28 Oktober 2011, 16:03:21| Laporan Eddy Prastyo
suarasurabaya.net| Pihak keluarga Riyadis Solichin (36) warga Sepande RT 1/RW 1 yang tewas ditembak polisi setelah menabrak lari polisi sulit untuk percayai kronologi versi polisi yang menyebut Riyadis sempat melawan dengan gunakan clurit sebelum tewas terkena tembakan.
Kusnan kakak ipar Riyadis ditemui suarasurabaya.net, Jumat (28/10/2011) di kamar mayat RS Bhayangkara Polda Jatim mengatakan Riyadis sehari-harinya adalah pekerja keras. Pagi hari dia berjualan tempe di sekitar tempat tinggalnya di RT1/RW 1 Sepande, Candi, Sidoarjo. Siang, dia bekerja sebagai tukang reparasi televisi, sorenya, dia jalankan usaha antar jemput karyawan pabrik sepatu PT ecco di Candi dengan sebuah mobil Carry miliknya. Malam, dia menjemput para karyawan sampai dini hari.
Saat kejadian, kata Kusnan, Riyadis baru mengantar karyawan dan dalam perjalanan pulang. Tewasnya Ryadis pun, kata Kusnan, tidak langsung diketahui keluarga. Saat kejadian sekitar pukul 02.00 WIB, keluarga baru tahu pukul 05.30 WIB. Itupun tidak diketahui dari polisi. "Kami tahu dari warga sekitar Sepande yang memberi tahu kami kejadian itu. Lagipula, Riyadis kok sampai tadi pagi belum juga pulang. Kami berusaha telusuri ke Polres Sidoarjo, ternyata benar. Waktu itu Riyadis sudah meninggal," kata dia.
Menurut Kusnan, keseharianya, Riyadis juga dikenal penyabar, tidak temperamental, rajin sholat dan mengaji. Bahkan ia tetcatat sebagai satu diantara pengurus Musholla di dekat rumahnya. "Dia tidak pernah berurusan dengan polisi, tidak pernah menyentuh minuman keras, kawan-kawannya pun orang baik-baik dari kalangan musholla juga," kata dia.
Untuk itulah, kata Kusnan, dia tidak percaya kronologi versi polisi. Apalagi saat memeriksa kondisi jenasah tadi dijumpainya kening Riyadis ada bekas lebam kebiruan. Lengan kanannyapun lecet seperti terseret. Dari keterangan yang didapatkannya dari warga sekitar TKP, kata Kusnan, adik iparnya itu sempat diseret, entah sebelum atau setelah ditembak.
Penembakan itupun buat Kusnan tidak masuk akal. Dari keterangan yang juga didapatkan warga sekitar, ada lubang bekas tembakan di bagian belakang mobil Suzuki Carry W 1499 NW yang dikendarai Riyadis sebelum menabrak sebuah rumah di Sepande. "Kenapa harus ditembak? Ini tidak masuk akal buat saya," kata dia.
Kata Kusnan, Maisaroh istri Riyadis juga sulit menerima kronologi yang disampaikan polisi. Untuk itu pihak keluarga minta dilakukan otopsi secara transparan dan adil. Keluarga juga minta kasus ini diselidiki secara profesional.
Namun jika polisi memiliki bukti dan saksi, kata Kusnan, dirinya dan keluarga tidak bisa berbuat apa-apa karena saat kejadian tidak ada seorangpun pihak keluarga yang ikut jadi saksinya.
Sebelumnya AKBP Elijas Hendra Kasubid Penyedia Informasi dan Dokumentasi Bidang Humas Polda Jawa Timur mengatakan apa yang dilakukan Briptu Eko anggota Satreskrim Polres Sidoarjo sudah sesuai prosedur, ada pengejaran dan tembakan tembakan peringatan sebelum dilakukan penembakan untuk melumpuhkan.
Penembakan itupun, kata Elijas, dilakukan karena anggota polisi membela diri dari serangan clurit Riyadis kala itu. "Rupanya dia membawa clurit di dalam mobilnya dan menyerang petugas. Sikut dan jari kelingking Briptu Eko saat itu terluka kena sabetan cluritnya," kata dia.
Peristiwa di Sepande ini, dari versi polisi, didahului tertabraknya Briptu Widianto oleh mobil Suzuki Carry yang dikendarai Riyadis. Bukannya berhenti, dia malah kabur. Pengejaranpun dilakukan oleh kawan-kawan Briptu Widianto mulai dari sekitar GOR Sidoarjo sampai dengan Sepande. Pengejaran ini dilakukan bak di film-film, bahkan mobil Riyadis, kata sejumlah saksi mata seperti diungkapkan Kusnan, juga ditembaki. Ada satu lubang bekas peluru persis di atas nopol belakang kendaraan. Mobil Ryadis baru berhenti setelah menabrak sebuah rumah.
Sementara kondisi Briptu Widianto, mengalami gegar otak dan 10 jahitan di kepala. Dia sempat dapat perawatan di ICU RS Delta Surya. Riyadis akhirnya tewas. Dia alami luka tembak di lengan kanan bagian atas.
AKBP Elijas Hendra mebgatakan seluruh anggota reserse yang ada di TKP saat itu masih diminta keterangan oleh Dit Propam Polda Jatim. Tiga saksi warga sekitar juga masih didengarkan kesaksiannya, mereka adalah Muh Jamrudi warga Gajah Magersari, Edy Santoso warga perum Taman Pinang, dan Dodik warga Cemengkalang.
Riyadis Solichin meninggalkan dua anak dan seorang istri yang berprofesi sebagai guru ngaji.(edy)
http://www.suarasurabaya.net/v06/kelanakota/?id=fbc78d944ea93d54c49782f3519c2810201199320
No comments:
Post a Comment