Friday, 10 June 2011

Diduga Disiksa Sebelum Meninggal

Sabtu, 11 Juni 2011
Keluarga Masih Sangsi Fauzan Mati Ditembak

SIGI–Pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Fauzan alias Ujan alias Carles, setelah ditembak mati polisi pada penyergapan di Poso 4 Juni lalu. Namun peristiwa naas itu masih meninggalkan luka mendalam bagi keluarga almarhum. Mereka saat ini masih sangsi kalau Fauzan mati tertembak.

Keluarga menduga anak ketiga dari empat bersaudara itu ditangkap hidup-hidup kemudian disiksa, sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir. Tanda-tanda penyiksaan terlihat jelas di wajah korban Fauzan dengan luka lebam kebiru-biruan. Untuk menutupi fakta sebenarnya, polisi melakukan berbagai cara guna mengaburkan masalah.

“Kami selaku keluarga merasa sangat terpukul setelah melihat wajah Fauzan. Lebam dan kebiru-biruan. Bekas itu diduga akibat terkena benda keras,’’ kata salah seorang keluarga Fauzan yang tidak bersedia disebut namanya kepada Radar Sulteng.

Pihak keluarga mengakui perbuatan Fauzan bersama rekan-rekannya menyalahi hukum. Fauzan Cs menembak tiga anggota polisi di pos jaga BCA Palu 25 Mei lalu. Dua polisi tewas di tempat sedangkan satunya lagi mengalami luka serius. “Yang kami tidak terima penanganan polisi terhadap perbuatan Fauzan dan rekan-rekannya. Setelah Fauzan tertangkap, tersebar informasi di kalangan keluarga kalau yang bersangkutan masih hidup. Kami keluarga mendukung Fauzan diproses hukum, bukan malah disiksa lalu dihabisi,’’ kesal keluarga Fauzan dengan mata berkaca-kaca.

Penanganan polisi yang demikian, justru akan menambah masalah dan membuka dendam baru. Citra polisi lebih terhormat jika Fauzan ditangkap hidup-hidup. Kalau pun polisi membela diri dan menyatakan Fauzan tewas ditembak karena melawan, sikap transparansi dari polisi tidak meyakinkan publik terlebih lagi keluarga. “Polisi kan terkesan cukup tertutup. Kalau begini terus model polisi ke depan selaku pengayom masyarakat, keamanan dan ketertiban menjadi rawan. Bahkan banyak yang tidak percaya lagi dengan polisi,’’ katanya.

Terlebih lagi pada hari pemakaman Minggu (5/6) lalu, sebelum jenazah Fauzan tiba di rumah duka di Desa Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru. Beredar informasi di kalangan keluarga, begitu jenazah tiba di rumah duka, prosesi penguburan langsung dilakukan karena mayat sudah dimandikan dan sudah dibungkus kain kafan. Tapi keinginan polisi itu ditolak keluarga karena keluarga menaruh curiga dengan jasad Fauzan.

Dugaan keluarga ternyata tidak meleset. Ditemukan kejanggalan pada muka Fauzan yang dicurigai bekas penganiayaan. Kejanggalan inilah sulit diterima pihak keluarga dan merasa sangat terpukul dengan kematian Fauzan. “Seandainya polisi tetap berkeras mayat langsung dikuburkan, mungkin akan memanas suasananya pada hari penguburan itu. Untung keinginan keluarga masih polisi dengarkan. Makanya sebelum dikuburkan, jasad Fauzan dibaringkan dulu di rumah duka kemudian disalatkan di masjid di Pombewe,’’ terangnya.

Keinginan polisi agar jasad Fauzan langsung dikuburkan, semakin menambah kecurigaan pihak keluarga. Padahal sudah dilakukan proses penyerahan dari polisi kepada keluarga. Tetapi kenapa polisi tetap melakukan campur tangan? Sikap polisi kesannya aneh dan seperti ada sesuatu yang ditutup-tutupi. “Kami, keluarga merasa sedih dengan kejadian ini. Polisi seharusnya lebih bersikap profesional agar tidak muncul kebencian terhadap polisi. Keluarga kami di Pombewe sini juga merasa janggal dengan tewasnya Fauzan,’’ tandas keluarga almarhum Fauzan itu.

Sekadar diketahui, aksi penembakan brutal yang menewaskan dua polisi di pos jaga BCA Palu 25 Mei lalu dilakukan oleh empat orang. Masing-masing Harianto Haluta alias Jafar, Rafli alias Furqon, Dayat alias Faruk dan Fauzan alias Ujan alias Carles. Harianto dan Rafli saat menembak mengunakan motor Yamaha Jupiter, sedangkan Dayat dan Fauzan memakai motor Yamaha RX King.
Saat menembak, Harianto dan Dayat berperan sebagai eksekutor. Sedangkan Rafli dan Fauzan bertindak sebagai pengendara motor. Harianto menggunakan senjata M-16, sedangkan Dayat menggunakan senjata api laras panjang US Carbine.
Usai menembak, pada hari itu juga sekitar pukul 19.00 wita, Harianto dan Rafli yang mengendarai Yamaha Jupiter tertangkap di Palolo, Kabupaten Sigi. Sedangkan Dayat dan Fauzan sempat menjadi buronan selama 10 hari sebelum keduanya tewas dalam bakutembak dengan polisi pada 4 Juli lalu di lokasi pegunungan Kabupaten Poso.(fri)

http://www.radarsulteng.com/berita/detail/Rubrik/41/368

No comments:

Post a Comment