Tim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengatakan Made Aste tidak sedang membawa senjata saat ditembak polisi. Sementara polisi menyatakan Made Aste ditembak karena menyerang petugas dengan senjata tajam. "Foto kematian Made yang kami sebar juga tidak memperlihatkan dia membawa senjata," ujar Komisioner Komnas Jhony Simanjuntak.
Bob menyatakan dia sudah menduga rekayasa kematian Made Aste dilakukan oleh kepolisian. Petani, menurut dia, memang selalu membawa parang di pinggang, tetapi parang itu digunakan bukan untuk menyerang polisi. Senjata ini merupakan peralatan warga untuk bertani. Bob menambahkan, beberapa saksi yang dia tanyai mengatakan Made tidak menyerang polisi.
Kemarin, bekas Kepala Kepolisian Daerah Lampung, Inspektur Jenderal Sulistyo Ishak, menyatakan pelaku penembakan kepada Made adalah Brigadir Satu Septiawan. Septiawan sendiri sudah diperiksa oleh internal kepolisian.
Bob Hasan mengakui kurang tertarik dengan mencuatnya dugaan rekayasa kematian Made. Menurut dia, pengusutan dugaan rekayasa tidak akan menyelesaikan persoalan utama di Mesuji. Padahal yang dia inginkan bukan hanya kepolisian yang bertanggung jawab. “Sekarang seakan-akan semua dilempar ke polisi,” kata dia.
Dia menginginkan pemerintah bertanggung jawab terhadap 1.400-an warga yang masih mendirikan tenda-tenda di sekitar wilayah perkebunan. Pemerintah diminta berpihak kepada masyarakat, bukan kepada perkebunan. “Ini yang seharusnya menjadi fokus penyelesaian,” ujarnya menjelaskan.
I WAYAN AGUS PURNOMO
No comments:
Post a Comment