Thursday, 24 November 2011

Tiga Buruh Terluka Ditembak Polisi

Kamis, 24 November 2011
BATAM (Suara Karya): Sebanyak tiga orang buruh yang melakukan aksi unjuk rasa menuntut penetapan Upah Minimun Kota Batam terluka akibat tembakan polisi di depan kantor Wali Kota Batam, Rabu (23/11). Di Cimahi, Jabar, aksi buruh menuntut kenaikan UMP juga terjadi. Namun, tidak ada kericuhan.

Usai melakukan aksi unjuk rasa, massa pendemo meninggalkan kantor Wali Kota Batam. Sambil membubarkan diri, mereka merusak dan menghancurkan kaca belasan mobil yang berada di kantor Wali Kota Batam. Sasaran perusakan itu adalah mobil berpelat merah milik pegawai kantor wali kota. Namun, ada juga beberapa mobil pelat hitam yang terparkir di kantor Wali Kota Batam tak luput menjadi korban perusakan massa.

"Ketiga buruh itu terkena luka tembak dan sudah dilarikan ke RS Awal Bros Batam," kata Presidium Komite Aksi Upah Layak Edward kepada wartawan. Ia menjelaskan, sebelumnya terjadi aksi saling lempar antara ribuan buruh dan polisi yang berusaha membubarkan unjuk rasa itu. Namun, kemudian polisi melepaskan tembakan ke arah massa, sehingga tiga buruh terluka.

Menurut Edward, buruh yang terluka itu bernama Gagan, Prapto, dan Yoni. Ketiganya merupakan buruh anggota Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia. Ia menjelaskan, aksi unjuk rasa itu untuk menuntut penetapan UMK Batam sebesar Rp 1.760.000 per bulan sesuai dengan hasil survei kebutuhan hidup layak (KHL) kota itu, sementara dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) setempat meminta Rp 1.260.000 per bulan.

"Tuntutan itu layak karena UMP di Jakarta, UMK di Bekasi dan Papua, semua di atas KHL. Sangat aneh kalau UMK di Batam justru lebih rendah dari Jakarta dan Bekasi, apalagi biaya hidup di sana lebih tinggi," katanya.

Sebelumnya, puluhan ribu buruh berkumpul di halaman kantor Wali Kota Batam sejak pukul 08.30 WIB, dan sebagian sudah merapat ke tempat itu sejak pukul 07.00 WIB.

Buruh meminta Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menemui pengunjuk rasa dan menjelaskan perkembangan penetapan UMK 2012 yang keputusannya diserahkan kepada Gubernur Kepri Muhammad Sani. Menjelang tengah hari, pengunjuk rasa bertambah banyak. Di sebagian besar industri galangan kapal Tanjunguncang dan industri elektronik di Muka Kuning dan Batam Kota kegiatan pabrik lumpuh sejak pagi.

Jumlah pedemo mencapai puluhan ribu orang setelah peserta pawai dari kawasan industri Muka Kuning tiba. Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Federasi Serikat Pekerja Metal Seluruh Indonesia (FSPMI), dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) memotori unjuk rasa besar-besaran itu setelah delapan kali perundingan tripartit berakhir buntu. "Hari ini kami menuntut pemerintah memberlakukan UMK 2012 sama dengan nilai kebutuhan hidup layak hasil survei real buruh Rp 1,76 juta," kata Sekretaris KSPSI Kota Batam Saripiyan. 

Demonstrasi masif ini menyebabkan sebagian besar kegiatan industri lumpuh. Pekerja shift pagi dihalangi aktivis buruh di gerbang-gerbang agar tidak masuk kerja dan mereka diarahkan bergabung ke kantor wali kota bersama rekan-rekan yang baru selesai shift malam. Saat itu pengunjuk rasa dijaga ketat aparat Brimob Polda Kepri, Kepolisian Resor Kota Batam Rempang Galang, dan Satpol Pemkot Batam di depan lobi bawah dan atas kantor tersebut. (Ant/Yon Parjiyono)

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=291717

No comments:

Post a Comment