Monday 31 October 2011

Jika Sering Berbohong, Polisi akan Dibenci Masyarakat

Senin, 31/10/2011 20:14 WIB

Surabaya - Riyadus Sholihin, seorang kader Ansor warga Desa Sepande, Sidoarjo terkapar oleh terjangan peluru polisi, Jumat (28/10/2011) dini hari. Akibat tewasnya Solihin, yang juga seorang guru ngaji ini, Sidoarjo pun menjadi sorotan publik.

Menurut Mustofa B. Nahrawardaya, koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), polisi dianggap berlebihan dan cenderung membohongi publik lantaran alasan yang dibuat-buat untuk menutupi perbuatan itu.

"Penembakan terhadap korban merupakan perbuatan keji, apalagi dengan alasan yang membohongi masyarakat, baik itu masyarakat Ansor maupun masyarakat umum," kata Mustofa saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Senin (31/10/2011).

Sholihin, yang sehari-harinya sebagai penjual tempe dan guru ngaji ini ditembak oknum reskrim Polres Sidoarjo seusai menyerempet seonag anggota polisi. Kader Ansor ini ditembak oleh polisi yang mengejarnya, karena diakui melawan petugas saat akan ditangkap. Bahkan dikatakan korban membawa celurit.

"Kebiasaan polisi memberi alasan stereotip, melawan dan ditembak, tidak bisa begitu saja ditimpakan pada setiap orang yang berurusan dengan polisi. Terhadap penjahat, kemungkinan polisi terbiasa memberikan alasan semacam itu. Namun terhadap aktifis ormas Islam, apalagi anggota Ansor, sudah tidak lagi polisi patut melakukannya," jelas Mustofa.

Menurut Mustofa, sudah saatnya, polisi menghilangkan kebiasaan buruk dengan menyampaikan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat, dan mencoba, sekali lagi mencoba meluruskan informasi agar tidak dituduh bohong.

Kejadian pembunuhan oleh oknum polisi di Sidoarjo, bagaimanapun telah mencoreng korps kepolisian. Kemungkinan peristiwa semacam itu sudah sering terjadi, namun tidak ada pihak yang peduli dan akhirnya tidak pernah terungkap ke publik.

Dengan adanya protes yang besar dari masyarakat, maka polisi harus berbenah diri, dan tidak boleh lagi mengulangi perbuatan memalukan tersebut, baik di Sidoarjo maupun di kota-kota lain seluruh Indonesia.

Untuk itu, Mustofa meminta agar Kapolri jangan mudah puas dan percaya begitu saja atas prestasi semu yang didapat bawahan, karena kadang prestasi tersebut bukan prestasi yang sebenarnya.

Mustofa mencontohkan, sangat banyak kabar penembakan kaki terhadap orang maupun tembak mati terhadap penjahat dengan kronologi dan stereotip yang mirip. 

"Yang paling penting adalah mencoba tidak berbohong pada masyarakat, agar masyarakat tidak membenci polisi," pungkas Mustofa.

(bdh/bdh) 



http://us.surabaya.detik.com/read/2011/10/31/201432/1756705/475/jika-sering-berbohong-polisi-akan-dibenci-masyarakat?y990101mainnews

No comments:

Post a Comment