1 Tewas, 14 Terluka
Dari pihak kepolisian, tujuh orang menderita luka berat dan ringan. Seorang di antaranya kritis, yakni Briptu Jamil dari Resmob Bogor. Kapolres Mimika AKBP Deny Edward Siregar mengakui adanya beberapa anggotanya yang terluka dalam peristiwa tersebut. Kabag Ops Polres Mimika Kompol Syamsu Ridwan menuturkan, tujuh anggota nya yang terluka dirawat di Rumah Sakit Caritas, Timika. Tapi, sebagian sudah kembali bertugas. Keluarga korban mengutuk polisi yang telah menembak sejumlah kar yawan hingga ada yang tewas dan menderita luka-luka. Sampai tadi malam, jenazah Petrus Ayami seba masih disemayamkan di teras Kantor DPRD Mimika dan dijaga ketat ribuan orang sebagai bentuk protes. Mereka memasang tenda di halaman DPRD. Beberapa lainnya menutup jalan di depan kantor wakil rakyat itu sepanjang lebih dari 300 meter. Mayat Petrus sempat diusung dari RSUD Timika oleh ribuan warga yang berkonvoi. Sayangnya, saat sampai di kantor DPRD, kantor itu kosong karena sudah menjelang malam.
Juru Bicara SPSI PTFI Julius Parorongan mengungkapkan, demo di Terminal Gorong-Gorong kemarin dilakukan oleh pekerja dari tujuh suku. Mereka bermaksud naik ke Tembagapura. Namun, karena dihadang aparat kepolisian, mereka tertahan dan terjadilah bentrokan. ’’Kami dari SPSI tidak berkapasitas menghalangi mereka,’’ ujarnya. Dia mengungkapkan, sebenarnya SPSI sudah berupaya untuk meredam. Saat itu, setelah keributan, SPSI berupaya berdialog dengan pekerja tujuh suku agar tidak terjadi masalah yang lebih besar. Soal tuntutan penyetaraan gaji, Julius menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada titik temu antara yang diajukan karyawan melalui SPSI dan yang ditawarkan manajemen PTFI. ’’Setelah insiden ini, kami berharap manajemen (PTFI) membuka ruang dialog. Sebab, segala sesuatunya bisa dirun dingkan dengan dialog,’’ paparnya. Kapolres Mimika AKBP Deny Edward Siregar menegaskan bahwa pihaknya masih mengamankan area Terminal Gorong-Gorong. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pendemo serta manajemen PTFI untuk mencari solusi terbaik. ’’Saya harap tidak anarkistis.
Sampaikanlah aspirasi secara arif.” Juru Bicara PTFI Ramdani Sirait menyampaikan keprihatinan atas insiden tersebut. ’’Kami menyesal telah terjadi gangguan pagi ini (kemarin pagi, Red) di terminal tempat perusahaan menyediakan transportasi bus untuk karyawan kami,’’ ungkapnya. Menurut dia, polisi bertindak tegas karena terdesak setelah di lem pari batu. Selain itu, selama ini memang ada pelanggaran terhadap kesepakatan bersama yang se harusnya tidak terjadi. Karena itu, saat terjadi unjuk ra sa, polisi ber usaha melindungi karyawan yang akan naik ke Tembagapura untuk bekerja. Peristiwa berdarah tersebut terjadi pukul 09.30 WIT di sekitar Terminal Gorong-Gorong, Timika.
Terminal tersebut merupakan tempat PTFI menyediakan bus un tuk mengangkut karyawan ke Tem bagapura, lokasi tambang. Keri butan terjadi setelah pengun juk rasa memaksa naik ke Tem bagapura. Untuk menenangkan massa, beberapa wakil PTFI yang terdiri atas Simon Morin, Demianus Dimara, dan tiga orang lainnya mencoba menjelaskan. Namun, massa menolak dan menghendaki Presiden Direktur & CEO PTFI Armando Mahler datang langsung. Mereka berusaha menerobos barikade polisi dan memaksa naik ke Tembagapura. Upaya tersebut dicegah polisi. Entah dari mana asalnya, puluhan batu melayang ke arah barikade polisi. Serangan batu tersebut dibalas polisi dengan tembakan. Tak butuh waktu lama, korban berjatuhan. Seorang tewas dan belasan lainnya roboh dengan luka berdarah. Melihat hal itu, massa semakin kalap. Mereka pun membakar beberapa mobil dan sepeda motor yang melintas di lokasi. (jpnn/c5/nw)
http://www.indopos.co.id/index.php/arsip-berita-indopos/66-indopos/16401-polisi-karyawan-freeport-bentrok.html
No comments:
Post a Comment