Kamis, 09 Juni 2011 , 07:48:00
SURABAYA - Bukan hanya teroris, satu per satu kelompok penjahat kakap juga dilumpuhkan polisi. Rabu (8/5), empat penjahat spesialis pembobol rumah tewas ditembak anggota Unit Kejahatan Umum (Jatanum) Satreskrim Polrestabes Surabaya. Selama ini, mereka masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) sejumlah instansi kepolisian.
Empat buron itu juga pernah membobol rumah Bupati Jombang Suyanto, yang berada di Gayungsari, Surabaya. Mereka adalah Supriadi, 34 asal Bungah Gresik, Mansur, 30 warga Lamongan, Stefanus Yoga Tri, 41 penduduk Tanggungharjo Grobogan dan Ferdiansyah, 29 asal Cipondoh Tangerang.
"Aksi terakhir kelompok ini membobol rumah di Jalan Gayungsari I/21," ujar Kapolrestabes Surabaya Kombespol Coki Manurung. Rumah itu dihuni oleh anak pertama Bupati Jombang Suyanto, Dita Aci Pandi Aski, 22. Pembobolan itu dilakukan Supriyadi Cs, Selasa pagi (7/5), sekitar pukul 10.00.
Saat kejadian, rumah memang dalam kondisi kosong. Sebab, sang penghuni, Dita, sejak Minggu dini hari tidak berada di rumah karena harus menunggu suaminya yang dirawat di rumah sakit. "Saya sempat pulang pada Senin pagi untuk mengambil pakaian, tapi semuanya masih ada," ujar Dita yang kemarin berada di Mapolrestabes.
Dita sendiri mengaku tidak sadar jika pada Selasa pagi rumahnya diobrak-abrik penjahat. Padahal dua motornya Honda Vario S-4872-WI dan Supra D-4639-FQ serta sejumlah berhiasan berhasil dibawa kabur oleh Supriyadi Cs. Dita baru tahu rumahnya dibobol maling setelah dia ditelepon oleh ajudan ayahnya.
Telepon itu berdasarkan kabar dari polisi. Sebab, polisi yang selama ini menyanggong gerak-gerik Supriyadi mendapati pria tersebut mengendari motor curian S-4872-WI. "Anggota yang sedang mengintai Supriyadi langsung melakukan pengecekan ke Samsat siapa pemilik motor tersebut. Ternyata motor tersebut milik seorang perempuan dari Jombang yang tak lain putri bupati," ujar Coki.
Dari situ anggota unit Jatanum dan subunit Vice Control langsung menguntit Supriyadi hingga Desa Banyu Tengah, Panceng, Gresik. Di sana terdapat sebuah rumah menjadi markas kelompok Supriyadi. "Anggota akhirnya memutuskan untuk menyanggong mendapatkan informasi lebih banyak," jelas Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Anom Wibowo.
Informasi yang didapat anak buah Anom menyebutkan Supriyadi Cs bakal mengincar sejumlah rumah lain di Surabaya. Rabu pagi sekitar pukul 08.00, Supriyadi memang keluar dari rumahnya menggunakan mobil Avanza W-1745-AQ. Di dalam mobil sewaan yang sebenarnya berplat nomor W-1742-AQ itu ada tiga orang komplotan Supriyadi. Yakni, Mansur (pengemudi), Stefanus Yoga Tri serta Ferdiansyah (keduanya duduk di jok tengah).
Mobil ternyata berjalan mengarah ke Citraland di Surabaya. Di kompleks perumahan mewah tersebut, Supriyadi bersama komplotannya sempat sekitar tiga jam mengelilingi komplek perumahan yang cukup luas tersebut. "Sepertinya mereka mengincar rumah mewah yang ada di perumahan tersebut. Keempatnya juga sempat berhenti makan," ujar Anom.
Merasa tidak mendapatkan hasil, Supriyadi Cs kemudian mengarah ke tol Satelit dan masuk ke perumahan mewah Kebonsari. Mereka mengincar salah satu rumah di komplek itu. Tak menunggu lama, setelah dirasa aman dua mobil polisi yang menguntit kelompok ini langsung memberhentikan kendaran pelaku.
Namun bukannya menyerah, Supriyadi yang duduk disamping supir langsung mengeluarkan senjata dan sempat menembak ke arah mobil polisi. Tembak menembak pun terjadi. Komplotan ini pun lumpuh setelah peluru polisi mengujam di dada Supriyadi dan Mansur.
Peluru polisi yang lain juga menembus punggung Stefanus Yoga Tri dan Ferdiansyah yang di duduk di belakang. Tembakan itu berasal dari polisi yang berada di mobil yang berada di belakang kendaraan tersangka. Jenazah keempatnya pun langsung dievakuasi ke kamar mayat RSUD dr Sutomo.
Di dalam mobil pelaku, polisi mendapati Supriyadi membawa senpi jenis revolver kaliber 9 mm. Selain Supriyadi, Stefanus juga kedapatan membawa pen gun. Setelah diperiksa di markas komplotan ini di Desa Banyu Tengah, Penceng Gresik, polisi mendapati sejumlah barang bukti. Di antaranya ratusan perhiasan emas, puluhan barang elektronik, dua motor milik anak bupati Jombang dan 135 butir peluru kaliber 9 mm.
Dari catatan polisi, Supriyadi Cs memang mengacak-acak sejumlah wilayah Jawa Timur. Selain Surabaya, komplotan ini juga pernah membobol toko emas di Bunga Gresik pada 2010. Tak tanggung-tanggung, toko emas yang dibobol itu berada tak jauh dari Mapolsek Bungah. "Selama ini pelaku masuk dalam DPO Polsek Bungah," jelas Kanit Jatanum AKP Yunus Saputra.
Di Mojokerto komplotan ini juga pernah membobol rumah dan mendapatkan sejumlah perhiasan emas dan barang elektronik. Sedangkan di Malang, mereka dua kali melakukan pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Di Surabaya, aksi kelompok ini tak kalah trenginas. Setidaknya ada sembilan rumah yang pernah dibobol komplotan ini. Diantaranya dua rumah di Gayungan, tiga rumah di Dharmahusada dan sebuah rumah masing-masing di Tegalsari.
Dalam menjalankan aksinya, kelompok ini tergolong menggunakan modus lama. Mereka biasa pura-pura bertamu di sebuah rumah yang telah diincar. Jika penghuni tak kunjung keluar, komplotan ini berusaha masuk rumah dengan merusak kunci gembok. (gun/iro)
Empat buron itu juga pernah membobol rumah Bupati Jombang Suyanto, yang berada di Gayungsari, Surabaya. Mereka adalah Supriadi, 34 asal Bungah Gresik, Mansur, 30 warga Lamongan, Stefanus Yoga Tri, 41 penduduk Tanggungharjo Grobogan dan Ferdiansyah, 29 asal Cipondoh Tangerang.
"Aksi terakhir kelompok ini membobol rumah di Jalan Gayungsari I/21," ujar Kapolrestabes Surabaya Kombespol Coki Manurung. Rumah itu dihuni oleh anak pertama Bupati Jombang Suyanto, Dita Aci Pandi Aski, 22. Pembobolan itu dilakukan Supriyadi Cs, Selasa pagi (7/5), sekitar pukul 10.00.
Saat kejadian, rumah memang dalam kondisi kosong. Sebab, sang penghuni, Dita, sejak Minggu dini hari tidak berada di rumah karena harus menunggu suaminya yang dirawat di rumah sakit. "Saya sempat pulang pada Senin pagi untuk mengambil pakaian, tapi semuanya masih ada," ujar Dita yang kemarin berada di Mapolrestabes.
Dita sendiri mengaku tidak sadar jika pada Selasa pagi rumahnya diobrak-abrik penjahat. Padahal dua motornya Honda Vario S-4872-WI dan Supra D-4639-FQ serta sejumlah berhiasan berhasil dibawa kabur oleh Supriyadi Cs. Dita baru tahu rumahnya dibobol maling setelah dia ditelepon oleh ajudan ayahnya.
Telepon itu berdasarkan kabar dari polisi. Sebab, polisi yang selama ini menyanggong gerak-gerik Supriyadi mendapati pria tersebut mengendari motor curian S-4872-WI. "Anggota yang sedang mengintai Supriyadi langsung melakukan pengecekan ke Samsat siapa pemilik motor tersebut. Ternyata motor tersebut milik seorang perempuan dari Jombang yang tak lain putri bupati," ujar Coki.
Dari situ anggota unit Jatanum dan subunit Vice Control langsung menguntit Supriyadi hingga Desa Banyu Tengah, Panceng, Gresik. Di sana terdapat sebuah rumah menjadi markas kelompok Supriyadi. "Anggota akhirnya memutuskan untuk menyanggong mendapatkan informasi lebih banyak," jelas Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Anom Wibowo.
Informasi yang didapat anak buah Anom menyebutkan Supriyadi Cs bakal mengincar sejumlah rumah lain di Surabaya. Rabu pagi sekitar pukul 08.00, Supriyadi memang keluar dari rumahnya menggunakan mobil Avanza W-1745-AQ. Di dalam mobil sewaan yang sebenarnya berplat nomor W-1742-AQ itu ada tiga orang komplotan Supriyadi. Yakni, Mansur (pengemudi), Stefanus Yoga Tri serta Ferdiansyah (keduanya duduk di jok tengah).
Mobil ternyata berjalan mengarah ke Citraland di Surabaya. Di kompleks perumahan mewah tersebut, Supriyadi bersama komplotannya sempat sekitar tiga jam mengelilingi komplek perumahan yang cukup luas tersebut. "Sepertinya mereka mengincar rumah mewah yang ada di perumahan tersebut. Keempatnya juga sempat berhenti makan," ujar Anom.
Merasa tidak mendapatkan hasil, Supriyadi Cs kemudian mengarah ke tol Satelit dan masuk ke perumahan mewah Kebonsari. Mereka mengincar salah satu rumah di komplek itu. Tak menunggu lama, setelah dirasa aman dua mobil polisi yang menguntit kelompok ini langsung memberhentikan kendaran pelaku.
Namun bukannya menyerah, Supriyadi yang duduk disamping supir langsung mengeluarkan senjata dan sempat menembak ke arah mobil polisi. Tembak menembak pun terjadi. Komplotan ini pun lumpuh setelah peluru polisi mengujam di dada Supriyadi dan Mansur.
Peluru polisi yang lain juga menembus punggung Stefanus Yoga Tri dan Ferdiansyah yang di duduk di belakang. Tembakan itu berasal dari polisi yang berada di mobil yang berada di belakang kendaraan tersangka. Jenazah keempatnya pun langsung dievakuasi ke kamar mayat RSUD dr Sutomo.
Di dalam mobil pelaku, polisi mendapati Supriyadi membawa senpi jenis revolver kaliber 9 mm. Selain Supriyadi, Stefanus juga kedapatan membawa pen gun. Setelah diperiksa di markas komplotan ini di Desa Banyu Tengah, Penceng Gresik, polisi mendapati sejumlah barang bukti. Di antaranya ratusan perhiasan emas, puluhan barang elektronik, dua motor milik anak bupati Jombang dan 135 butir peluru kaliber 9 mm.
Dari catatan polisi, Supriyadi Cs memang mengacak-acak sejumlah wilayah Jawa Timur. Selain Surabaya, komplotan ini juga pernah membobol toko emas di Bunga Gresik pada 2010. Tak tanggung-tanggung, toko emas yang dibobol itu berada tak jauh dari Mapolsek Bungah. "Selama ini pelaku masuk dalam DPO Polsek Bungah," jelas Kanit Jatanum AKP Yunus Saputra.
Di Mojokerto komplotan ini juga pernah membobol rumah dan mendapatkan sejumlah perhiasan emas dan barang elektronik. Sedangkan di Malang, mereka dua kali melakukan pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Di Surabaya, aksi kelompok ini tak kalah trenginas. Setidaknya ada sembilan rumah yang pernah dibobol komplotan ini. Diantaranya dua rumah di Gayungan, tiga rumah di Dharmahusada dan sebuah rumah masing-masing di Tegalsari.
Dalam menjalankan aksinya, kelompok ini tergolong menggunakan modus lama. Mereka biasa pura-pura bertamu di sebuah rumah yang telah diincar. Jika penghuni tak kunjung keluar, komplotan ini berusaha masuk rumah dengan merusak kunci gembok. (gun/iro)
http://www.jpnn.com/read/2011/06/09/94482/Polisi-Tembak-Mati-Empat-Pembobol-Rumah-Bupati-
No comments:
Post a Comment