Sunday, 26 September 2010

Diburu Densus 88 dan tentara

September 26th, 2010

* 3 Penebar Maut Berkeliaran

Jakarta (SIB)
Meski telah menjalani hukuman, Polri tetap memantau mantan teroris militan karena dikhawatirkan mereka akan kembali beraksi dengan kelompoknya. Untuk mengantisipasi balas dendam, seluruh kantor polisi di Indonesia kini menerapkan status Siaga I.
„Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menyampaikan hal itu di Mabes Polri, Jumat (24/9) siang. Menurutnya, sejak 2000, 44 teroris tewas ditembak mati, 10 pelaku bunuh diri, 471 ditahan dan 563 teroris ditangkap. “Itu menjadi gambaran teroris telah menjadi musuh bersama sejak lama,” ujarnya.
Jenderal bintang empat ini mengatakan tercatat 245 teroris sudah menjalani hukuman. “Saat ini, 55 di antaranya ditangkap dari hasil penggerebekan Densus 88 Antiteror Mabes Polri, termasuk Abu Bakar Baasyir. “Pergerekan mereka terus dipantau.Termasuk teroris militan yang telah bebas dari hukuman karena bisa saja mereka beraksi lagi dengan kelompoknya,” katanya.
ABUTHOLUT
“Mengenai aksi terorisme di Medan, Sumut, polisi menetapkan Abu Tholut,48, alias Mustofa sebagai daftar pencarian orang (DPO) teroris berbahaya sekaligus otak gerakan terorisme itu. Dalam catatan Mabes Polri, Abu Tholut pernah ditangkap pada 2003 lalu dihukum 8 tahun. Belakangan, ia dapat remisi 4 tahun sehingga bebas pada 2007.
Menurut Kapolri, Abu Tholut memiliki kemampuan khusus karena pernah menjadi pelatih Jamaah Islamiyah dan alumni pelatihan di Afghanistan. Belakangan, dia mendirikan markas pelatihan di Filipina juga di Aceh.
DPO lainnya, adalah Taufik Hidayat, otak perampokan CIMB Niaga. “Catatan kami, Taufik yang membunuh Brigadir Manuel Simanjuntak dan pernah merampas M 16 milik Brimob,” ungkap Kapolri. Selain itu, Jefri alias Kamal yang ikut dalam perampokan CIMB Niaga.
Ia juga telah menjalani pelatihan di Aceh dan terlibat dalam pembuatan bom di Cimanggis serta menjadi murid Oman Abdurahman yang menjadi pelaku peledakan bom Cimanggis. DPO keempat adalah Alex Cecep Gunawan yang juga veteran Poso serta ikut dalam kelompok radikal di Solo, Jawa Tengah.
“Yang memprihatinkan mereka beranggapan merampok sebagai pekerjaan halal karena harta yang dirampok itu milik kafir. Mereka bertujuan mendirikan daulah islamiyah atau negara Islam,” katanya. “Teroris ingin terus membuat kekacauan hingga wibawa perintah tidak mendapat kepercayaan masyarakat.”
Selanjutnya, teroris juga merekrut anggota baru. Mereka berencana merekrut mujahid dari Afganistan dan Irak. Akibatnya, perampokan dilakukan dimana-mana di antaranya perampokan uang milik warga sebesar Rp57 juta di Medan, juga uang Rp600 juta milik pedagang valuta asing yang baru diambil dari Bank Sumut.
Mereka juga sudah berencana melakukan perampokan di Tanjung Balai dan merampok rumah salah seorang calon Walikota Medan terpilih. Semua hasil kejahatan akan digunakan untuk biaya pelatihan dan membeli senjata api dari sindikat di Lampung.
GANDENG TNI
Untuk memperkuat negara dalam memberantas terorisme, Polri akan menggandeng TNI untuk memeranginya. Sikap ini dilakukan Polri mengingat teroris adalah musuh bersama.
“Kita akan menggabungkan kekuatan dengan TNI yang terdiri dari Den Bravo (pasukan khusus TNI AU), Den Jaka (Detasemen Jalamangkara pasukan khusus AL), dan Gultor (Kopasus),” kata Kapolri.
Sejak penyerangan kantor polisi di Sumut, seluruh Polda meningkat kewaspadaannya. Termasuk Polda Metro Jaya. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Drs Boy Rafly mengatakan polisi terus meningkatkan kewaspadaan pada satuan tertentu menggunakan laras panjang dan senjata laras pendek. “Kewaspadaan dilakukan mulai dari Pos polisi sampai Polda Metro Jaya namun kami tak menambah anggota,” katanya, (PK/c)


http://hariansib.com/?p=142742

No comments:

Post a Comment