Tuesday, 1 November 2011

PBNU: Peluru Polisi Dibeli dengan Uang Rakyat, Jangan Disalahgunakan

Selasa, 01/11/2011 15:25 WIB

Surabaya - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta kasus penembakan Riyadhus Sholihin, guru ngaji yang juga anggota GP Ansor oleh oknum anggota reskrim Polres Sidoarjo tidak dibelokkan dalam penanganannya.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengingatkan bahwa peluru yang dimiliki kepolisian dibeli dengan menggunakan uang rakyat, yang dalam penggunaan tidak semestinya disalahgunakan.

Hal itu disampaikan oleh Kiai Said setelah sebelumnya melakukan pertemuan dengan Kapolda Metro Jaya Irjend Untung S Radjab. Kapolri Jendral Timur Pradopo, berdasarkan keterangan dari Untung, sudah merespon kasus tersebut dan menyampaikan pesan agar penanganannya tidak dibelokkan.

"Itu yang disampaikan Pak Untung ke saya. Jadi Kapolri sudah berpesan agar penanganan kasus itu tidak dibelokkan, seperti yang sekarang tampak di pemberitaan," terang Kiai Said, dam rilis yang dikirim ke redaksi, Selasa, (1/11/2011).

Kiai Said menambahkan, berdasarkan investigasi kepolisian terjadinya penembakan bermula adanya tabrak lari oleh korban Riyadhus Sholihin. Meski bersalah karena kelalaiannya, tidak semestinya polisi yang melakukan pengejaran langsung menembaknya hingga mati.

"Tabrak lari iya memang benar, tapi dia (Riyadhus Sholihinn) disebut membawa celurit itu tidak benar. Apalagi ada yang mengatakan dia mabuk, itu sama sekali tidak benar. Itu keterangan Kapolda, keterangan dari hasil investigasi yang dilakukan kepolisian sendiri," tegas Kang Said.

Yang lebih penting, masih menurut Kang Said, polisi sebagai pengayom dan pelindung masyarakat tidak semestinya melakukan tindakan main hakim sendiri, dengan secara langsung menghukum pelaku tabrak lari. Terlebih kepolisian Indonesia memiliki anggaran operasional yang juga didapatkan dari sumbangsih masyarakat.

"Peluru yang dipunyai polisi itu kan dibeli juga menggunakan uang rakyat, jadi penggunaannya jangan untuk membunuh rakyat, jangan disalahgunakan" pesan Kang Said tegas.

Seperti yang diberitakan, Riyadhus Sholihin tewas ditembak anggota Reskrim Polres Sidoarjo, usai menyerempet seorang polisi Briptu Widiarto di depan GOR Delta Sidoarjo, pada Jumat (28/10/2011) dini hari sekitar pukul 02.30 WIB.

Sholihin yang sempat melarikan diri karena ketakutan, dikejar oleh 5 anggora reskrim lainnya hingga di Desa Sepande. Sebelum kader Ansor itu ditembak, mobil yang dikendarainya sempat menabrak pagar rumah milik seorang warga.

Dan yang tragis, di dalam mobil yang digunakan untuk antar jemput karyawan PT Ecco, guru ngaji yang juga penjual tempe itu ditembak oleh Britu Eko Kristanto, karena hendak melawan dengan clurit.

Almarhum Riyadhus Sholihin kini meninggalkan seorang istri, dan dua orang anak yang masih kecil.

(bdh/bdh) 



http://us.surabaya.detik.com/read/2011/11/01/152518/1757461/475/pbnu-peluru-polisi-dibeli-dengan-uang-rakyat-jangan-disalahgunakan

No comments:

Post a Comment