Wednesday 22 September 2010

Tiga Anggota Polisi Tewas Ditembak

JAKARTA (Suara Karya): Sukses menangkap hidup 16 tersangka dan menembak mati tiga tersangka lain terkait aksi terorisme dan perampokan Bank CIMB Niaga, tidak bisa membuat polisi menarik napas lega. Bahkan sebaliknya, aksi Densus 88 Antiteror itu langsung dibalas dengan penyerbuan oleh gerombolan bersenjata api lengkap ke Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (22/9) dini hari. Akibat penyerbuan gerombolan yang diyakini terkait teroris itu, tiga anggota polisi di sana tewas.

Menurut informasi yang dihimpun Suara Karya, gerombolan penyerang itu sekitar pukul 00.30 hingga 01.00 WIB masuk Mapolsek dan memberondong kan tembakan. Pelakunya diperkirakan lebih dari 10 orang. Mereka menggunakan 4 sepeda motor dan 1 mobil Kijang. Semua mengenakan tutup muka dan helm.

Setelah melakukan tembakan shock terapy, 4 orang bersenjata masuk ke pekarangan, lalu masuk ke dalam dan melakukan penembakan terhadap 3 anggota yang tengah bertugas. Setelah itu para penyerang bersenjata tersebut keluar, lalu melemparkan bom molotov ke arah Polsek dan mobil patroli di depan hingga terbakar.

Tiga personel polisi yang ditembak semua tewas. Mereka adalah Aiptu Baik Sinulingga (48), Kepala Sentra Pengamanan Kepolisian (SPK), Aiptu Deto Sutejo (38) dan Bripka Riswandi (38). Baik Sinulingga tewas dengan empat luka tembak di dada, lengan dan pinggang. Deto Sutejo mengalami luka tembak telak di bagian dada, sedangkan Riswandi mengalami sembilan luka tembak di bagian dada, dan satu tembakan di bagian kepala.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Iskandar Hasan kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (22/9), mengemukakan, dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan 20 butir selongsong peluru senjata api dari jenis SS1, M16, pistol dan AK47.

"Saat ini sedang dilakukan uji balistik untuk mengecek apakah ada kaitannya barang bukti tersebut dengan kasus perampokan di Bank CIMB Niaga di Medan," kata Iskandar.

Dia menambahkan, berdasarkan hasil analisis di lapangan dan keterangan para saksi termasuk tahanan yang ada di Mapolsek Hamparan Perak, diketahui bahwa para pelaku melakukan aksinya tanpa ada suara, mirip saat dilakukan perampokan Bank CIMB Niaga.

Untuk memburu penyerang bersenjata itu, Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno mengerahkan 200 personel Satuan Brimob untuk mengamankan seluruh polsek di Medan dan sejumlah wilayah perbatasan, di samping juga mengerahkan tim untuk mengejar kelompok penyerang yang menewaskan tiga personel Polsek Hamparan Perak.

Terkait penyerangan ini, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri memerintahkan seluruh polsek, polres, dan polda seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan dan siaga dengan melakukan tindakan preventif refresif. Bahkan, lanjut dia, setiap polda untuk melakukan koordinasi dengan TNI guna mengantisipasi berbagai kemungkinan.

Kapolri juga memastikan, penyerangan Mapolsek Hamparan Perak terkait dengan upaya Polri mengungkap dan menangkap aksi terorisme. Bahkan, Kapolri mensinyalir adanya rencana untuk menggunakan kekerasan terhadap aparat, pejabat tertentu, dan pos-pos penjagaan TNI di daerah terpencil.

"Saya rasa tidak aksi balas dendam. Yang pasti, mereka memang sudah punya konsep assassination dengan menggunakan kekerasan terhadap aparat, khususnya pejabat tertentu dan juga anggota-anggota Polri. Juga pos-pos TNI tertentu yang terpencil menjadi sasaran mereka," kata Kapolri.

Ditanya soal kaitan jaringan kelompok bersenjata ini dengan jaringan lain, Kapolri memaparkan, jaringan ini ada kaitannya dengan pelatihan di Aceh, dan kegiatan mereka tidak terputus dari rangkaian kegiatan di Bandung dan Sumatera Utara.

"Jadi kegiatan mereka tidak terputus dari rangkaian kegiatan pelatihan, kemudian Bandung, Sumatera Utara menyiapkan anggaran pembelian senjata, aktivitas-aktivitas tertentu, kegiatan dengan persiapan kegiatan mereka berikutnya," ujar Kapolri.

Sementara itu, Iskandar Hasan menambahkan, ada beberapa indikasi yang perlu diwaspada oleh masyarakat dari kelompok radikal ini. Polri meminta masyarakat melaporkan keberadaan mereka untuk mengeliminasi dan membatasi ruang gerak mereka.

Menurut Iskandar, dari pola mereka selama ini, mereka selalu tinggal di satu tempat, menyewa atau kos. Namun, mereka kurang bersosialisasi dengan tetangga dan lingkungan sekitar.

"Pada umumnya, mereka berkedok jualan keliling. Mereka umumnya pergi pagi pulang malam. Jika keluar-masuk rumah, mereka pake helm untuk menutup wajah. Biasanya mereka melakukan kegiatan tertutup dan tidak melibatkan warga sekitar. Kalau tahu ini, segera lapor ke petugas," kata Iskandar.

Polri, menurut Iskandar, sejauh ini belum menyimpulkan aksi penyerangan mapolsek tersebut sebagai upaya balas dendam. Namun, dia mengakui bahwa aksi itu ingin menunjukkan eksistensi mereka.

Iskandar juga menolak penyerangan itu sebagai kecolongan. Menurut dia, aksi penyerangan semacam itu memang dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan dilakukan di daerah aman, bukan daerah konflik.

Tak Beradad

Kesal atas aksi para teroris ini, Kapolda Sumut Inspektur Jenderal Oegroseno berang. Dia menyebut para penyerang itu sebagai tak beradab dan tidak beragama.

"Ini teroris-teroris yang tidak beragama. Tidak beragama dan tidak bermoral. Tulis saja seperti itu," kata Oegroseno saat menghadiri pemakaman Bripka Riswandi di Plumpang, Hamparan Perak, Deli Serdang. Terkaitan keterlibatan Jemaah Ashorut Tauhid (JAT), Ketua Departemen Dakwan dan Publikasi JAT Abdurrochim Ba'asyir menolak JAT dikaitkan dengan kasus perampokan Bank CIMB Medan atau terlibat jaringan Al-Qaida. JAT juga menolak bila dari 18 tersangka yang ditangkap ada jemaah JAT.

Putra Abu Bakar Ba'asyir itu juga menolak upaya mengait-kaitkan Ustad Abu Bakar Ba'asyir dengan kasus perampokan Bank CIMB Niaga Medan. Sebab, saat terjadi perampokan, Ustad Ba'asyir sedang menjalani penahanan di tahanan Mabes Polri.

Dia juga menjelaskan, kegiatan JAT bersifat terbuka dan terang-terangan, tidak ada kegiatan bersifat rahasia, dan tidak pernah merencanakan kegiatan yang mengindikasikan adanya muatan atau unsur-unsur yang terkait dengan kriminalitas apalagi terorisme.

"Upaya-upaya yang selalu mengaitkan institusi JAT dengan tersangka pelaku kriminal maupun dugaan pelaku tindak terorisme yang dilakukan seseorang, jelas merupakan upaya rekayasa pemaksaan kasus seperti pada zaman Orde Baru yang selalu menjadikan Islam dan kaum Muslimin menjadi pesakitan," kata dia.

JAT, tandas dia, menolak keras berbagai upaya rekayasa terorisasi maupun kriminalisasi terhadap berbagai kasus yang menimpa aktivis atau ulama Islam.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin menyatakan, aksi terorisme yang terjadi di wilayahnya itu bermaksud mengacaukan keamanan dan rasa aman masyarakat setempat. Sedangkan soal tewasnya tiga petugas kepolisian Polsek Hamparan Perak, Deli Serdang, diyakini sebagai aksi balas dendam kelompok terorisme setelah penangkapan sejumlah tersangka perampokan CIMB Niaga, beberapa waktu lalu.

"Sudah ada empat aparat negara yang meninggal. Ini sangat mengganggu rasa aman masyarakat," kata Syamsul. (Hanif/ Tampubolon/Endang K/B Sugiharto)

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=262426

No comments:

Post a Comment