Jumat, 25 November 2011
Upaya persuasif penegakan hukum dari kepolisian mendapat sambutan kurang baik. Kepala dusun menggerakkan massa. Pokok masalah konflik dengan perusahaan sudah diuraikan. Apa solusi terbaik?
SEKADAU – Sembilan warga Dusun Pakan, Balai Sepuak, Kecamatan Belitang Hulu berurusan dengan hukum akibat merusak truk pengangkut material proyek Pemkab Sekadau, Sabtu malam (11/11). Seorang warga, Darius, 32, ditembak polisi, Selasa (22/11) karena menyerang menggunakan mandau.
“Peristiwa penembakan terhadap Darius terjadi saat 36 personel gabungan Polres Sekadau bersama temenggung dan tokoh adat setempat datang ke Dusun Pakan,” kata AKBP Andreas Widi Handoko SH, Kapolres Sekadau, kepada Equator, Kamis (24/11).
Kedatangan rombongan itu untuk meminta kesembilan orang pelaku perusakan mobil agar menyerahkan diri ke polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Sesaat setelah polisi datang ke dusun tersebut, Kepala Dusun (Kadus) Pakan Tomi, yang termasuk salah satu pelaku perusakan memukul pentungan dan mengumpulkan warga. Sebagian di antara mereka bahkan mengacungkan mandau ke arah polisi.
“Melihat gelagat seperti ini, kita memilih mundur. Tapi saat kita hendak mundur, tiba-tiba Darius datang dan hendak menebas salah seorang anggota kita menggunakan mandau,” kata Widi.
Tebasan mandau tersebut mampu ditangkis anggota polisi itu. Akibatnya Darius jatuh terpeleset. “Tapi saat jatuh itu dia berusaha merebut senjata laras panjang yang dibawa anggota bersangkutan. Tangan kanannya mengayunkan mandau ke anggota kita,” ucapnya.
Merasa ada perlawanan, kata Widi, pihaknya mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. “Sementara Darius kita lumpuhkan dengan tembakan yang kena di bagian kakinya,” ucap Widi.
Menurutnya, kasus perusakan mobil pengangkut material itu bermula dari permasalahan antara Kadus Pakan Tomi dengan mandor I PT GUM, salah satu perusahaan perkebunan yang beroperasi di Dusun Pakan. Sejak tahun 2010 silam, Kadus Pakan menuduh sang mandor yang tidak disebutkan namanya tersebut melakukan kecurangan.
Pihak PT GUM yang mendapatkan laporan dari kadus itu melakukan audit terhadap pekerjaan sang mandor. “Setelah diaudit, ternyata tidak ada kecurangan,” ucap Widi.
Meski tidak ada kecurangan, namun Kepala Dusun Pakan tetap berseberangan dengan sang mandor itu. Namun permintaan itu ditolak perusahaan.
Karena penolakan itu, kata Widi, sang kadus meradang. Ia menggerakkan masa memagar lahan milik perusahaan, Sabtu (11/11) lalu. “Tanggal 12 November truk pengangkut material yang sedang membangun jalan untuk proyek pemda itu melintas. Oleh sembilan warga yang dipimpin kadus, truk itu dirusak. Saat perusakan itu, perut sopir, Yusni, sempat terkena tebasan mandau,” cerita Widi.
Tak terima dengan perusakan itu, Yusni yang didampingi petinggi adat dari daerah mereka melapor ke polisi dan menuntut pelaku perusakan. Tanggal 17 November dilakukan pertemuan di antara kedua belah pihak yang bersengketa di Balai Sepuak yang difasilitasi oleh pihak kepolisian, camat, dan petinggi adat kedua belah pihak yang berseteru.
Dalam pertemuan itu, kadus dan delapan rekannya yang melakukan perusakan mengakui telah melakukan perusakan dan menyatakan siap bertanggung jawab secara hukum. Mereka juga mengaku siap mengadakan pertemuan lanjutan sekaligus memberikan keterangan polisi di Polres Sekadau hari Senin (21/11).
“Tapi hari itu mereka tidak datang. Makanya kita putuskan untuk melakukan penjemputan ke Dusun Pakan. Sembilan orang ini sudah kita tetapkan sebagai tersangka perusakan,” ucap Widi.
Istri Kepala Dusun Pakan yang tidak mau menyebutkan namanya mengakui adanya penembakan terhadap Darius. “Kejadian sore hari Selasa. Kami terkejut setelah datang rombongan kepolisian empat mobil,” tuturnya kepada wartawan ketika mendampingi suaminya menjalani pemeriksaan di Mapolres Sekadau, kemarin.
Kadus Pakan Tomi menceritakan buntut hingga sampai terjadinya penembakan Darius memang di luar dugaan mereka. Awalnya dia akui memang warga Pakan sempat memiliki masalah dengan pihak manajemen PT GUM, perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit hampir lima tahun beroperasi di daerah itu.
Dia mengakui warga sekitar menuntut pihak perusahaan berlaku adil kepada masyarakat, dengan memberdayakan penduduk lokal sebagai tenaga kerja, termasuk kejelasan pembagian lahan perkebunan sawit milik warga di Dusun Pakan karena memasuki umur kebun sawit produktif sekarang sudah berumur lebih dari empat tahun. Namun selama dua tahun warga merasa tidak ada kejelasan dari pihak manajemen perusahaan akan tuntutan masyarakat di Dusun Pakan.
“Tuntutan kami meminta kepada perusahaan GUM untuk berbuat adil kepada masyarakat, kami minta semua warga yang memiliki SDM cukup untuk dipakailah menjadi karyawan dan jangan tebang pilih. Masalah lain selama enam bulan buah sawit sudah dipanen namun yang kami heran sampai sekarang belum disosialisasikan kepada masyarakat di sana. Ini yang menurut kami tidak adil,” jelas Tomi. (bdu)
http://www.equator-news.com/utama/20111125/polisi-diserang-darius-ditembak
No comments:
Post a Comment