Tribunnews.com - Minggu, 18 Desember 2011 09:24 WIB
Laporan wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) melansir 16 nyawa warga sipil melayang dan 69 orang lainnya luka tembak diduga akibat 'aksi koboi' polisi selama 2011.
Demikian rilis disampaikan IPW dalam catatan akhir tahun Polri 2011 yang diterima Tribunnews.com, Minggu (18/12/2011).
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, menyatakan prihatin dengan banyaknya korban dari aksi koboi polisi tersebut. "Selama 2011, ada 16 orang tewas dan 69 orang luka tembak akibat kesewenang-wenangan polisi dalam menggunakan senjata apinya," ujar Neta.
Dalam catatan akhir tahun 2011, IPW mencatat 'aksi koboi' polisi itu ada dua kategori, yakni aksi main tembak dan aksi salah tembak.
Aksi main tembak terjadi di sekitar wilayah tambang dan kawasan perkebunan. Tepatnya, saat warga sedang memperjuangkan hak-haknya dalam sengketa dengan pengusaha tambang atau perkebunan.
Aksi salah tembak terjadi saat polisi sedang mengejar pelaku kriminal. Akibat polisi tidak profesional, warga yang tidak berdosa menjadi korban.
IPW juga mencatat, ada dua polisi yang menembak istrinya selama 2011. "Satu tewas dan satu luka," ujar Neta.
Mirisnya, sejumlah korban penembakan ternyata tidak mendapat bantuan polisi.
Dicontohkan, korban penembakan di Mesuji, Lampung, hingga 17 November 2011, mengaku belum mendapat bantuan biaya perawatan dari Polri. Padahal, mereka menjadi korban penembakan membabi buta aparat keamanan di Lampung.
Menurut Neta, IPW prihatin, jika di masa Orde Baru aparat ABRI cenderung diperalat pengusaha. Namun, setelah reformasi para pengusaha cenderung memanfaatkan dan memperalat polisi. "Dengan dalih menjaga keamanan dan menjaga objek vital, polisi cenderung mengedepankan sikap represif yang dulu di jaman Orba dipertontonkan oleh ABRI," jelasnya.
Neta menjelaskan, kenapa polisi cenderung represif. Alasannya, karena uang sudah membutakan mata hati mereka, uang sudah membuat mereka tida independen, uang telah memperalat para polisi untuk memusuhi rakyat kecil. Polisi cenderung membiarkan dirinya menjadi satpam yang menghambah pada perusahaan-perusahaan yang membayarnya, yang memang bayarannya lebih besar ketimbang gaji mereka dari negara.
Untuk menghidari polisi terus menerus diperalat, lanjut Neta, perlu ada kontrol yang kuat dari DPR dan DPRD serta pemerintah. Atasan kepolisian juga harus terus-menerus mengingatkan anak buahnya, bahwa tugas mereka melindungi rakyat, bukan menghamba kepada para pengusaha berduit.
-- Sidebar
http://www.tribunnews.com/2011/12/18/aksi-koboi-polisi-tewaskan-16-warga-selama-2011
No comments:
Post a Comment