Monday 9 May 2011

Penganut Aliran Sesat Ditembak Mati

Satu Polisi Juga Tewas
SELASA, 10-05-2011

MAROS, UPEKS--Kepolisian Resort Kota (Polresta) Maros, terpaksa menembak mati Dg Ahad (50), Senin (9/5) siang. Pria yang dikenal sebagai pemimpin aliran kebatinan yang diduga sesat ini, ditembus delapan timah panas. Tak pelak, tubuhnya langsung bersimbah darah dan terbujur kaku. Namun, sebelum dilumpuhkan, Dg Ahad juga sempat mengamuk.
Bahkan, aksi pria yang selalu membawa senjata tajam ini membuat Danton Dalmas Polresta Maros, Aiptu Abdul Rahim juga meregang nyawa. Abdul Rahim tewas setelah ditikam Dg Ahad.
Selain kedua korban tewas itu, empat orang lainnya mengalami luka parah. Seorang di anta-ranya merupakan anggota Polres Maros sedangkan tiga orang lainnya adalah pengawal
Dg Ahad. Sampai berita ini diturunkan pukul 20.00 Wita, dilaporkan bahwa beberapa korban masih dalam kondisi kritis.
Kapolda Sulselbar Irjen Pol Johny Wainal Usman yang dihubungi via selularnya, Senin (9/5), membenarkan bahwa dalam insiden di Maros itu, tercatat dua korban yang meninggal. Satu dari pihak kepolisian dan satu warga sipil. Selain itu, seorang polisi masih dirawat intensif di RS Brimob Polda.
Kapolda menambahkan, kejadian itu berawal saat empat orang yang diduga anggota aliran sesat di Maros mendatangi Kantor Bupati Maros untuk meminta bantuan.
"Karena diketahui membawa senjata tajam, keempat orang tersebut tidak diterima oleh Bupati, Hatta Rahman dengan alasan keamanan. Bupati sempat menolaknya dengan halus dan mengatakan nanti lain kali kita ketemu," ungkap Kapolda, mengutip pernyataan Hatta.
Karena tidak berhasil bertemu dengan bupati, keempat orang tersebut kemudian menuju Kantor DPRD Maros untuk bertemu Ketua DPRD Maros, HA Ermawati Nadjamuddin. Dg Ahad bersama pengawalnya bertamu untuk meminta sumbangan beras ke Ketua DPRD Maros itu.
Usai bertemu Ketua DPRD, Dg Ahad kemudian bermaksud pulang ke tempat tinggalnya di Dusun Matajang, Desa Layya, Kecamatan Cenrana. Dg Ahad bersama pengikutnya mengendarai sepeda motor. Namun, saat berada di Jalan Poros Bantimurung, tepatnya di Lingkungan Bontojolong, Kelurahan Raya, Kecamatan Turikale, Dg Ahad ditahan aparat Kepolisian Maros karena tidak mengenakan helm saat mengendarai kendaraan roda dua. Tak hanya itu, Dg Ahad juga kedapatan membawa senjata tajam (sajam) yakni satu badik dan sebilah parang.
Secara kebetulan di lokasi kejadian, personel Kepolisian Maros sementara berjaga-jaga menunggu aksi demonstrasi para kontraktor di Kantor Balai Penelitian Perikanan Air
Tawar. "Saat itulah, mereka ingin bergabung dengan pengunjuk rasa. Karena dicurigai membawa senjata tajam, kebetulan saat itu petugas dari Polresta Maros yang bertugas mengawal aksi itu bermaksud mengamankan ke empat orang tersebut dengan cara meminta menyerahkan senjata tajam yang mereka bawa," urai Johny.
Dikisahkan, Dg Ahad kemudian tidak terima dengan perlakuan aparat penegak hukum itu. Malahan, ia mulai mengamuk. Dia dan pengawalnya mengeluarkan badik dan parang kemudian mengacungkannya kepada aparat kepolisian.
Polisi yang awalnya tidak bersenjata berusaha menenangkan Dg Ahad. Sayangnya, usaha sang penegak hukum tak membuahkan hasil. Dg Ahad, malahan semakin kalap. Dia kemudian mendatangi polisi sambil mengacungkan badik dan parangnya dan menyerang polisi. Dg Ahad kemudian menutup jalan poros Bantimurung dan menguasai jalan tersebut. Ia dan pengawalnya juga sempat melakukan ritual di jalan.
Polisi yang tak bersenjata hanya menggunakan bambu panjang dan batu untuk melumpuhkan Dg Ahad cs. Dg Ahad kemudian menyerang polisi hingga berhasil melukai tiga anggota polisi. Salah seorang polisi atas nama Aiptu Rahim terkena tikaman berkali-kali di leher dan tewas seketika. Sedangkan dua polisi lainnya mendapat bacokan di lengan dan jari. Karena negosiasi tidak berhasil, maka polisi melepaskan tembakan ke bagian paha. Tapi, Dg Ahad semakin marah dan menyerang semua polisi.
Setelah terjadi bentrok, aparat Polresta Maros kemudian menambah personel untuk mengamankan Dg Ahad. Kendati demikian, Dg Ahad dan pengawalnya tetap keras hati. Mereka tak mengenal kata menyerah. Tak ada pilihan lain, polisi terpaksa menembak sang pimpinan aliran yang diduga sesat tersebut.
Dg Ahad mendapat sedikitnya 8 tembakan, sedangkan pengikutnya terkena tembakan paha kanan.
Wakil Kepala Polresta Maros, Kompol Ardiansyah langsung memimpin penembakan terhadap Dg Ahad dan pengawalnya.
"Seorang anggota kami tewas ditebas,dan seorang lagi masih dirawat intensif di rumah sakit. Untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak, akhirnya petugas melumpuhkan keempat orang tersebut dan mengakibatkan seorang dari mereka tewas," tambahnya.
Informasi yang berkembang di lapangan, memang masih simpang siur terkait dengan jumlah korban yang jatuh dalam insiden tersebut.
Namun, Kapolda Sulselbar Irjen Pol. Johny Wainal Usman menegaskan bahwa jumlah korban yang meninggal 2 orang, yakni satu dari pihak kepolisian dan seorang warga sipil yang juga pelaku yang mengakibatkan anggotanya tewas. Seorang lagi polisi, kata dia, masih dirawat intensif di RS Brimob Polda.
Kabid Humas Polda Sulsel AKBP Drs Chevy Achmad Supari saat dikonfirmasi mengatakan, kejadian tersebut masih dalam penyelidikan sehingga motif pelaku belum diketahui
dengan pasti. "Tiga pelaku sudah diamankan dan seorang lagi tewas. Kami masih menunggu informasi selanjutnya dari Polresta Maros. Mengenai motifnya, kami belum mengetahuinya," kuncinya.

http://www.ujungpandangekspres.com/index.php?option=read&newsid=65697

No comments:

Post a Comment