Wednesday, 28 July 2010

Oday Ditembak Oknum

Rabu, 28 Juli 2010 | 03:57 WIB

Jakarta, Kompas - Keluarga Herman alias Oday (23), aktivis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, yang menjadi korban karena diduga ditembak oleh oknum polisi Briptu Sophan Sophian di Garut, Jawa Barat, akhirnya melapor ke Divisi Profesi dan Pengamanan Mabes Polri, Selasa (27/7).

Keluarga melapor ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Mabes Polri karena mencium arah penyidikan oleh polisi di Polres Garut berbelok pascaperistiwa tersebut.

Keluarga korban, didampingi oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), kemarin langsung diperiksa dan diberkas oleh penyidik Propam. Propam memeriksa Khusnul Khotimah (kakak korban) dan teman korban, Saepul Anwar, saksi dari peristiwa penembakan tersebut.

Oknum polisi tersebut merupakan anggota Polsek Pakanjeng, Garut, yang memang dikenal cukup baik oleh korban. Sementara kasus tersebut kini ditangani Polres Garut. Briptu Sophan sendiri masih ditahan oleh kepolisian. Namun, belakangan, pihak keluarga merasa kasus tersebut seperti ditutup-tutupi oleh kepolisian dan fakta yang sesungguhnya berubah.

”Ada indikasi arah penyidikan dibelokkan dengan disebut bahwa korban bunuh diri dengan pistol milik Sophan. Padahal fakta yang dituturkan saksi-saksi yang melihat peristiwa itu, korban ditembak oleh Sophan,” kata Edwin Partogi dari Divisi Politik dan Hukum Kontras.

Sebelumnya, Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Marwoto Soeto juga mengatakan, korban Herman sendiri yang memain-mainkan pistol milik Sophan kemudian tertembak ke dirinya sendiri.

Herman terluka tembak di kepala, pelipis bagian kanan, hingga tembus ke telinga kiri.

Paman korban, Agus Aceng, mengaku kecewa dengan kepolisian. Ketika peristiwa itu terjadi pada Senin (19/7) petang lalu, Sophan menelepon dirinya dan mengatakan bahwa Herman bunuh diri karena ada persoalan dengan teman perempuannya.

Ketika itu Agus mengaku antara percaya tak percaya. Namun, karena Sophan sudah menyatakan seperti itu, pihak keluarga jika ditanya soal Herman juga menjawab seperti penuturan Sophan. Baru kemudian setelah saksi-saksi dari peristiwa itu angkat bicara, Agus mengetahui versi cerita yang berbeda.

”Dia (Sophan) telepon bilang ada kecelakaan, Herman bunuh diri,” ujar Agus.

Ala ”cowboy”

Salah satu dari tiga saksi yang menyaksikan peristiwa itu, Saepul Anwar, mengatakan bahwa Sophan sendiri yang sebenarnya menembak kepala Herman. Hal itu berawal dari senda gurau di antara mereka.

Saepul menuturkan, pada hari kejadian, sekitar pukul 16.30, dirinya mendatangi tempat kos Herman. Di sana sudah ada Sophan dan Hamzah. Mereka tampak tengah bergurau. Sophan, yang tengah berpakaian preman, lalu mengeluarkan pistol dari pinggang kanannya dan ditodongkan ke arah korban sembari bercanda.

Menjelang maghrib, tutur Saepul, mereka lalu diajak Sophan ke kosnya. Namun, di tengah jalan, Sophan mengalihkan tujuan ke kos teman mereka bernama Lia. Di kos Lia tersebut, mereka kembali bersenda gurau. Saat itu yang berada di kos adalah Lia, Sophan, Herman (korban), Aga, Hamzah, dan Saepul Anwar.

Di tengah obrolan mereka, Sophan menyuruh Herman dan Lia untuk menjemput kawan perempuan mereka yang lain. Namun, Herman yang semula menyanggupi lalu menolak dan membiarkan Lia menjemput kawan tersebut sendiri.

”Sophan dan Herman lalu duduk berdampingan. Bercanda-canda. Lalu Sophan menodongkan pistol ke Aga, sambil bilang anak ini kita tembak aja. Sambil bercanda,” tutur Saepul.

Setelah itu, kata Saepul, Sophan mengeluarkan semua peluru di dalam pistol dan memasukkan satu butir peluru saja ke pistolnya. Sophan, dengan bercanda, lalu mengajak main ala cowboy. Pistolnya diarahkan ke pelipis Herman.

”Tiba-tiba ada bunyi ledakan, Herman terjungkal, kepalanya berdarah. Sophan panik, teriak panggil-panggil Herman,” tutur Saepul.

Menurut Saepul, Sophan sendiri yang membawa Herman ke rumah sakit. Saepul juga mengingat, sejak di kos Herman, dari mulut Sophan tercium bau alkohol. (SF)

http://cetak.kompas.com/read/2010/07/28/03572720/oday.ditembak.oknum

No comments:

Post a Comment