Friday, 28 October 2011

Ustad Ditembak Polisi, Firasat Buruk Istri


Sabtu, 29 Oktober 2011 - 11:09 WIB

SURABAYA(Pos Kota)-Keluarga Riyadi Sholikhin masih merasakan duka mendalam. Setelah guru ngaji ini tewas akibat ditembak polisi, apa yang dirasakan istri dan dua anaknya?
Paman korban, Aripin menuturkan korban yang juga sopir antarjemput karyawan di PT Ecco Indonesia itu selama ini tidak pernah neko-neko. Korban juga tidak berperilaku mencurigakan.
“Sangatlah tidak mungkin jika korban pernah berurusan dengan tindak kejahatan. Bahkan dia (Riyadi Sholihin) di kampung dikenal sebagai salah satu tokoh masyarakat, berbagai rutinitas acara keagaman, seperti memimpin tahlil dan sekaligus penceramah agama. Sedangkan istrinya menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI),” terang Aripin, Sabtu(29/10).
Lalu, apa yang dikerjakan dini hari kemarin? Menurut Aripin, saat itu korban hendak ke pasar untuk jualan tempe. “Selepas jualan, dia menjadi sopir antarjemput karyawan PT Ecco. Selebihnya mengamalkan ilmu keagamaanya. Jadi kalau terlibat dengan urusan kejahatan seperti teroris dan lain sebagainya sangatlah kecil kemungkinannya” tandas Arifin.
Ia mengaku mendengar kabar terkait meninggalnya keponakannnya , dari istrinya, sekitar pukul 06.00 WIB. “Istri saya bilang bahwa Solikin, meninggal di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Saat saya tanya kok bisa meninggal? Katanya, karena ditembak polisi setelah menyerempet sepeda motor oknum polisi di Perum Taman Pinang. Karena melarikan diri Solikin ditemmbak polisi. Masak hanya kasus kecelakaan saja kok sampai ditembak mati oleh polisi. Ini kan kelewatan,“ tandasnya.
Maisyaroh, istri Riyadi Sholikhin, mengaku masih terbayang jasad suaminya. Dia juga tak menduga suaminya yang setiap malam menjadi guru ngaji, tewas akibat tembakan polisi. Saat kejadian, wanita ini sudah merasakan yang tidak enak.
“Semalam itu, saya ke sana ke mari, Mas (Sholikhin, red) terus mengikuti, menunggui dan melihat saya terus. Saat saya tanya, jawabnya saya sayang kamu,” aku Maisyaroh menirukan pengakuan Sholikhin.
Setelah menunggui dirinya, Sholikhin masuk kamar dua anaknya, Himmatul dan Faiz tidur. Anaknya yang tidur pulas dilihatnya dengan seksama. “Mungkin itu firasat,” duga Maisyaroh. Himmatul yang masih terus terkenang ayahnya, juga sempat bermimpi, bapaknya rekreasi diantar orang banyak.(nurqomar/b)

No comments:

Post a Comment