Thursday, 23 December 2010

Kombinasi Rampok-Teror Warnai Pola Kriminalitas

INILAH.COM, Jakarta - Ada yang unik dalam catatan kriminalitas di negeri ini sepanjang 2010. Dikatakan unik karena kini terjadi kombinasi antara kriminalitas jalanan (street crime) dengan aksi terorisme.

Kasus yang paling kentara adalah perampokan Bank CIMB Niaga di Medan pada 18 Agustus 2010. Memang, ini bukan tren dan tidak banyak terjadi. Namun, ini merupakan fenomena yang bukan tidak mungkin terjadi lagi di tahun mendatang. Itulah mengapa kasus ini patut menjadi catatan.

Perampokan Bank CIMB Niaga itu patut menjadi perhatian, selain karena peristiwanya, juga karena tujuan melakukannya. Para perampok nekat melakukan aksi itu di siang bolong. Tidak tanggung-tanggung mereka beraksi bak film action produksi Hollywood.

Mereka membawa senjata api mematikan sekelas M-16 atau AK47 dan tentu saja pistol. Sebanyak Rp300 juta berhasil dilarikan dalam perampokan tersebut. Jatuh juga korban manusia, yakni Briptu Immanuel Simanjuntak (28), anggota Brimob yang diperbantukan mengamankan bank tersebut.

Perampokan ini bukan kriminal biasa karena para pelakunya terkait dengan jaringan terorisme. Uang hasil rampokan itu nantinya akan digunakan utnuk membeli perlengkapan teror, seperti senjata api. "Para pelaku perampokan itu mencari dana dengan tujuan untuk membantu kegiatan terorisme," katanya Kapolri saat itu, Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri.

Densus 88 pun diturunkan untuk mengusut kasus tersebut. Tanpa kesulitan berarti, tim Densus menemukan jaringannya hingga pada 19 September 2010 sebanyak enam pelakunya ditangkap. Tiga orang ditembak mati dan tiga tersangka lainnya ditahan guna pengembangan penyidikan.

Berdasarkan hasil indentifikasi terdapat sekitar 33 orang yang terlibat kasus perampokan di berbagai daerah di tanah air, 18 di antaranya sudah ditangkap dan enam pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan.

Sebanyak 15 perampok lainnya belum tertangkap. Dari enam pelaku perampokan itu, tiga tewas ditembak mati karena mencoba melawan.

Kasus ini tidak berhenti begitu saja. Sebab, tidak lama setelah kasus ini terjadi lagi perampokan bank, namun kali ini sasarannya adalah mesin ATM. Perampokan itu terjadi di lingkungan Universitas Bung Hatta Kabupaten Padang Pariaman, Padang, Sumatera Barat.

Polisi pun melakukan pengejaran dan ternyata membuahkan hasil. Beberapa perampoknya tertangkap dan ada pula yang tewas dalam baku tembak.

Berhentikah aksi mereka? Tidak, bahkan sebaliknya kawan-kawannya membalas dendam dengan menyerang Kepolisian Sektor (Polsek) Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, 22 September 2010. Tiga anggota polisi tewas akibat penyerangan itu.

Belajar dari kasus tersebut, publik kini perlu waspada bahwa peristiwa yang sama bukan tidak mungkin terjadi lagi di tahun depan. Berakhirnya tahun 2010 tentu bukan pula berarti aksi seperti itu berakhir. Perampokan untuk tujuan terorisme bagaimanapun harus tetap diwaspadai.

Bagi kepolisian, kasus perampokan untuk tujuan terorisme harus benar-benar dihentikan. Tentu saja itu berarti pula menghentikan aksi terorisme secara keseluruhan. Cukup kasus yang terjadi menjadi catatan 2010, bukan menjadi agenda untuk tahun mendatang.
http://nasional.inilah.com/read/detail/1082602/kombinasi-rampok-teror--warnai-pola-kriminalitas

No comments:

Post a Comment