| Marcus Suprihadi | Jumat, 3 Februari 2012 | 13:54 WIB
PEKANBARU, KOMPAS.com- Lima peluru karet yang bersarang di tubuh lima korban tembak pada peristiwa bentrok warga dengan sejumlah pasukan Brimob dari Sipirok, Sumatra Utara, di wilayah perbatasan Riau-Sumut, kemarin, akhirnya berhasil dikeluarkan.
"Lima korban tembak saat ini masih terus menjalani perawatan intensif di RS Umum Pasir Pangarayan, Kabupaten Rokan Hulu. Mereka sudah mulai membaik," kata kuasa hukum masyarakat pada kasus sengketa lahan di wilayah perbatasan Riau-Sumut, tepatnya di desa Batang Kumuh, Kecamatan Tambusai, Rokan Hulu, Riau, Nasir Sihotang, Jumat (3/2/2012).
Sebelumnya, kata dia, banyak warga yang menyangka jenis peluru yang diduga keluar dari senjata api laras panjang pasukan brimob itu merupakan peluru tajam. "Tapi pihak medis RS Umum Pasir Pangarayan menyatakan bahwa seluruh peluru yang bersarang di tubuh korban adalah peluru karet," ujarnya.
Saat ini, kata Nasir, peluru-peluru tersebut telah diserahkan ke aparat Kepolisian Resort (Polres) Rokan Hulu untuk kepentingan penyelidikan. "Semua peluru karet itu sudah kami serahkan ke pihak kepolisian untuk kepentingan penyelidikan kasus. Sementara korban masih dirawat," katanya.
Para korban itu adalah Osmar Sihombing (30), Franky Dolok Pasaribu (30), Nomos Sihombing (34), Johanes Sitorus (35), dan Ranto Sirait (27).
Untuk satu korban tembak lainnya, demikian Nasir, yakni atas nama Joni Sihotang (58), tidak mengalami luka tembak yang parah karena peluru tidak bersarang di tubuhnya.
Bentrok warga Desa Batang Kumuh, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu dengan ’pengawal’ PT Mazuma Agro Indonesia (MAI) kemarin, menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Kepolisian Resort (Polrest), AKP Antoni Limban Gaol, besar kemungkinan dipicu konflik tapal batas yang tak kunjung tuntas sejak tahun 1998 silam.
http://regional.kompas.com/read/2012/02/03/13542844/Penembakan.Pakai.Peluru.Karet
No comments:
Post a Comment