Saturday 30 March 2013

Perampok Sadis di Ciracas Akhirnya Ditembak

Perampok Toko Emas Tewas di Tembus Timah Panas

Kapten, Julukan Perampok SPBU yang Ditembak Polisi



Ilustrasi Pelaku Perampokan.
Ilustrasi Pelaku Perampokan. (sumber: ANTARA FOTO)
Jakarta - Hoderi alias Dori (37), perampok yang ditembak mati oleh anggota kepolisian karena berusaha melarikan diri pada Jumat (29/3) dinihari dijuluki 'Kapten'.
Dori diketahui merupakan otak intelektual sekaligus pimpinan dalam komplotan perampok yang kerap menyasar petugas SPBU di wilayah Jakarta Timur yang akan menyetorkan uang hasil penjualan ke bank tersebut.
"HDR itu pimpinan komplotan ini. Dia biasa dipanggil kapten. Dalam melakukan kejahatannya HDR berperan sebagai aktor intelektual dan mengotaki kejahatan tersebut," kata Kapolres Jakarta Timur, Kombes Mulyadi Kaharni dalam konferensi pers di kantor Mapolres, Jumat (29/3).
Dikatakan Mulyadi, dalam setiap kali beraksi, Dori merekrut orang-orang yang berbeda yang berasal dari daerah yang sama dengannya. Hal itu dimaksudkan agar aksi kejahatannya sulit diendus petugas.
"Setiap lokasi yang dijadikan sasaran, yang bersangkutan merekrut personil yang berbeda. Jumlah pelaku sepanjang 2013 ada 15 tersangka. Orang-orang yang berasal dari daerahnya tidak ada yang berani melawan," kata Mulyadi.
Berdasar data kepolisian, komplotan Dori sudah 13 kali beraksi di wilayah Jakarta Timur sejak 2007 lalu. Jumlah itu, termasuk 10 aksi yang dilakukan sejak awal tahun 2013.
"10 kasus yang dilakukan sebagian besar merupakan calon nasabah yang akan setor uang hasil penjualan di beberapa spbu ke bank," jelasnya.
Dari 10 kali perampokan yang dilakukan sejak awal tahun 2013, Dori cs menggasak uang dengan total Rp 1,750 miliar. Setelah dibagi rata dengan anggota komplotan yang lain, dia mengirim uang hasil kejahatannya ke keluarganya yang berada di daerah Jawa Timur.
Seperti telah diberitakan, tim gabungan Polres Jakarta Timur dan Polda Metro Jaya membekuk dua anggota perampok yang kerap menyasar petugas SPBU di wilayah Jakarta Timur yang akan menyetor uang hasil penjualan SPBU ke bank. Sebelum menembak Dori, petugas menangkap rekannya bernama Muhi di Cikarang.
"Sudah kami tangkap. Dua orang itu bernama Muhi dan Hoderi alias Dori," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur, AKBP M. Saleh saat dihubungi wartawan.
Saleh menuturkan, dari penangkapan itu, dan setelah dikembangkan, pada Jumat dini hari, aparat menangkap tersangka Dori di tempat tinggal nya di daerah Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Namun, pelaku memberontak dan berusaha melarikan diri saat diminta menunjukan anggota kawanan lainnya yang tinggal di daerah Cakung. Petugas sempat melepaskan tembakan ke udara, namun Dori terus berupaya kabur. Meski kakinya ditembak, Dori tetap berlari, alhasil, petugas terpaksa mengarahkan tembakan ke tubuh tersangka.
Tersangka Muhi langsung digelendang ke Mapolres Jakarta Timur dan saat ini tengah diperiksa secara intensif. Sementara jenasah Dori telah dibawa ke ruang jenasah Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Muhi dijerat dengan pasal 365 KUHP mengenai pencurian dengan kekerasan dan diancam hukuman 9 tahun penjara. Petugas saat ini tengah memburu 13 anggota komplotan lainnya.
Penulis: F-5/FER
Sumber:Suara Pembaruan

http://www.beritasatu.com/hukum-kriminalitas/104841-kapten-julukan-perampok-spbu-yang-ditembak-polisi.html

Kepergok Hendak Curi Motor, Anak Camat Ditembak Polisi

Rabu, 27 Maret 2013 - 11:57:30 WIB

Komhukum (Palembang) - Anggota Polsek Belitang Kabupaten OKU Timur Brigadir Heri terpaksa mengeluarkan empat kali tembakan terhadap Yazid karena membela diri pada saat hendak menangkapnya.

Heri saat itu memergoki aksi Yazid yang merupakan anak Camat Bungamayang, bersama dua rekannya itu diduga akan mencuri sepeda motor warga.

Brigadir Heri terpaksa menembak pelaku karena membela diri setelah kepalanya dipukul lebih dahulu oleh anak camat tersebut menggunakan soft gun berkali-kali hingga terjatuh.

Brigadir Heri mengaku tidak mengetahui jika senjata yang dipegang Yazid merupakan soft gun. Brigadir Heri yang panik karena melihat Yazid memegang senjata tepat di hadapannya langsung mencabut pistol miliknya dan menembak berkali-kali.

“Saya kaget ketika melihat Yazid memegang senjata tepat berdiri di hadapan saya. Saya berfikir saya akan mati di tempat itu. Saya reflek menembaknya beberapa kali,” kata Brigadir Heri yang saat ini masih di Rumah Sakit Charitas, Belitang, Rabu (27/03).

Lebih lanjut Heri mengatakan, setelah dia berhasil melumpuhkan Yazid dan berusaha merebut senjata yang ada di tangan Yazid, dia baru mengetahui jika senjata yang dipegang Yazid merupakan soft gun.

"Saya kemudian meminta warga yang ada di sekitar lokasi untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Belitang dan membawa diri saya dan Yazid ke rumah sakit," Urainya

Penembakan anak camat tersebut berawal ketika Brigadir Heri memergoki Yazid dan kedua rekannya yang diduga akan mencuri sepeda motor warga. Lantas Heri yang ketika itu sedang bertugas kemudian mengejar ketiga pelaku yang berjalan ke arah taman Desa Gumawang. Setibanya di taman, Heri kemudian mendekati Yazid dan kedua rekannya.

Heri yang berniat menggeledah kedua rekan Yazid terhenti karena Yazid yang ada di belakangnya langsung memukul kepalanya berkali-kali dengan soft gun.

Heri kemudian menoleh ke arah Yazid yang terus memukulnya hingga terjatuh. Pada saat itulah Heri melihat Yazid memegang senjata.

Heri yang sudah merasakan pusing karena kepalanya dipukul langsung mengeluarkan senjata dan melepaskan tembakan beberapa kali hingga mengenai perut, paha kiri dan kanan serta tangan kanan Yazid dan lansgung merebut senjata soft gun dari tangan Yazid. (K-2/Adi)


http://oktaviack.blogspot.com.au/2013/03/kepergok-hendak-curi-motor-anak-camat.html

Melawan, pelaku perampokan SPBU Jaktim tewas ditembak polisi


Melawan, pelaku perampokan SPBU Jaktim tewas ditembak polisi - kawanan pelaku lain sudah ditangkap - SPBU yang dirampok kawanan perampok
SPBU yang dirampok kawanan perampok(Foto: Winarko Licom)

Editor:  | Jumat, 29 Maret 2013 22:33 WIB, 12 jam yang lalu
LENSAINDONESIA.COM : Tim dari gabungan satuan unit Kriminal Polres Jakarta Timur dan Polda Metro Jaya berhasil menangkap dua orang pelaku perampokan nasabah bank dan SPBU beberapa waktu lalu pada Jumat (29/3/13) pagi dini hari. Dalam penangkapan ini, satu pelaku tewas ditembak Polisi karena melawan Polisi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur, AKBP Muhammad Saleh membenarkan peristiwa tersebut. Polisi telah melakukan penangkapan satu orang tersangka bernama Muhi di rumahnya, daerah Cikarang, Jawa Barat.
“Memang benar. Kami sudah menangkap dua orang. Pelaku itu bernama Muhi dan Hoderi alias Dori. Tersangka atas nama Hoderi alias Dori dan sebelumnya Petugas sudah melepaskan tembakan peringatan namun masih mencoba kabur. Terpaksa kita tembak,” ujarnya kepada wartawan di Mapolres Jakarta Timur, Jumat (29/3/13).
Saleh mengungkapkan, dua pelaku tersebut telah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polisi sejak maraknya aksi perampokan karyawan SPBU yang hendak menyetorkan uang penjualan ke Bank sejak bulan Januari 2013 lalu.
“Setelah melakukan pemeriksaan, kami mendapatkan satu pelaku bernama Muhi tinggal di Cikarang. Kemudian, usai memeriksa Muhi, dilakukan pengembangan dan berhasil menangkap Dori di kawasan Klender Jaktim,” katanya.
Seperti diketahui kini, jenazah tersangka Hoderi telah dibawa ke ruangan jenazah Rumah Sakit Polri Bhayangkara Raden Said Sukamto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Tersangka lain atas nama Muhi tengah diperiksa secara intensif di Kriminal Umum Kepolisian Resor Metro Jakarta.@winarko

http://www.lensaindonesia.com/2013/03/29/melawan-pelaku-perampokan-spbu-jaktim-tewas-ditembak-polisi.html

Thursday 28 March 2013

Pencuri Motor Tewas Ditembak Polisi di Mampang

metropolitan - Rabu, 27 Maret 2013 | 14:11 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Seorang pelaku pencurian sepeda motor yang kerap beraksi di wilayah Mampang, Jakarta Selatan, tewas ditembak oleh Tim Reskrim Polsek Mampang pada Rabu (27/3/2013) dini hari.

Kapolsek Mampang, Kompol Bambang Ari Wibowo mengatakan, pelaku bernama Efendi (26), ditembak setelah terpergok saat beraksi di Jalan Mampang Prapatan XV, Mampang, Jakarta Selatan. Penangkapan, dilakukan setelah petugas mendapat laporan dari masyarakat sekitar yang mengatakan sering terjadi kehilangan sepeda motor.

Mendapat laporan, Polsek Mampang pun menurunkan unit Reskrim untuk melakukan patroli. Pada Rabu dini hari, saat anggota sedang patroli di sekitar lokasi kejadian, petugas melihat ada 4 orang yang dicurigai ingin mengambil sepeda motor milik warga. Begitu petugas ingin menangkap pelaku, namun pelaku berhasil mengetahui pengintaian petugas sehingga melarikan diri.

"Pelaku kepergok dan petugas memberikan tembakan peringatan, tapi tidak dihiraukan oleh pelaku terpaksa diambil tindakan tegas," katanya.

Bambang mengatakan, satu pelaku yang dilumpuhkan itu bernama Efendi dan tiga pelaku lainnya lolos berhasil kabur. Setelah itu, pelaku yang ditembak dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati.

"Tapi tidak kuat menahan akibat tembakan akhirnya di perjalanan meninggal dunia," ucapnya.

Saat ini petugas sedang memburu tiga pelaku yang berhasil melarikan diri. Sedangkan, jasad Efendi masih ada di RS Polri Kramat Jati. "Kasus masih dalam penyelidikan dan polisi mendapatkan dua buah kunci Leter T dan sepeda motor yang digunakan pelaku saat beraksi dari tangan Efendi," tandasnya.[bay]


http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1971926/pencuri-motor-tewas-ditembak-polisi-di-mampang#.UVUOFI5MGZY

Police Chief Killed By Angry Mob in North Sumatra

Jakarta Globe | March 28, 2013
The Pardamean Police chief was killed by an unruly mob after he and three officers busted a gambling site in the North Sumatra village of Dolok Saribu on Wednesday night.

Sr. Comr. Heru Prakoso, a spokesman for the North Sumatra police, told Antara News Agency on Thursday that police chief Adj. Comr. Andra Siahaan received a tip about the gambling den on Wednesday evening.

Andar brought three other officers along him to the location: First Adj. Insp. Amada Simbolon, chief Brig. Lamsar Samosir and Brig. Leo Sidauruk.

The four officers arrested Y. Saragih for selling tickets for togel, a form of gambling based on numbers that is popular in North Sumatra.

Following the arrest, Saragih’s wife, Yeni Sumbayak, proceeded to make a scene and provoke residents of the village by telling them that the four officers were actually buffalo thieves.

The mob closed in on the four men and forced them to release Saragih. Three of the officers managed to escape the mob, though Andar failed to do so.

Andar reportedly called Simalungun district police chief Adj. Sr. Comr. Andi. S. Taufik for help.

“The victim called and told me that he was surrounded by an angry mob while he was inside his car,” Andi said, as quoted by Kompas.
Andi suggested that he leave his vehicle and run to safety.

“Five minutes later, his cell phone was no longer active, and I asked my officers to go to the location,” Andi said.

By the time officers with the Simalungun police arrived on the scene, the mob had already killed Andar. He was brutally beaten over the head with blunt objects.

Andi told Suara Pembaruan that 75 people who were allegedly involved in the attack have been detained by the Simalungun police. Twenty-five others have been brought in as witnesses.

“Those who were caught have been detained for further investigation,” he said. “We need to conduct an investigation to determine who masterminded the attack on the Pardamean police chief. Some of [those detained] will be named as suspects.”

Andi noted that the police were still searching for other residents involved in the incident.

“Among those arrested included the togel agent and his wife,” Andi said. “They allegedly triggered the angry mob ... We Won’t tolerate this violation of the law.”

Andar is survived by his wife and three children. His remains will be buried on Friday at Taman Bahagia cemetery.


http://www.thejakartaglobe.com/lawandorder/police-chief-killed-by-angry-mob-in-north-sumatra/582489?utm_source=newsletter&utm_medium=email&utm_campaign=jgnewsletter

Tuesday 26 March 2013

Mr Hadi Ditembak Polisi

http://okezone.tv/play/40796/mr-hadi-ditembak-polisi

2 dari 3 pelaku maling motor ditembak polisi

http://www.beritacilegon.com/hukum-a-kriminal/2478-2-dari-3-pelaku-maling-motor-ditembak-polisi,-kasat-reskrim-jangan-parkir-sembarangan.html

Dikenali Nopol Motor, Dua Jambret Ditembak Polisi


Selasa, 26 Maret 2013 , 13:08:00


BANJARMASIN – Reskrim Polsekta Banjarmasin Tengah, berhasil meringkus dua spesialis pelaku jambret yang beraksi di Banjarmasin, Senin (25/3). Kedua pelaku ini juga diberi pelajaran oleh petugas dengan menembak kakinya.
    
Kedua pelaku yang ditangkap tersebut adalah Riky (23) warga Pekauman Gg Mutiara, Banjarmasin Selatan, dan Gunawan (20) warga Jln KS Tubun Gg Damai, Banjarmasin Selatan. Selain mengamankan pelaku, anggota juga menyita satu unit sepeda motor Suzuki Satria F dengan nopol DA 4228 milik Riky

Penangkapan pelaku berawal dari pengintaian terhadap sepeda motor yang dicurigai digunakan pelaku ketika menjambret. Petugas mengetahui ciri-ciri sepeda motor pelaku setelah salah seorang perempuan yang menjadi korban penjambretan mengenal nopol sepeda motor pelaku.

Secara tak sengaja petugas melihat sepeda motor tersebut sedang parkir di depan Hotel Candi di kawasan Jln Ujung Murung. Karena tak tahu siapa pemiliknya, petugas kemudian melakukan pengintaian. Setelah ditunggu beberapa saat, Riky keluar dari hotel dan menuju sepeda motor yang dicurigai.

Melihat pelaku mau naik sepeda motor, petugas langsung meringkus pelaku. Setelah diinterogasi akhirnya Riky mengaku ia pernah melakukan penjambretan di wilayah hukum Polsekta Banjarmasin Tengah bersama dengan Gunawan.

Tak mau buruannya kabur, petugas kemudian memancing Gunawan untuk mendatangi Riky. Gunawan akhirnya berhasil ditangkap tak jauh dari rumahnya. Ketika dilakukan pengembangan untuk mencari pelaku lainnya, kedua pelaku berusaha kabur hingga akhirnya ditembak di kakinya masing-masing. Gunawan ditembak dua kali di bagian kaki kiri dan Riky ditembak dua kali di bagian kaki kanan.

Kapolsekta Banjarmasin Tengah Kompol Raymond membenarkan anggotanya berhasil meringkus dua orang pelaku jambret. Dari keterangan kedua pelaku terungkap kalau aksi penjambretan tersebut dilakukan di tujuh tempat. Dari laporan polisi, pelaku beraksi di Banjarmasin Utara 3 kali, Banjarmasin Tengah 2 kali, dan Banjarmasin Barat 3 kali. 

"Kasus ini akan terus kami kembangkan. Dari pengakuan mereka, masih ada pelaku lainnya,” bebernya. (hni)


http://www.jpnn.com/read/2013/03/26/164526/Dikenali-Nopol-Motor,-Dua-Jambret-Ditembak-Polisi-

Komplotan pemeras ABG ditembak polisi

Merdeka.com – Sel, 26 Mar 2013

MERDEKA.COM. Lantaran coba melawan dan menghindari kejaran polisi, DD (24), DR (33), dan RZ (35), tiga komplotan pelaku pencurian dengan kekerasan terhadap Anak Baru Gede (ABG) terpaksa ditembak di bagian kaki oleh Tim Buser Polsek Serpong. Selain itu, ketiganya harus mendekam di penjara akibat perbuatannya.

Terungkapnya aksi para pelaku ini bermula dari laporan yang disampaikan korban, D (18). Korban sendiri merupakan mahasiswa Univeritas Pamulang (Unpam). "Kami mendapat laporan dari korban, setelah sebelumnya dibawa pakai taksi dan dibuang di tol Pondok Aren," kata Kompol Leganek Mawardi, Kapolsek Serpong, Senin (25/3).

Dari keterangan korban, lanjut Leganek, aksi para pelaku ini bermula saat korban hendak jalan-jalan di ITS BSD. Namun, sesampainya di parkiran, motor, tiba-tiba korban didatangi oleh tiga orang pemuda, dan menuduh korban telah memukuli anak bosnya. Tanpa basa-basi, korban dibawa tiga pelaku masuk ke dalam taksi.

"Di dalam taksi itu korban dianiaya, dan diambil ATM-nya. Selanjutnya oleh para pelaku, ATM itu dikuras hingga habis, sekitar Rp 2,2 juta. Bukan hanya itu, setelah membuang korban di tol Pondok Aren, para pelaku juga mengambil motor Vixion milik korban. Kemudian korban melaporkan kejadian itu kepada kami," ujarnya.

Dari keterangan korban, polisi kemudian mengidentifikasi ciri-ciri para pelaku. Dengan bantuan korban pula, Tim Buser akhirnya menemukan keberadaan para pelaku di tiga tempat yang berbeda. Yakni, di BSD, Cipulir, dan Ciledug. 

"Saat akan ditangkap, ketiganya sempat melakukan perlawanan. Makanya, tim buser pun menembak kaki pelaku, setelah sebelumnya memberikan tembakan peringatan," imbuhnya.

Leganek mengingatkan soal modus operandi pelaku agar dapat dijadikan pelajaran masyarakat. Pelaku sengaja menuduh korban-korbannya telah melakukan tindak pemukulan bos para pelaku dan kemudian membawanya masuk ke dalam taksi. Saat itulah, para pelaku memeras harta benda milik korban-korbannya. 

"Perbuatan ini bukan pertamakalinya dilakukan pelaku. Mereka profesional dan targetnya selalu para ABG," pungkasnya.


http://id.berita.yahoo.com/komplotan-pemeras-abg-ditembak-polisi-210300420.html

Usai Dipukuli Massa, Pejambret di KRL Ditembak Polisi



http://www.youtube.com/watch?v=dSdqfuNPVzU

Anggota TNI Tewas Ditembak Polisi di OKU Sumatera Selatan



http://www.youtube.com/watch?v=vXSUyNOcJXI

Kelompok Setan Merah Ahkirnya ditembak polisi



http://www.youtube.com/watch?v=ZE-v_-5i7ik

Dua Perampok Tewas Ditembak Polisi di Cilandak, Jakarta Selatan



http://www.youtube.com/watch?v=Z3IK9TpJeEA&noredirect=1

Salah Sasaran, Pemuda Tewas Ditembak Polisi di Sukabumi, Jawa barat [20 Maret 2013]



http://www.youtube.com/watch?v=6gv9RvUqVZU

Monday 25 March 2013

‘Weak’ State Blasted Over Sleman Prison Attack


Markus Junianto Sihaloho | March 25, 2013

Lawmakers have lambasted the government for its failure to protect the public after a brutal attack on Cebongan Prison in Sleman, Yogyakarta, left four people dead. 

An unidentified group of 17 gunmen, wearing face masks and carrying assault rifles, barged into the jail early on Saturday morning, threatening the wardens before executing four prisoners awaiting trial over the death of a soldier. 

Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) secretary general Tjahjo Kumolo said on Sunday that the attack was a major embarrassment for the government. 

“Revenge motives aside, this attack signifies an open attempt to disgrace the ruling government, in particular the Justice and Human Rights Ministry,” he said, warning a spate of similar violence could now be triggered. 

Tjahjo called for all parties caught up in the attack — from Cebongan correctional authorities to the Indonesian military — to be transparent and ready for a full investigation into what happened. 

“This incident indicates there is something wrong with the system,” he said. 

Tjahjo noted a similar case in Papua, where an army post was attacked by rebels, remained unsolved, as did an attack on a police station in Poso, Central Sulawesi. 

Comr. Gen. Sutarman, the National Police’s chief of criminal investigations, said that he had sent a team of officers to look into the incident. 

“The National Police will provide backup for this case. The team is being led by [head of general crime] Brig. Gen. Ari Dono,” he said, adding that the police were still examining the crime scene and had yet to identify the assailants. 

Fadli Zon, the deputy chairman of the Great Indonesia Movement Party (Gerindra), said that the country was being taken over by “mafia.” 

“I’ve never heard of such incidents except in action movies,” he said in a statement on Sunday. “The state is powerless and weak in the face of the armed forces. Rule of law is absent and undignified.” 

Fadli said the government must take the executions seriously, and demanded swift steps to apprehend the culprits and ensure that such a shocking attack didn’t happen again. 

“If not taken seriously, the public will lose confidence in law enforcers and they will take justice into their own hands,” he said. “This brutal incident shouldn’t have happened in Indonesia.” 

Separately, Gerindra lawmaker Martin Hutabarat said vigilante acts usually stemmed from a lack of respect for the legal system, which was considered unable — or unwilling — to punish offenders. 

“If the people trust our law enforcers, this incident wouldn’t have happened,” he said. 

Tubagus Hasanuddin, deputy chairman of House Commission I on defense, also called for a strong response from President Susilo Bambang Yudhoyono.

“This case is not just a matter of discipline. This is an attempt to fight the government. The president must be firm when dealing with this case,” he said on Sunday. 

The public had a right to feel terrorized, Tubagus added, with gunman wielding an arsenal of weaponry and taking over a high-security prison with ease. 

“Where’s the control [from the army and police]? The state can be considered negligent,” he said. 

The Cebongan attack is believed to be linked to a murder at a Slemen club, Hugo’s Cafe, early on Tuesday morning. Special Forces (Kopassus) soldier First Sgt. Heru Santosa allegedly was stabbed to death when he tried to break up a fight at the venue. 

Sleman Police arrested four men in connection with the murder: Hendrik Angel Sahetapi, 31; Yohanes Juan Mambait, 38; Gameliel Yermianto Rohi Riwu, 29; and Adrianus Candra Galaja, 33. 

Around 1:15 a.m on Saturday morning the jail was stormed by men claiming they were police. After unsuccessfully trying to move the suspects out of their cells, they opened fire, killing all four.


http://www.thejakartaglobe.com/news/weak-state-blasted-over-sleman-prison-attack/581839

Kopassus stands accused of Sleman killings


The execution-style killing of four detainees accused of murdering a former member of the Army’s Special Forces (Kopassus) by reportedly “professional” gunmen has put the Indonesian Military’s (TNI) elite forces under intense public scrutiny. 

A group of armed men wearing masks ransacked Cebongan Prison in Sleman, Yogyakarta, early on Saturday morning, killing four detainees who had been charged with stabbing to death a former Kopassus member, identified as First Sgt. Heru Santoso, in a brawl at a café in Yogyakarta last week. 

The detainees were killed inside their cells. The assailants also took with them CCTV footage, threatened to blow up the prison with grenades, and injured eight prison officers before leaving the prison. The entire incident took only around 15 minutes to execute.

The fact that Heru was a former Kopassus member and that the attack was carried out in such a systematic away has triggered speculation that the perpetrators were members of Kopassus seeking to avenge Heru’s death. 

Senior government officials have called on the public not to speculate as to who was responsible for the horrific killings, saying that everyone should wait for the results of the official investigation carried out by the police. 

The TNI, however, was quick to deny the accusation. The commander of Regional Military Command (Kodam) IV/Diponegoro, Maj. Gen. Hardiono Saroso, claimed that his men had nothing to do with the incident. “None of the soldiers was involved. I am responsible as the district military commander,” he said. 

He argued that just because the assailants appeared to be well-trained did not mean they were members of the military. He also said that the rifles used by the gunmen were not standard Army issue but were available in many places. 

He confirmed that Heru was a former Kopassus member who was on duty when he visited the café on the night he was killed. “He did not go there for leisure.” 

Eva Kusuma Sundari, a member of the House of Representatives’ Commission III overseeing laws and human rights, suggested that the TNI should help the police to investigate the incident as there were indications of military involvement. 

“Kopassus must conduct a transparent investigation regarding the allegations leveled against its members. Check all weapons and bullets to see whether any of them have been fired lately,” she said. 

Coordinating Political, Legal and Security Affairs Minister Djoko Suyanto ordered on Saturday the TNI chief, Admiral Agus Suhartono, and National Police chief Gen. Timur Pradopo to investigate the case thoroughly. “No matter who the perpetrators are, they must be arrested and prosecuted,” he said. 

Law and Human Rights Minister Amir Syamsuddin also demanded that the assailants be arrested immediately, saying that it was the first time that a group of men had broken into a prison and committed murder. “I apologize to the families of the victims for failing to protect their loved ones,” he said while visiting the prison. 

The four victims, identified as Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait and Gamaliel Yermiayanto Rohi Riwu should have been detained at the Yogyakarta Police detention center, but were transferred to the Cebongan Prison because the ceiling in the detention center was damaged. This has led to speculation that the police were aware of a possible attack against the four.

The incident in Sleman occurred only weeks after the burning of a police station in Ogan Komering Ulu (OKU), South Sumatra, which highlighted once again the simmering tension between the police and the military. The OKU attack was triggered by the killing of a soldier by a policeman. 
While officials have dismissed speculation that the killings in Sleman had anything to do with purported TNI-police rivalry, one of the slain suspects accused of killing Heru is confirmed as having been a former policeman.

http://www.thejakartapost.com/news/2013/03/24/kopassus-stands-accused-sleman-killings.html

Inikah Penyebab 4 Tahanan LP Sleman Ditembak hingga Tewas?

Sabtu, 23 Maret 2013 12:47 wib
LP Cebongan, Sleman (Foto: Prabowo/Okezone)
LP Cebongan, Sleman (Foto: Prabowo/Okezone)
SLEMAN - Penyerangan yang dilakukan sekelompok orang tak dikenal di LP Kelas II Cebongan, Kabupaten Sleman, DIY, menewaskan empat tahanan.

Tahanan yang tewas merupakan terduga pelaku penikaman dan pengeroyokan yang menewaskan seorang anggota Kopassus, Sertu Santosa. Santosa tewas dianiaya di Hugo’s Café di Jalan Adisucipto, Km 8,5, Maguwoharjo, Depok, Sleman, pada Selasa, 19 Maret 2013.

Pria asal Palembang, Sumatera Selatan, yang berdomosili di Desa Menjangan, Kecamatan Kartosuro, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, itu ditikam menggunakan pecahan botol minuman keras di bagian dada.

Penganiayaan terjadi pada dini hari sekira pukul 02.45 WIB. Santosa datang bersama dua rekannya yang juga anggota Kopassus.

“Pelakunya Dicky, preman yang biasa mangkal di sini. Dia tinggalnya di mess di Lempuyangan, semua orang sudah tahu siapa dia,” kata seorang sumber di Mapolda DIY, yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan, kepada Okezone, Selasa, 19 Maret 2013.

Polda DIY langsung turun tangan mengungkap kasus ini. Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk empat pelaku.

Dari pemeriksaan diketahui, Sertu Santosa sempat dipukul kepalanya menggunakan botol minuman keras. Pecahan botol itu juga digunakan untuk menikam dada korban hingga menyebabkan enam tulang tusuknya patah. Selain itu, Santosa juga ditusuk menggunakan pisau, kemudian dikeroyok.

Polisi memastikan bahwa pelaku dan korban sebelumnya belum saling kenal. Sejauh ini, polisi belum dapat memastikan motif penganiayaan yang menewaskan Santosa.

Pengusutan kasus pembunuhan Santosa masih berlangsung. Kini, tugas polisi ditambah dengan mengungkap kasus penyerangan LP kelas II itu. 
http://jogja.okezone.com/read/2013/03/23/510/780408/inikah-penyebab-4-tahanan-lp-sleman-ditembak-hingga-tewas

Empat Napi Lapas Sleman Ditembak Mati

24 Maret 2013 | BP
Pelakunya Diduga Oknum Kopassus
Yogyakarta (Bali Post) -

Lapas Kelas IIB Sleman, Yogyakarta, diserang oleh TNI. Pelakunya diduga kuat oknum Kopassus. Penyerangan tersebut terjadi Sabtu dini hari (23/3). Mereka menembak mati empat tersangka pengeroyokan rekannya yang ditahan di Lapas tersebut.

Keempat tahanan yang tewas bernama Hendrik alias Diki, Johan, Dedi, dan Adilado. Mereka ditangkap karena mengeroyok Sertu Santoso (31) hingga tewas. Prajurit Kopassus TNI AD ini terlibat pertengkaran dengan sekelompok orang di Cafe Hugo's.

Pejabat di Ditjen PAS Kementerian Hukum dan HAM membenarkan anggota Kopassus menyerang Lapas Kelas IIB Sleman. Anggota Kopassus berusaha menyerang pelaku pengeroyokan.

Diberitakan sebelumnya, Sertu Santoso (31) ditemukan tewas akibat perkelahian di Sleman, Selasa (19/3).

Sumber lain menyebutkan penyerang membawa senjata api dan memaksa masuk gerbang Lapas. Para penyerbu ini marah atas tewasnya rekan mereka di Cafe Hugo's di Yogyakarta, yang dikeroyok 4 pelaku yang ditahan di Lapas.

Hingga akhirnya, para pelaku menodongkan pistol dan mengancam penjaga. Gerbang akhirnya terbuka. Para pelaku kemudian mencari pelaku pengeroyokan rekan mereka. Keempat napi itu ditembak mati.

Pihak Humas Kopassus, Mayor Munir, yang ditanya soal peristiwa ini mengaku masih melakukan pengecekan. "Kami cek dulu," kata Munir.

Wamen Denny Indrayana yang dimintai konfirmasi, menyatakan masih melakukan pengecekan. Humas Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Akbar Hadi Prabowo, mengatakan, orang bersenjata itu memaksa masuk lapas melalui pintu portir. Mereka kemudian meminta petugas menunjukkan kamar empat penghuni. "Setelah menemukan ada di kamar A5, mereka langsung menembaki empat penghuni lapas hingga tewas," kata Akbar Hadi Sabtu kemarin. Kemenkumham belum mengetahui identitas pelaku penyerangan.

Assintel Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus, Letkol Infantri Richard, mengatakan, akan segera memastikan apakah pelaku penyerangan tersebut merupakan anggota Kopassus atau bukan.

Richard menegaskan, institusi Kopassus tidak membenarkan segala macam tindakan anarkisme, apalagi sampai merusak tempat dan menimbulkan korban jiwa. Jika benar pelaku penyerangan Lapas Kelas IIB tersebut adalah anggota Kopassus, kasus tersebut akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwenang, dan pelaku harus mendapatkan hukuman yang berat.

Kapolda DIY, Brigjen Sabar Rahardjo, membenarkan bila penyerbuan lapas ini terkait dengan pengeroyokan prajurit Kopassus. (kmb)

3 PEMUDA NTT DITEMBAK: Polisi Bilang Hanya Isu


25 March 2013 12:26
JAKARTA— Polsek Metro Tamansari, Jakarta Barat, memastikan tidak ada peristiwa penembakan terhadap tiga orang pemuda asal Nusa Tenggara Timur di daerah Glodok.
“Tidak benar informasi itu,” kata Kepala Polsek Metro Tamansari, Ajun Komisaris Besar Polisi Maolana saat dihubungi di Jakarta, Senin (25/3).
Maolana mengatakan pihaknya telah mengecek informasi tersebut ke lokasi kejadian, namun tidak ada peristiwa penembakan yang bersifat provokatif tersebut.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Barat, Ajun Komisaris Besar Polisi Hengki Haryadi juga memastikan informasi penembakan tersebut tidak benar.
Sebelumnya, beredar informasi melalui pesan singkat (Blackberry Message) yang menyebutkan telah terjadi penembakan terhadap tiga pemuda NTT yang dilakukan orang tidak dikenal di dalam Gedung Pasar Jaya Glodok Lantai 5, Senin (25/3) sekitar pukul 05.30 WIB.
Pesan singkat itu menyebutkan ketiga orang korban penembakan, yakni Bobby Ngebu (Boby), Fandy Djira (Fany) dan Ayub Manafe (Pabea).
Pengirim pesan tidak bertanggung jawab itu menyatakan ketiga korban ditembak orang misterius setelah pulang dari Golden Crown Club, Jakarta Barat. Korban, lanjut pesan tersebut, ditemukan karyawan di depan mobil Alphard bernomor polisi B-1267-CF milik Mikel Deru asal NTT.
Berdasarkan cerita itu, para korban diikuti sepasang mobil “Blazer” warna hitam yang tidak memasang plat nomor polisi, usai mengikuti aksi bakar lilin di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (24/3) sore, menuju Crown. (Antara/nj)

http://www.kabar24.com/index.php/3-pemuda-ntt-ditembak-polisi-bilang-hanya-isu/

Dua Pencuri Tewas Ditembak Polisi


Kamis, 21 Maret 2013 | 18:42 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Dua pelaku pencurian spesialis rumah kosong yang menyamar sebagai petugas PT PLN, meregang nyawa setelah diterjang timah panas yang dilepaskan anggota Satreskrim Polres Jakarta Selatan.

Kedua pelaku yakni TAR, 38, dan DAR, 39, tewas ditembak pada Rabu (20/3) pukul 21.30 WIB karena berusaha melarikan diri saat diminta petugas untuk menunjukan lokasi kejahatan yang pernah dilakukan mereka.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan AKB Hermawan menjelaskan, tujuh jam sebelum penembakan, kedua petugas PLN gadungan itu berhasil dibekuk di wilayah Taman Sari, Jakarta Barat.

Usai penangkapan, petugas selanjutnya melakukan pemeriksaan dan melacak lokasi yang pernah dijadikan sasaran aksi kejahatan. Rencananya penyidik akan menyambangi sebuah rumah di Jalan Asem, Cilandak, Jaksel. Namun belum sampai tujuan, pelaku berontak dan berniat melarikan diri.

"Pelaku mencoba kabur dan melawan petugas. Pelaku juga melawan disertai ancaman dengan menggunakan sangkur," kata Hermawan, Kamis (21/3).

Sebelum tewas, lanjut dia, pelaku sempat mengaku kepada penyidik bahwa aksi kejahatan ini dilakukan sebanyak sembilan kali dimana hanya rumah kosong yang dijadikan sasaran.

Pencurian dengan berpura-pura sebagai petugas PLN dilakukan delapan kali diwilayah Jakarta Selatan dan satu kali di Cimanggis, Kota Depok.

Lebih jauh, terang Hermawan, pelaku kerap membawa perlengkapan sebagaimana yang dimiliki petugas PLN resmi semisal kartu identitas, lembaran bukti pembayaran pelanggan serta kotak perlengkapan berisi tiga obeng pendeteksi listrik.

Tujuan menggunakan atribut tersebut untuk mengelabui warga yang berdiam dilokasi target. Setelah diselidiki ternyata kartu identitas dan lembaran bukti pembayaran pelanggan ternyata palsu.

Dalam pengungkapan kasus ini. Immbuh dia, polisi berhasil mengamankan sejumlah barang yang digunakan sebagai alat kejahatan semisal komputer jinjing dan ponsel. (Golda Eksa)

Editor: Edwin Tirani

Bandar Narkoba Tewas Ditembak Polisi


19 Februari 2013


tembak
Selasa, 19 Februari 2013 15:21 WIB

PUSKOMINFO - Petugas Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya terpaksa menembak mati seorang bandar narkoba, warga negara asing, karena berusaha kabur dan menyerang petugas, Jumat (15/2/2013). Dari tangan tersangka, polisi menyita shabu kelas satu seberat 1 kilogram.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, pengungkapan kasus ini berawal dari informasi masyarakat yang polisi terima melalui sms 1717. Dalam sms itu disebutkan kalau di tempat kos pelaku di kawasan Pedurenan, Jakarta Selatan ada warga negara asing yang kerap bertransaksi narkoba,” katanya didampingi Direktur Reserse Narkoba Kombes Nugroho Aji, Selasa (19/2/2013).

Pelaku akhirnya dibekuk pada Jumat (15/2/2013) di tempat kosnya. “Dari lokasi kita amankan tas ransel berisi sabu siap edar,” kata Kabid Humas. “Kita tidak temukan identitas pelaku, namun ada kuitansi pembayaran kos atas nama Hadi. Dari hasil penyelidikan Hadi memang dikenal di kalangan peredaran narkoba sebagai bandar sabu,”.

Untuk mengungkap jaringan Hadi, petugas kemudian membawa lelaki yang diduga berasal dari Iran ini ke Rusun Kemayoran, Jakpus. “Namun pelaku meronta dengan membuka borgol, dan mengambil balok kayu berpaku untuk menyerang petugas. Akhirnya yang bersangkutan terpaksa kita lumpuhkan dengan tembakan di kaki dan tubuhnya,” kata Kombes Nugroho Aji.

Dua tersangka perampok tewas ditembak polisi di Cipete


Kamis, 21 Maret 2013 10:56 WIB | 1061 Views


Jakarta (ANTARA News) - Aparat Polres Metropolitan Jakarta Selatan menembak dua orang yang diduga pelaku perampokan, berinisial T dan D pada Kamis sekitar pukul 02.00 WIB.

"Kedua pelaku melawan saat disuruh menunjukkan lokasi perampokan," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Besar Polisi Hermawan di Jakarta, Kamis.

AKBP Hermawan mengatakan, awalnya petugas menangkap T dan D di daerah Jakarta Barat, Rabu (20/3) malam, kemudian petugas meminta tersangka menunjukkan sasaran aksi kejahatannya.

Kedua tersangka menunjukkan beberapa lokasi yang menjadi sasaran aksi perampokan, salah satunya di Pancoran.

Petugas bersama kedua pelaku menuju lokasi lain di daerah Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan, namun tersangka berupaya melarikan diri.

Hermawan menuturkan polisi telah melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali, namun tersangka tidak peduli, sehingga akhirnya petugas melepaskan tembakan ke arah tubuh T dan D.

"Kedua tersangka meninggal saat dibawa ke rumah sakit," ujar Hermawan.

Saat ini, petugas masih memburu pelaku lainnya, karena diduga sindikat perampokan T dan D lebih dari dua orang saat menggasak sasaran aksi kejahatannya.

Hermawan menjelaskan kelompok T dan D menjalankan aksinya dengan modus menyamar sebagai pegawai PLN yang akan memeriksa listrik.

Saat masuk ke dalam rumah, para pelaku langsung melumpuhkan penghuni maupun penjaga rumah, selanjutnya menggasak barang berharga milik korban.

Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © 2013
http://www.antaranews.com/berita/364445/dua-tersangka-perampok-tewas-ditembak-polisi

PERAMPOK MODUS PECAH BAN DITEMBAK POLISI


MENARAnews, Pontianak (Kalbar) - Berakhir sudah petualangan dua komplotan pelaku perampokan dengan modus memecahkan ban kendaraan korbannya. Kedua pelaku, Handoko dan Sapril berhasil diciduk jajaran Reskrim Polresta Pontianak, di kawasan Jalan Imam Bonjol, Kota Pontianak, Rabu (13/3) kemarin.
Bahkan Sapril terpaksa dilumpuhkan dengan timah panas, karena berusaha kabur dari sergapan petugas.
Kepada polisi, tersangka Handoko mengaku aksi kejahatan dengan modus memecahkan ban kendaraan terhadap nasabah yang baru keluar dari bank. 
Dalam menjalankan aksinya, kedua pelaku saling berbagi tugas. "Sebelumnya kami merencanakan dan membagi tugas masing-masing. Kita mengikuti nasabah yang keluar dari bank. Kami mengintai hingga masuk ke dalam bank, untuk memastikan calon korban bertransaksi uang atau tidak,” ungkapnya. 
Handoko mengatakan, dirinya  tidak pernah mau melukai korban. "Saya lupa berapa jumlah uang yang berhasil kami dapatkan.  Semuaanya kami lakukan di Kota Pontianak, hasilnya kami kirimkan untuk kebutuhan keluarga di Jawa,” ujarnya. 
Kedua penjahat jalanan ini sudah hampir satu tahun melakukan aksinya di Kota Pontianak, terdapat tujuh lokasi yang menjadi sasaran kejahatannya. "Beberapa orang yang kami ambil uangnya, seperti nasabah Bank Panin jumlah uangnya sekitar  Rp200 juta. Kemudian kami dapat lagi  Rp100 juta nasabah BCA Jalan A Yani. Bank BCA siantan dua kali hasilnya sebesar Rp110 juta," ujarnya.  
Ia melakukan aksi kejahatan bersama Lima orang temannya, yakni FI, IW, AZ dan SA mereka berasal dari Palembang di Pontianak mereka tinggal di Sungai Raya. "Yang bertugas  mengempeskan ban dan mecahkan kaca si Sapril, sementara  saya menunggu di atas motor," akunya.  
Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Puji Prayitno mengatakan, aksi kejahatan yang dilakukan komplotan tersebut sudah sangat meresahkan masyarakat. Dari beberapa lokasi aksi kejahatan yang dilakukan semuanya mengincar nasabah Bank. 
"Mereka hanya mengincar nasabah bank dan sebelum melakukan aksinya dilakukan perencanaan dengan peran masing-masing. Bahkan ada yang mengikuti hingga ke  dalam bank," terang Puji.  
Menurutnya saat ini pihak masih melakukan pengembangan dan pengejaran terhadap tiga pelaku lainnya. (msr)
http://menaranews.com/regionalx/kalimantan/perampok-modus-pecah-ban-ditembak-polisi

Sembilan Warga Ditembak Polisi


Minggu, 24 Maret 2013 , 01:05:00


PALAS - Sekitar 200-an warga dari tiga desa yakni Aek Buaton, Sidondong, dan Hutabargot bentrok dengan aparat Polsek Barumun Tengah, Padang Lawas (Palas), Sumut, Sabtu (23/3) sekira pukul 07.00 WIB. Sembilan warga ditembak, satu di antaranya kritis dan lima polisi luka-luka.  

Bentrokan ini dipicu kedatangan 200 warga ke Polsek Barumun Tengah yang meminta polisi membebaskan tiga pemuda Desa Aek Buaton; Banua Nasution (50), Tongku Nasution (24), dan Julmanan (30), yang ditangkap pada Sabtu (23/3) sekira pukul 05.00.

Informasi dihimpun Metro Tabagsel (grup JPNN), tiga pemuda itu, ditangkap aparat polisi Polsek Barumun Tengah (Barteng) saat berjaga di lahan sengketa antara warga Aek Buaton, Sidondong, dan Hutabargot, dengan salah seorang warga Desa Sayur Matua, Harapan Harahap.

Mendengar kabar tiga temannya ditangkap, sekira pukul 07.00 WIB, secara spontan sekitar 200 warga dari tiga desa yang memang berdekatan ini berkumpul di Desa Aek Buaton. Tidak lama kemudian, sebagian besar warga yang menaiki sepedamotor dan  sebagian kecil angkutan umum ini, bersama-sama menuju Polsek Barteng, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Aek Buaton.

Di lokasi ini, sebagian warga sempat memarkirkan sepeda motornya di halaman polsek dan sebagian lagi di luar. Begitu juga warga lain yang menaiki angkutan umum, langsung turun di depan Polsek Barteng. Diduga sebagian warga membawa senjata tajam dan kayu.

Melihat kedatangan massa yang berjumlah sekitar 200 orang ini, polisi langsung memberikan tembakan peringatan untuk menakuti warga dan membubarkan massa yang mulai berkumpul dari halaman Mapolsek hingga ke jalan besar.

Namun, warga tak gentar, sehingga polisi mengarahkan tembakan ke warga. Ratusan warga baik yang berada di halaman Mapolsek, langsung berlarian, masing-masing berusaha menyelamatkan diri dari tembakan aparat polisi. Tembakan yang berasal dari pihak polisi, tak tentu arah. Beberapa warga terkena peluru tajam dan peluru karet polisi.

Tidak lama kemudian, warga kembali berkumpul dan menyelamatkan kawannya yang terluka. Sebagian warga membawa kawannya ke puskesmas dan rumah sakit terdekat.  Sementara beberapa polisi dari Polsek Barteng terus melakukan pengejaran terhadap warga, beberapa warga yang berhasil mereka kejar, terkena pukulan senapan polisi.

Amatan METRO, dua jam pascakejadian atau sekitar pukul 09.00 WIB, pihak Mapolsek Barteng terus melakukan sweeping di sekitar wilayah Mapolsek Barteng. Sebab, diduga masih ada masyarakat Aek Buaton bersembunyi di belakang-belakang rumah warga. Siang hari, baru terasa TKP benar-benar aman dan terkendali.

Kades Aek Buaton Hosni Mubarok Nasution kepada METRO, Sabtu (23/3), mengatakan,  dua ibu rumah tangga tertembak polisi. "Masih pendataan. Infonya ada banyak lagi yang tertembak. Warga saya juga tidak ada yang berani ke luar rumah lagi," jelasnya.

Kades Hutabargot Aliamat Pulungan menambahkan, ada dua warganya tertembak yakni Amir Khotib Pulungan (62) dan Subur (26). "Saat ini sedang dirawat di RSUD Aek Haruaya Kecamatan Portibi," jelasnya.

Sementara itu, Camat Aek Nabara Barumun Jamal  Siregar menyebutkan, penyebab kejadian tersebut adalah ada sengketa lahan saling mengklaim antara warga Aek Buaton, Sidondong, dan Hutabragot dengan Harapan Harahap.

Harapan ini  membeli tanah dari salah satu warga Unte Rudang  di atas lahan seluas 1.500 hektare. "Tanah ini diklaim warga Aek Buaton tanah ulayat mereka. Inilah awal kejadiannya. Sudah dilakukan mediasi beberapa kali. Namun, tidak kunjung menuai kesepakatan makanya terjadi hal ini," tukasnya.

Kapolsek Disandera 

Sementara itu, Kapolsek Barumun Tengah AKP H Syahnur Siregar mengaku sempat disandera warga. "Warga menyandera saya dan melempari Mapolsek. Namun, saya berhasil diselamatkan petugas," ucap Kapolsek.

Kapolsek menambahkan, dalam kejadian itu, lima personil dari Polres Tapsel mengalami luka-luka yang diduga dilempar massa dengan batu.

"Ada sekitar lima polisi mengalami luka-luka akibat kejadian itu. Di antaranya saya dan sejumlah personil lainnya," aku kapolsek.

Ditanya, berapa jumlah warga yang tertembak dalam bentrok tersebut, Kapolsek mengatakan, pihaknya masih mengindentifikasi warga yang tertembak, namun untuk sementara ada sekitar lima warga tertembak. "Ada sekitar lima warga tertembak dan sudah berobat itu sekarang," kilahnya.

Menurut kapolsek, penembakan tersebut sudah sesuai prosedur. Sebelumnya pihak kepolisian juga sudah melakukan tembakan peringatan berulang-ulang.

"Itu sudah sesuai prosedur, karena sudah dilakukan tembakan peringatan berulang-ulang terlebih dahulu. Namun, massa terus menyerang," sebut kapolsek. (amr/mag 01)

http://www.jpnn.com/read/2013/03/24/164146/Sembilan-Warga-Ditembak-Polisi-