap. Setelah berhasil dilumpuhkan, tersangka akhirnya dibekuk di rumah kosnya di Jalan Tukad Balian, Denpasar.

"Tersangka kami tangkap karena aksinya terhadap sembilan korban di delapan tempat," ujar Kapolsek Denpasar Selatan Kompol Ikram Arrasyid di kantornya. Pelaku merupakan residivis kambuhan yang telah beraksi sejak tahun 1995 silam.

Saat beraksi, keahlian tersangka tidak hanya memecah kaca mobil, tetapi juga piawai dalam mencongkel pintu mobil menggunakan kunci T. Tersangka hanya membutuhkan waktu kurang dari dua menit untuk membuka pintu mobil dan menguras barang di dalamnya.

Menurut pengakuan tersangka, ia beraksi bersama temannya yang masih buron. Peran tersangka sebagai eksekutor sementara rekannya sebagai pengawas TKP dan penjual barang curian. "Hasilnya kami bagi rata, sedangkan yang bertugas menjual itu S," ujar tersangka.

Akibat perbuatannya, tersangka dijerat Pasal 363 juncto 65 KUHP pencurian dengan pemberatan dengan ancaman hukuman maksimal tujuh tahun penjara.

Editor : Farid Assifahttp://regional.kompas.com/read/2013/07/10/2208227/Coba.Kabur.Residivis.Keprok.Kaca.Mobil.di.Bali.Ditembak.Polisi.

PENJAMBRETAN : Polisi Tangkap 4 Pelaku Curas, Satu Ditembak

Jumat, 12 Juli 2013 14:56 WIB | Trianto Hery Suryono/JIBI/SOLOPOS Dilihat: 317

Solopos.com, SUKOHARJO--Empat tersangka penjambretan atau pencurian dengan kekerasan (curas) di Jalan Raya Solo-Jogjakarta tepatnya di Dukuh Klewer, Desa Sraten, Kecamatan Gatak, Sukoharjo berhasil dibekuk polisi. Salah satu dari mereka adalah residivis, Feris Sanjaya, 38, warga Donukusuman, Solo ditembak karena melawan petugas saat akan ditangkap.
Tiga tersangka lainnya adalah, Debyan Setia Kusuma, 20, warga Jebres, Solo Suwanto Hayuningtyas alias Torong, 26, warga Gandekan, Jebres, Solo, dan Suryanto alias Gundul, 27, warga Pasar Kliwon, Solo.  Tersangka Feris dan Suwanto alias Torong merupakan residivis. Tersangka Suwanto pernah masuk penjara selama empat bulan pada 2011 dan tersangka Feris telah dua kali masuk penjara dalam kasus berbeda pada 1995 dan 2012.
Keempat tersangka dijerat pasal 365 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Penegasan itu disampaikan Kapolres Sukoharjo, AKBP Ade Sapari didampingi Kasat Reskrim Polres Sukoharjo, AKP Andis Arfan Tofani saat ekspose di Ruang Panjura, Mapolres Sukoharjo, Jumat (12/7/2013). “Keempat tersangka memiliki peran sendiri-sendiri. Modusnya, pelaku membuntuti korban.”
Tersangka Debi, ujar Kapolres berperan sebagai joki atau memboncengkan eksekutor atau tersangka Feris. “Tersangka Torong yang menjual barang hasil penjambretan dan tersangka Gundul yang mengenalkan tersangka Debi kepada tersangka Feris. Selain menahan keempat tersangka, penyidik juga mengamankan barang bukti berupa sebuah HP, dua helm dan sepeda sepeda motor bernopol D 4597 DB.”
Kasat Reskrim AKP Andis menambahkan, keempat tersangka menjambret tas milik Sri Suparmi, 35, seorang bidan warga Krapyak, Pucangan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Menurutnya, kejadian berlangsung 27 Juni dan korban meninggal tiga hari kemudian setelah dirawat di RS Yarsis, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo.
“Kejadian sekitar pukul 13.40 WIB, saat korban pulang dari kerja. Waktu itu korban mengendarai sepeda motor bernopol AD 2884 MT melintas Jalan Raya Jogjakarta-Solo tepatnya di daerah Sraten, Gatak, Sukoharjo didekati kedua pelaku yang merampas tas milik korban.”
Diceritakannya, korban berusaha mempertahankan tas dan terjadi tarik-menarik yang menyebabkan korban terjatuh. Sementara itu tersangka Feris mengaku ditembak petugas karena ingin melarikan diri. “Saya dua kali masuk penjara. Pada 1995 menjalani kurungan penjara 2,5 bulan dan 2010 mendekam di penjara lagi selama delapan bulan karena mencuri.”
http://www.solopos.com/2013/07/12/penjambretan-polisi-tangkap-4-pelaku-curas-satu-ditembak-424994

Tak Napi yang Tewas Ditembak Polisi

nasional - Jumat, 12 Juli 2013 | 22:09 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Polda Sumatera Utara menegaskan tidak ada narapidana yang tewas tertembak dalam peristiwa kerusuhan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas I Tanjung Gusta, Medan pada Kamis (11/7/2013) kemarin.

"Narapidana yang tewas terbakar ada, ditembak tidak ada," Kombes Pol. Iwan Hari Sugiarto, Kabiro Operasi Polda Sumatera Utara, Jumat (12/7/2013).

Hal ini menegaskan adanya informasi seorang napi yang tewas tertembak saat berusaha melarikan diri ketika si jago merah melahap bangunan LP Tanjung Gusta.

Seperti yang disampaikan seorang perwakilan napi LP Klas I Tanjung Gusta, Marwan alias Wakgeng yang mengaku mendapatkan informasi jika teman satu selnya menjadi korban peluru panas saat melarikan diri. Hal itu dikatakan saat berdialog dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Amir Syamsudin di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Klas A Medan.

"Saya mendapat informasi ada teman saya yang ditembak mati. Tolong jasadnya dikembalikan," katanya.

Selain itu, napi kasus perampokan bank CIMB Niaga yang juga dituduh terlibat aksi terorisme pun berharap rekan-rekannya yang melarikan diri dari LP Tanjung Gusta agar diperlakukan dengan manusiawi ketika tertangkap.

"Tolong jangan dianiaya karena akan menjadi pemicu nantinya," harapnya. [ANT]


http://www.poskotanews.com/2013/07/12/tak-napi-yang-tewas-ditembak-polisi/

Monday 8 July 2013

Heri Ditembak Polisi, Polsek Rupit Kembali Dibakar Massa


Rabu, 3 Juli 2013 08:17 WIB

Laporan Wartawan Tribun Sumsel, Yohanes Trinugroho

TRIBUNNEWS.COM, MURATARA - Polsek Kelurahan Muara Rupit Kecamatan Rupit kembali dibakar massa. Pembakaran tersebut diduga karena adanya penembakan hingga tewas terhadap Erlika alias Heri (19) yang dilakukan anggota kepolisian terhadap seorang warga Desa Karang Ayar Kecamatan Rupit, sekitar pukul 17.00 WIB, Selasa (2/7/2013).

Informasi yang dihimpun Tribun Sumsel (Tribunnews.com Network), Heri diduga merupakan anggota komplotan bandit jalinsum yang sering meresahkan warga. Sebelumnya terjadi baku tembak antara pelaku dengan petugas. Saat itu pelaku tewas dengan luka tembak dari tangan kanan tembus ke dada.

Kapolres Musi Rawas (Mura), AKBP Chaidir melalui Kasat Reskrime, AKP Erlangga, mengakui bahwa pelaku terlibat baku tembak dengan aparat Kepolisian. Dikatakannya sebenarnya Heri bersama kakaknya Syaipul sudah lama diincar aparat. Karena banyak melakukan perampokan di Jalinsum dari Desa Karang Waru hingga Desa Lesung Batu.

"Saat anggota melakukan penggerebekan Syaipul langsung melarikan diri. Sementara Heri melakukan perlawanan dengan mengeluarkan senpi rakitan sehingga ditembak oleh petugas," ungkapnya.

http://www.tribunnews.com/2013/07/03/polsek-rupit-kembali-dibakar-massa