Josie Susilo Hardianto | Robert Adhi Ksp | Sabtu, 19 November 2011 | 17:34 WIB
JAYAPURA, KOMPAS.com - Selain menuntut agar Kapolda Papua bertanggung jawab atas kematian Matheus Tenouye (32) yang tewas ditembak polisi hari Minggu lalu, Aliansi Intelektual Suku Wolani-Moni (AISWM) menuntut agar polisi ditarik dari wilayah penambangan liar Degeuwo, Kabupaten Paniai.
Dalam jumpa pers yang digelar, Sabtu (19/11/2011) di Abepura, Papua Ketua AISWM Thobias Bagubau mengatakan, penambangan liar di sepanjang aliran Sungai Degeuwo itu juga harus ditutup.
Ia pun juga meminta agar DPR Provinsi Papua segera memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan kasus penembakan warga sipil dan penambangan liar di Degeuwo.
Ia mengkawatirkan, jika peristiwa penembakan terhadap warga sipil dibiarkan, di masa- masa berikutnya hal sangat mungkin terulang lagi, apalagi aparat selalu menggunakan stigma OPM kepada masyarakat asli Papua.
Sebagaimana diberitakan, Matheus Tenouye warga Kampung Nomouwodide, Distrik Bogobaida, Kabupaten Paniai pada Minggu (13/11) tewas ditembak aparat saat melintasi jembatan gantung di atas Sungai Degeuwo. Jasadnya hingga saat ini tidak ditemukan karena terse ret derasnya arus sungai itu.
Thobias Bogubau mengatakan, peristiwa itu bermula ketika Matheus Tenouye bersama dengan tujuh orang warga lain tengah bertemu di rumah seorang warga di Kampung Tagapige.
Seorang pengusaha tambang emas yang beroperasi di Tagapige curiga dengan pertemuan itu dan menduga mereka adalah kelompok OPM. Berdasarkan kecurigaan tanpa dasar itu, ia kemudian melaporkan keberadaan mereka kepada polisi yang berada di Pos Baya Biru.
Berdasarkan laporan itu, polisi kemudian berjag a-jaga, terutama di dekat jembatan gantung Sungai Degeuwo. Ketika itulah Matheus Tenouye melintasi jembatan itu. Dan menurut Thobias Bagubau, tanpa ditanya lebih dahulu Matheus langsung ditembak dan jatuh ke Sungai Degeuwo. Jasadnya terseret arus deras sungai itu dan tidak ditemukan hingga saat ini.
Terkait dengan peristiwa itu, ketika dihubungi beberapa waktu lalu Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, yang terjadi saat itu adalah kontak tembak antara polisi dan gerombolan bersenjata yang diduga TPN-OPM. Pos polisi tuturnya ditembaki dari arah perbukitan.
Ia juga menjelaskan, sebelum kontak tembak, polisi memang mendapat laporan dari warga tentang adanya surat dari Pimpinan OPM setempat yang meminta uang sebesar Rp 60 juta. Menurut Wachyono, kehadiran polisi di kawasan itu adalah untuk mengamankan wilayah.
http://regional.kompas.com/read/2011/11/19/17340396/Mahasiswa.Tuntut.Polisi.Ditarik.dari.Degeuwo.
No comments:
Post a Comment