Saturday 29 June 2013

Kontras: Polisi Paling Banyak Lakukan Kekerasan

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian dinilai sebagai institusi yang paling banyak terlibat kasus kekerasan terhadap warga sipil. Dari 100 tindakan penyiksaan, sebanyak 55 di antaranya diduga dilakukan polisi, 10 kasus oleh TNI, dan 35 kasus oleh sipir. Data tersebut merupakan temuan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada Juli 2012 hingga Juni 2013.

"Penyiksaan banyak dilakukan oleh polisi di satuannya masing-masing. Ada yang pelakunya diketahui pasti, tapi banyak juga yang tidak diketahui karena penyiksaan dilakukan bergantian. Atau kemudian polisi itu sudah tidak bertugas di sana," terang Koordinator Kontras, Haris Azhar, di kantornya, Jumat (28/6/2013).

Haris menambahkan, tindakan penyiksaan yang diduga dilakukan oleh polisi telah menyebabkan 149 korban luka dan 5 tewas. Kemudian, yang diduga dilakukan TNI, 10 luka-luka dan 2 tewas. Adapun diduga yang dilakukan oleh sipir menyebabkan 45 orang luka-luka dan 8 tewas. Haris mencontohkan kasus penyiksaan tahanan Polsek Sabu Barat pada 14 Agustus 2012.

Pada kasus itu, sebanyak 17 orang warga Dusun Mapipa ditangkap oleh anggota Polsek Sabu Barat dengan tuduhan melakukan pembunuhan terhadap Bernadus Jaya. Sebanyak 17 warga sipil tersebut ditelanjangi, ditempatkan dalam satu ruangan 3x2,5 meter, dipukul, hingga disiram dengan air laut pada tubuh yang luka. Penyiksaan berlangsung selama 120 hari hingga akhirnya korban penyiksaan dibebaskan karena tidak terbukti melakukan tindak pidana.

"Mereka tidak bersalah tapi sudah disiksa seperti itu. Kemudian tidak ada upaya apa pun setelah mereka bebas. Korban dilanggar haknya berkali-kali. Hal ini berdampak pada kondisi psikologis korban," kata Haris.

Haris menyayangkan, dari sejumlah kasus yang telah diusut, penegakan hukum hanya dilakukan oleh pihak internal yakni baik sidang etik maupun disiplin. Menurutnya, hukuman dari internal kepolisian itu tidak setimpal dan tidak membuat efek jera.

"Kalau polisi biasanya hanya 3 minggu ditahan, lalu penundaan kenaikan pangkat cuma setahun," kata Haris.

Selain itu, menurutnya belum ada perubahan revisi atas peraturan perundang-undangan khususnya KUHP dan KUHAP terkait pengaturan pasal penyiksaan.
Editor : Caroline Damanik

Thursday 27 June 2013

Melawan, Bandar Sabu Ditembak Polisi

Usai Dipukuli Massa, Pejambret di KRL Ditembak Polisi

Mengamuk di Jalan, Residivis Ditembak Polisi


2 Perampok Juragan Barang Bekas Ditembak Polisi

Senin, 17/06/2013 15:50 WIB

Mojokerto - 2 Kawanan perampok yang membawa kabur uang senilai Rp 100 juta dan perhiasan emas senilai puluhan juta rupiah dari rumah Ismail (59), pengusaha barang bekas ditangkap. Kedua pria itu ditembak karena melawan.

"Dua pelaku sudah kami tangkap. Mereka dilumpuhkan karena mencoba melukai anggota saat ditangkap," kata Kapolresta Mojokerto, AKBP Widji Suwartini saat dikonfirmasi detikcom, Senin (17/6/2013).

Informasi yang dihimpun detikcom, pelaku perampokan yang berjumlah 4 orang ini, disergap polisi di suatu tempat di Kota Mojokerto. Dua lainnya pelaku berhasil kabur. Sementara dua pelaku berhasil diringkus anggota Resmob.

Kedua pelaku yang ditembak pada kakinya ini informasinya dirawat di RSUD Wahidin Soediro Husodo Kota Mojokerto. Selain itu polisi juga masih memburu pelaku lainnya. "Dua pelaku lainnya masih diburu," ujar Widji.

Sebelumnya, 4 kawanan perampok bersenjata tajam, membawa kabur uang senilai Rp 100 juta dan perhiasan emas senilai puluhan juta rupiah dari rumah Ismail (59), seorang pengusaha barang bekas di Jalan KH Usman, Kota Mojokerto, Rabu (12/6/2013) malam.

(fat/fat) 


http://news.detik.com/surabaya/read/2013/06/17/155005/2275761/475/2-perampok-juragan-barang-bekas-ditembak-polisi

BNPT: 90 Teroris Ditembak Mati Sejak 2002


Kamis, 27 Juni 2013 04:34 wib
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
SOLO - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, membeberkan 900-an pelaku teror ditangkap sejak 2002. Dari jumlah tersebut hanya 90 pelaku yang ditembak.

Ansyaad membantah bila penanganan pelaku teroris yang dilakukan Densus 88 maupun BNPT melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena selalu diakhiri dengan tewasnya teroris. Menurutnya, penanganan terorisme di Indonesia lebih lembut jika dibandingkan dengan negara lain.

“Di Amerika yang katanya negara menjunjung tinggi HAM dan demokrasi, hampir 100 persen pelaku terorisme ditembak. Tapi di Indonesia, yang penanganannya jauh lebih lembut dibandingkan negara lain masih saja dikatakan melanggar HAM bila Densus menembak mati teroris," papar Ansyaad Mbai di Solo, Jawa Tengah, Rabu 26 Juni.

Berbeda saat ada anggota Densus yang tertembak mati, tidak pernah ada pembelaan terkait HAM.

“Kadang Densus diperlakukan tidak adil. Densus itu hadir karena kebrutalan teroris dan terorisme harus diungkap sampai akar-akarnya,” jelasnya.

Menurut Ansyaad, penanggulangan terorisme di Indonesia telah diakui dunia internasional. Bahkan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) merekomendasikan Indonesia sebagai tempat belajar penanggulangan terorisme dan menjadi model penanggulangan terorisme internasional.

Ansyaad mengatakan, pelaku teror harus dibasmi. Pasalnya jika aksi-aksi terorisme tidak bisa diungkap maka akan terjadi konflik horisontal dan saling tuduh di antara kelompok masyarakat.

“Pemerintah Nigeria datang ke Indonesia khusus untuk belajar penanganan masalah terorisme atas rekomendasi dari PBB,” katanya.

Terkait aksi terorisme di Indonesia, Ansyaad mengatakan aksi-aksi terorisme beralih ke Poso setelah gagal di Aceh. Untuk membiayai kegiatan di Poso, kelompok-kelompok teroris tersebut menghimpun dana dengan melakukan perampokan di sejumlah bank, toko emas, dan sebagainya.

“Dari kegiatan yang mereka sebut sebagai fai tersebut, kelompok Abu Roban berhasil mengumpulkan dana  Rp1,8 miliar. Tetapi ternyata dana yang diperoleh tidak disetorkan semuanya, karena digunakan untuk kepentingan pribadi,” ujarnya.

Di tempat yang sama Abdul Rahman Ayub, salah satu alumnus Afghanistan, mengatakan aksi-aksi terorisme di Indonesia terjadi karena kelompok tersebut tidak paham bahwa Indonesia adalah negara Darul Islam.

“Tetapi kelompok-kelompok itu menginginkan Indonesia menjadi negara Darul Islam versi mereka,” ujarnya.
 

Berita Selengkapnya Klik di Sini

(tbn)

http://jogja.okezone.com/read/2013/06/27/511/828207/bnpt-90-teroris-ditembak-mati-sejak-2002

Dor... Dua Maling Motor Ditembak Mati Polisi di Cibubur


Senin, 24 Juni 2013 19:07 wib

JAKARTA- Anggota Subdit Ranmor Polda Metro Jaya, telah menembak mati dua orang pelaku pencurian mobil di wilayah Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (23/6). 


Direktur Reserse Kriminal Umum, Polda Metro Jaya, Kombes Pol Slamet Riyanto mengatakan, pihaknya telah menangkap empat pelaku yakni PM (28), CS (35), ZN, dan DD (36). "Pelaku ZN dan DD kami tembak, karena saat ditangkap dua pelaku melarikan diri," ujar Slamet kepada wartawan, Senin (24/6/2013).

Polisi memburu dua pelaku itu setelah mendapatkan laporan masyarakat yang telah kehilangan mobil Kijang Toyota Avanza warna hitam bernopol B 1591 BKV di kawasan Latumenten, Jelambar, Jakarta Barat.

"Anggota kami langsung mengejar dan menghadang pelaku di kawasan Cibubur pom bensin Jakarta Timur. Tapi saat dikejar pelaku malah mempercepat kendaraannya," tuturnya.

Setelah dihadang, kata Slamet, para pelaku hendak melarikan diri, polisi pun memberikan tembakan peringatan tapi tidak dihiraukan oleh para tersangka.

"Akhirnya polisi menembak, dan mengenai dua orang pelaku. Mereka tewas saat perjalanan ke RS Polri Jakarta Timur," tutupnya.

Sementara itu, menurut Kasubdit Ranmor Polda Metro Jaya, AKBP Arie Ardian Rishadi, para pelaku sudah melakukan aksinya sebanyak tujuh kali dengan menggunakan mobil Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. "Modusnya mereka yaitu, menyewa kendaraan lalu mencari sasaran yang terparkir di pinggir jalan, dan merusak pintu mobil dengan kunci Letter T," ujar Arie. 

Berita Selengkapnya Klik di Sini

(ugo)

http://jakarta.okezone.com/read/2013/06/24/501/826960/dor-dua-maling-motor-ditembak-mati-polisi-di-cibubur

Rekonstruksi Satpam Ditembak Polisi, Keluarga Korban Histeris


Rekonstruksi pemembakan satpam di Semarang (Foto: Nugroho/Okezone)
Rekonstruksi pemembakan satpam di Semarang (Foto: Nugroho/Okezone)
Selasa, 25 Juni 2013 11:11 wib
SEMARANG - Polisi menggelar rekonstruksi penembakan seorang satpam, Nuki Nugroho (25), oleh oknum anggota Polrestabes Semarang, Briptu PRY. Reka ulang dilakukan di lokasi kejadian di Jalan Guntur Nomor 26, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Isak tangis mewarnai rekonstruksi puluhan anggota keluarga korban yang hadir di lokasi. Mereka datang beramai-ramai dengan menggunakan angkutan umum dan sepeda motor.

Salah satu bibi korban, Warjiati (43), menyesalkan peristiwa tragis yang menimpa keponakannya. Dia berharap pelaku dihukum mati, setimpal dengan yang dilakukannya.

"Saya berharap dia dihukum mati. Paling tidak dihukum seumur hidup," geram Warjiati Selasa (25/06/13).

Dia tidak menyangka pelaku penembakan merupakan teman dekat korban dan mengenal baik keluarganya. Apalagi, pada saat kejadian pelaku dikabarkan dalam pengaruh minuman keras.

"Saya sangat marah saat mendengar pelaku penembakan adalah teman keponakan saya itu. Kok tega, pas kejadian tersangka juga dalam keadaan mabuk. Polisi kok mabuk waktu tugas," herannya.

Akibat kejadian itu, keluarga korban masih syok. Korban dikenal sebagai pemuda yang baik dan menjadi tulang punggung keluarga. Kesedihan tidak hanya pada keluarga namun juga calon istri korban yang batal menikah dalam waktu dekat.

"Sampai saat ini ibu korban masih syok, susah untuk diajak berkomunikasi. Ponakan saya itu tulang punggung keluarga, jadi kami semua merasa kehilangan," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, karyawan PT TAG perusahaan pengawalan uang ATM, menjadi korban penembakan oleh oknum polisi Satuan Sabhara Polrestabes Semarang. Peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu, 15 Juni 2013.
 

Berita Selengkapnya Klik di Sini

(tbn)

http://jogja.okezone.com/read/2013/06/25/512/827170/rekonstruksi-satpam-ditembak-polisi-keluarga-korban-histeris

1 dari 4 Pencuri Motor Keluaran Terbaru Ditembak Polisi


Selasa, 25 Juni 2013 11:40 wib
Pelaku curanmor keluaran terbaru di kantor polisi (Prabowo/Okezone)
Pelaku curanmor keluaran terbaru di kantor polisi (Prabowo/Okezone)
YOGYAKARTA - Adik-kakak asal Lombok, NTB, Sahrum (22) dan Gatot (20), diamankan polisi karena mencuri sepeda motor. Petugas menambak kaki kanan Sahrum karena berusaha kabur.

"Kami terpaksa melumpuhkan SR (Sahrum) karena yang bersangkutan berusaha kabur saat diminta menunjukkan lokasi rekan-rekannya," kata Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Dodo Hendro Kusumo, Selasa (25/6/2013).

Selain dua bersaudara itu, polisi juga mengamankan tersangka lain asal Palembang, yakni Rico (20) dan Dodi (20).

"Hanya satu dari empat tersangka yang statusnya sebagai mahasiswa, inisialnya GT (Gatot). Dia adik dari tersangka SR. SR sendiri sudah tidak kuliah," katanya. 

Dari tangan empat tersangka, polisi mengamankan 17 unit sepeda motor keluaran terbaru tahun 2012 dan 2013. "Sasaran mereka motor baru, tahun keluaran 2012 dan 2013," tambahnya.

Komplotan tersebut biasanya beraksi di sekitar kampus menggunakan kunci baja 'Y'. "Sejenis kunci T, tapi diberi gagang (pegangan) seperti huruf Y. Dalam melakukan aksi, mereka tidak butuh waktu lama. Lima menit motor sudah berhasil dibawa kabur," katanya.

Motor hasil curian dijual ke penadah di Palembang, Sumatera Selatan. Satu unit dijual antara Rp3 juta dan Rp5 juta sesuai kondisi motor. Motor yang mereka jual dipaketkan dengan menggunakan STNK Palsu.

"Dikirim ke Palempang, sebelum sampai Palembang harus transit dulu di Jakarta. Yang membuat STNK palsu ini masih kami cari keberadaanya," paparnya.

Dari pengakuan empat tersangka, mereka sudah mengirim 25 unit sepeda motor ke Palembang.

"Biasanya 10 sudah dikirim, tapi kok sampai 17 unit motor ini karena belum sempat sudah kita amankan," paparnya.

Sebanyak 17 motor yang berhasil diamankan itu di antaranya, empat unit Yamaha Vixon, empat unit Suzuki Satria FU, satu unit Honda Scoopy, empat Honda Megapro, satu unit Honda Vario, dan tiga unit Yamaha Mio.

"Silakan bagi masyarakat yang kehilangan motor baru datang ke Polreta Yogyakarta mengambil motornya, gratis tidak dipungut biaya. Syaratnya, tentu menunjukkan surat-surat kendaran, seperti STNK dan BPKB, serta laporan polisi tentang kehilangan motor. Nanti kami cek nomor rangka dan nomor mesinnya, kalau cocok silakan dibawa pulang," pungkasnya. 

Berita Selengkapnya Klik di Sini

(ris)

http://jogja.okezone.com/read/2013/06/25/510/827196/1-dari-4-pencuri-motor-keluaran-terbaru-ditembak-polisi

Gerandong Ditangkap Warga, Satu Ditembak Polisi


Rabu, 26 Juni 2013 08:59


MARTAPURA - Empat dari delapan gerandong yang baru 
usai memangsa korbannya, pada Selasa (26/6) sekitar pukul 
23.00 WIB berhasil diringkus warga dan aparat kepolisian. 
Dari tangan keempat gerandong ini polisi  mengamankan 
empat unit sepeda motor berbagai jenis. "Satu tersangka 
terpaksa kita lumpuhkan dengan timah panas saat hendak 
diamankan karena berusaha melarikan diri," ungkap Kapolres 
OKU Timur, AKBP Hengky Widjaya melalui AKP Janton Silaban.
(Sal/ndy) Baca selengkapnya di Harian Sumatera Ekspres Kamis (27/6)

http://sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=13090:
gerandong-ditangkap-warga-satu-ditembak-polisi&catid=60:news-update&Itemid=134

Monday 17 June 2013

Rumah Sakit Bhayangkara Bakal Jadi UPT

JAKARTA -- 

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) akan mempertimbangkan usulan pengembangan Rumah Sakit Bhayangkara menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT). Menurut Asisten Deputi Kelembagaan Kesejahteraan Rakyat KemenPAN-RB, Jaka Sutisna pengembangan Rumah Sakit Bhayangkara menjadi UPT merupakan kebijakan Polri dalam meningkatkan pelayanan yang bermutu, merata, profesional, dan proporsional. 

Jaka menjelaskan dengan berubahnya stasus menjadi UPT maka tidak hanya personal Polri dan keluarganya yang bisa menikmati layanan kesehatan dari Rumah Sakit Bhayangkara, tapi juga masyarakat secara keseluruhan. "Perlunya penetapan status rumah sakit menjadi UPT agar dalam pengembangannya dapat menjadi organisasi badan layanan umum pemerintah yang mampu menerapkan tata kelola keuangan secara mandiri," terang Jaka dalam keterang persnya, Sabtu (15/6). 

Data KemenPAN-RB menyebutkan, Rumkit Bhayangkara Polri yang ada saat ini sejumlah 45 Rumkit. Yang telah menjadi UPT sebanyak 35 Rumkit. Sedangkan yang diusulkan menjadi UPT ada tujuh Rumkit. 

"Yang belum diusulkan ada tiga Rumkit karena belum mendapat akreditasi dari Kementerian Kesehatan," ucapnya. Dijelaskan Jaka, Rumkit Bhayangkara yang diusulkan menjadi UPT ada yang sudah beroperasi sejak 2001, dengan menggunakan anggaran yang bersumber dari APBN dan non APBN.

 “Pada dasarnya kami tidak keberatan dalam pembentukan Rumkit Bhayangkara menjadi UPT, karena Rumkit sudah beroperasi, anggaran dan SDM pun sudah ada,” ucapnya. Sementara itu Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Arthur Tampi mengatakan, pengajuan usulan tersebut semata-mata sebagai penunjang keberhasilan pencapaian visi dan misi Polri. “Kalau sudah jadi UPT, SOP pelaksanaan tugas teknis operasional tersebut jadi jelas,” katanya. (Esy/jpnn) 

http://www.jpnn.com/read/2013/06/16/177114/Rumah-Sakit-Bhayangkara-Bakal-Jadi-UPT-.

Seorang Polisi di Medan Tewas Gantung Diri


  • Penulis :
  • Kontributor Medan, Mei Leandha
  • Senin, 17 Juni 2013 | 20:34 WIB

MEDAN, KOMPAS.com -  Brigadir H Turnip (27) gantung diri di rumahnya di Jalan Saudara Ujung, Gang Sahabat, Kecamatan Medan Denai, Senin (17/6/2013).
Kepala Polsekta Medan Area Kompol Rama saat dikonfirmasi mengatakan, Turnip yang bertugas di Mapolsekta Sunggal tewas dengan gantung diri menggunakan tali nilon warna biru di kamar mandi rumahnya.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang kita hadirkan, dia positif meninggal dengan cara gantung diri di plafon kamar mandi menggunakan tali nilon," kata Rama.
Tidak ada keterangan dari pihak keluarga, malah seorang perempuan paruh baya yang merupakan kerabat mengatakan peristiwa ini tidak untuk publikasi.
Keluarga juga tidak melakukan otopsi kepada mayat mantan personil Polisi Sektor Medan Kota yang sempat ikut menangkap para teroris di depan taman makam pahlawan Medan pada 2009.
Seorang warga sekitar yang tak mau disebut identitasnya mengatakan, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Turnip terlihat lalu lalang di depan rumahnya seperti orang bingung.
"Kami tengok dia lalu lalang di depan rumahnnya seperti orang bingung. Dia kayak ada sakitnya, tapi kami tak tahu apa masalah dia sampai bunuh diri," kata warga tersebut. 

http://regional.kompas.com/read/2013/06/17/20344128/Seorang.Polisi.di.Medan.Tewas.Gantung.Diri

Banyak polisi main tembak, bukti rekrutmen Polri amburadul


16 Juli 2013
Kasus penembakan yang dilakukan Brigadir Satu polisi PY di Semarang bukan yang pertama kalinya terjadi. Peristiwa Brigadir PY ini merupakan kasus yang kesekian kali, polisi menembak warga sipil yang tak berdosa.

Komisioner Kompolnas, M Nasser, mengatakan kasus-kasus seperti ini mencerminkan amburadulnya proses rekrutmen anggota kepolisian. Rekrutmen anggota kepolisian itu tidak dapat mendeteksi jiwa dan kondisi psikologis calon polisi yang labil.

"Penyalahgunaan senpi (senjata api) itu disebabkan rendahnya kejiwaan orang (labil) dan sikap penghargaan terhadap hukum oleh anggota Polri, bahwa rekrutmen polisi ini perlu lebih keras dan lebih selektif. Karena beberapa bulan ini punya pengalaman yang kurang bagus," ujarnya saat berbincang dengan merdeka.com (15/5) malam.

Menurut Nasser, pelaku Briptu PY adalah seorang polisi yang labil. Diduga Briptu PY menembak korban di bawah pengaruh minuman beralkohol. Inilah yang menurut Nasser juga harus ditertibkan, dengan melarang anggota polisi mabuk.

"Perlu diatur bahwa anggota polisi tidak boleh mabuk. Kalau minum hanya 1 sendok saja," ujarnya.

Nasser mengakui tentunya hal itu akan sangat sulit, mengingat pihaknya tidak bisa melarang satu persatu personel kepolisian yang meminum minuman berakohol. Namun, menurut Nasser, bisa saja para personel itu di minimalkan minumnya, jangan sampai mabuk.

"Ya kita memang tidak bisa melarang kalau polisi minum satu dua teguk, asal jangan sampai mabuk," ujarnya.

M Nasser menambahkan perlu juga diatur suatu aturan dalam keputusan Kapolri atau Peraturan Pemerintah berupa manajemen penguasaan senjata api bagi anggota polisi yang menjalankan jabatan, pekerjaan atau tugas yang dipercaya. Nasser menyayangkan peristiwa Briptu PY yang seharusnya mengawal sopir jasa pengiriman uang malah berbuat demikian. Menembak mati sang sopir tepat di kepalanya hingga tewas.

"Perlu diaturnya manajemen penguasaan senpi. Jadi orang-orang yang megang senjata api itu melalui jabatan, pekerjaan, tugas yang dipercaya harus melalui tes khusus," ujarnya.

Kompolnas pun mendesak dibuatkan khusus terkait peraturan penguasaan senpi ini. Sebab, pada peraturan sebelumnya tidak diatur dengan jelas dan sanksi terbilang ringan.

"Sebetulnya ada aturan Perkap tentang disiplin anggota Polri menggunakan senpi dsb. Tetapi mereka kalau hanya ngikut saja, sanksinya tidak jelas. Ada peraturannya, tapi sanksinya rendah saja. Harusnya ada perkap khusus tentang ini," tutupnya.

Kepolisian Resor Kota Besar Semarang menyelidiki penyebab tindakan penembakan yang dilakukan Brigadir Satu PY, anggota yang bertugas sebagai pengawal perusahaan jasa pengawalan uang hingga menewaskan seseorang. Briptu PY diduga dalam pengaruh alkohol saat kejadian.

"Tindakan pelaku sudah tidak terkontrol, sedang dilakukan pemeriksaan," kata Kepala Polrestabes Semarang Komisaris Besar Elan Subilan di Semarang seperti dikutip dari Antara, Sabtu (15/6).

Tindakan pelaku yang menewaskan sopir PT TAG Semarang bernama Nuki Nugroho (25) tersebut diduga akibat pengaruh minuman keras. Elan menjelaskan usai bertugas mengawal, pelaku tidak pulang kembali ke rumah dan membeli minuman keras.

Saat kejadian pada sekitar pukul 03.00 WIB, korban Nuki dalam keadaan tidur. Pelaku menggunakan senjata jenis Revolver dengan dua pengaman yang disiapkan.
[hhw]

http://www.merdeka.com/peristiwa/banyak-polisi-main-tembak-bukti-rekrutmen-polri-amburadul.html

Drunk Semarang police officer grilled over fatal shooting

A member of the Semarang Police, First Brig. (Briptu) Priya Yustianto, 26, could face disciplinary action and ethics sanctions for allegedly killing a security guard in Semarang, Central Java, on Saturday morning.

Semarang Police Chief Sr. Comr. Elan Subilan said on Sunday that Priya was officially declared a
suspect, and is faced with the prospect of being fired from the police force for his misconduct.

According to Elan, Priya shot Nucky Nugroho, 25, who worked as a security guard at PT Tunas Artha Graha (TAG), a security service company, at around 2:30 a.m. at the company’s mess hall.

Priya had been assigned to safeguard the PT TAG office. Priya and Nucky were known to be good friends. It was reported that Priya was drunk when he accidentally shot Nucky in the head.

“Briptu Priya was off duty at 10 p.m., and since he had the morning shift the next day and it was too late to go back to his home in Grobogan [which is about 60 kilometers from Semarang], he decided to stay in town and bought congyang [local alcoholic beverage instead. He got drunk on Jl. Pahlawan,” said Elan.

Later on, the drunk officer went to PT TAG mess hall and later found three employees asleep. Priya then played a lethal game of chance with his pistol similar to Russian roulette, placing the gun to each of the employee’s heads.

“In the first two chances, he [Priya] pointed the gun at the two employees, fired it, but nobody got hurt. In the third chance, however, the shot killed Nucky,” said Elan, adding that the bullet had pierced Nucky’s head from the back going forward.

Nucky was in a critical condition when he was taken to the Kariadi Hospital. He died at dawn.

Separately, Central Java Police Chief Insp. Gen. Dwi Priyatno said the incident was a dereliction of his duty as Priya should have returned the pistol to the station when he finished his shift.

Dwi said that Priya had undergone a urine test to find out whether he had also consumed drugs and the results were negative.

“There is no malice in this case. It is merely a dereliction of duty which has caused death,” he added.

Nucky’s father, Muryanto, 63, confirmed that Priya and Nucky were friends. “He [Priya] often came to our house. He knew him [Nucky] well,” said Muryanto.

Meanwhile, Elan expressed his deepest sympathies to Nucky’s family over the incident.

“We have apologized to the victim’s family and we have also provided assistance to the family [for the funeral],” he said.


http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/17/drunk-semarang-police-officer-grilled-over-fatal-shooting.html