Tribunnews.com - Senin, 9 Mei 2011 22:46 WIB
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Wahidin (23) warga Jl Pampang, Kecamatan Panakkukang, Makassar, Sulawesi Selatan terbaring di ruang rawat Lontara II rumah sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar akibat luka tembak yang dilakukan oknum polisi, Senin (9/5/2011) siang.
Penembakan tersebut diduga merupakan rekayasa polisi. Hingga kini proyektil peluru tersebut masih bersarang di pahanya.
Penembakan tersebut berawal ketika korban keluar meninggalkan rumahnya dengan mengendarai sepeda motornya untuk menarik uang tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang berada di Jl Urip Sumiharjo, Makassar.
Ketika korban berada di perjalanan, dua oknum polisi yang berboncengan dengan sepeda motor menabraknya dari belakang.
Setelah ditabrak, korban kemudian lari ke seberang jalan meninggalkan sepeda motornya. "Saya kira penabrak adalah pemuda Jl Sukaria yang akhir-akhir ini sering menyerang lorong kami," kata Wahidin ketika dijumpai di rumah sakit.
Pihak Kepolisian yang menabraknya menduga Wahidin lari karena telah melakukan tindakan kejahatan. Salah satu oknum kemudian melepaskan tembakan peringatan. Wahidin yang mendengar suara tembakan kemudian melompat masuk ke dalam selokan yang berada di pinggir jalan tersebut.
Sejumlah anggota polisi yang melintas di jalan tersebut dengan mengendarai mobil kemudian berhenti dan mengejar Wahidin.
Setelah mendapati Wahidin di dalam selokan, oknum polisi yang telah melepaskan tembakan peringatan meminta Wahidin naik kembali ke tepi selokan. Setelah naik dari selokan korban ditembaki polisi pada pangkal pahanya.
Tidak hanya sampai di situ saja, korban kemudian diperiksa dan ditanyai oleh pihak Kepolisian maksud Wahidin lari meninggalkan sepeda motornya setelah ditabrak.
Uang sebesar Rp 1,6 juta juga diambil oleh salah satu satu oknum yang memeriksanya. Wahidin kemudian dibawa ke RS Bhayangkara dengan menggunakan mobil yang dikendarai polisi yang memeriksanya setelah ditembaki.
Ketika ditangani oleh pihak rumah sakit Bhayangkara, salah satu anggota kemudian mendatanginya dan mengikat satu paket sabu-sabu di betis kaki Wahidin dan memotretinya dengan sabu-sabu yang diikatkan di kakinya.
"Sebelum sabu-sabu tersebut diikat di kaki saya, tidak ada satu pun dari pihak Kepolisian yang mengantar saya yang mengakui penembakan itu. Nanti setelah saya diphoto baru ada yang mengaku. Uang saya sebesar Rp 1,6 juta juga hingga kini tidak diketahui keberadaannya." papar Wahidin.
"Oknum yang menembak saya telah memberi sedikit bantuan. Tetapi belum bisa mempertanggung jawabkan penembakan tersebut," ungkap korban. Korban kini sudah empat hari dirawat di ruang perawatan Lontara II rumah sakit Wahidin Sudirohusodo.
Pihak rumah sakit juga belum bisa mengeluarkan proyektil tersebut karena resiko yang dapat diakibatkan bila proyektil dikeluarkan dari pangkal pahanya. Anak dan istrinya kini hanya dapat menunggu kepala keluarga mereka yang masih terbaring.
No comments:
Post a Comment