PONTIANAK -- Percekcokan bapak dengan anaknya, berujung maut. Nyawa Leo, sang anak, melayang setelah menerima terjangan timah panas yang dibidikkan oleh ayah kandungnya sendiri, purnawirawan polisi AKBP Martin Hungan (58). Martin yang terakhir dinas di Polda Kalbar itu beraksi dengan senjata api laras pendek Revolver SNUB 58, kemarin. Saat ini, Martin ditahan di Poltabes Pontianak.
Berdasarkan keterangan resmi Kapoltabes Pontianak Komisaris Besar Polisi Rachmat Mulyana, peristiwa naas berawal dari perkelahian bapak-anak, Martin dengan Leo. Leo ingin meminta sejumlah uang kepada Martin tetapi permintaan diabaikan. Lalu timbul perselisihan paham. Leo mengancam menggunakan sebilah pisau. “Kemungkinan karena kepepet pelaku mengambil senjata di kamar. Lalu tembakan mengenai betis dan perut bagian kiri,” katanya.
Mengenai jenis senjata yang digunakan, Kapoltabes menyebut jenisnya Revolver SNUB 58. Ada tidaknya izin kepemilikan senpi itu masih diselidiki. "Dugaan senjata organik masih diteliti,” ujarnya.
Dalam pengakuannya kepada polisi, Martin kepada polisi, Leo punya sifat tempramen. Sering merongrong kehidupan keluarga, termasuk ingin menguras habis aset keluarga. Menurut keterangan Martin, dia menembak korban yang diawali dengan tembakan peringatan. Diungkapkan Martin, korban mengancam keluarga sendiri merupakan tindakan yang telah kesekian kalinya. Terhadap tersangka akan dikenakan ancaman pasal pembunuhan. “Tapi bukan pembunuhan yang direncanakan,” kata Kapoltabes.
Usai kejadian, TKP dijaga ketat aparat keamanan. Bahkan ada aparat bersenjata laras panjang bersiaga di sana. Aparat bagian identinfisikasi sibuk memungut sisa-sisa selonsongan peluru. Semua di foto. Termasuk mobil kijang warna putih yang diduga sempat dipakai untuk melarikan korban ke salah satu rumah sakit swasta usai di tembak Martin Hungan.
Tidak sembarang orang diperkenankan masuk. Rumah berlamat di Jalan Danau Sentarum, Gang Madjid Nomor 3 itu, keadaannya hanya bisa terpantau dari luar pagar yang dibatasi garis polisi. Warga sekitar ramai mendatangi TKP. Mereka saling bercerita tentang peristiwa yang menghebohkan itu dengan bergerombol di depan pintu pagar. Namun, kebanyakan warga memilih enggan bicara dan menolak memberikan keterangan. Sambil sesekali melontarkan ucapan; “Kami tidak tahu.”
Pontianak Post (grup JPNN) sempat memasuki rumah tersangka. Tapi, tak lama berselang, diminta keluar. “Maaf, masih penyilidikan dan ini permintaan keluarga,” kata salah seorang petugas. Ketika masih di dalam rumah berlantai dua yang bercorak putih itu, Pontianak Post sempat menyusur hingga ke ruang tengah. Di ruang itu, jasad Leo (36), korban disemayamkan. Kain coklat bermotifkan batik menutupi jenazahnya.
Anggota keluarga tampak sedih. Ketika itu jumlah aparat keamanan masih belum mencolok. Secara berangsur mereka datang. Menurut tetangga, Marsudi, dia sempat mendengar suara letupan, yang disusul adanya mobil putih yang langsung tancap gas meninggalkan rumah Martin. Rumah mereka tak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Kalbar Cornelis. Secara pasti kejadian tidak Marsudi ungkapkan. Ia hanya menuturkan bahwa tiga suara tembakan terdengar jelas. Suara tersebut membuatnya terperanjat dan langsung ke luar rumah. Untuk memastikan asal suara letupan. “Suaranya dari rumah ini (rumah Martin Hungan, red),” katanya.
Diakui, dirinya tak melihat secara langsung peristiwa penembakan. “Memang sebelumnya sempat ada suara ribut-ribut,” kata Marsudi. Hal senada diceritakan Istina. Ketika suara letupan terdengar dirinya sedang mencuci mobil. “Suaranya nyaring. Tiga kali tembakan. Saya takut mendengarnya,” kata dia. Sementara warga lain, Sirat menuturkan sering mendengar korban terlibat konflik keluarga. Kabar yang dia ketahui korban selalu menginginkan permintaan dipenuhi. Leo tidak tinggal di sini (rumah Martin-red) tapi di Sei Jawi,” kata Sirat.
Informasi yang dihimpun Pontianak Post, mulanya Leo mendapat telepon dari seseorang. Diduga topik pembicaraan mengarah ke persoalan ruko. Korban memang memiliki ruko dan membuka usaha dagangan minuman. Usai menerima telepon, korban marah-marah kepada orangtuanya, Martin Hungan. Perselisihan muncul, korban menggunakan senjata tajam mengancam akan menghabisi seluruh penghuni rumah.
Termasuk pelaku salah satu pihak yang diancam korban. Perseteruan berawal di teras rumah. Karena merasa terancam, Martin masuk ke kamar mengambil pistol. Ia keluar dan sempat mengeluarkan tembakan peringatan sebelum akhirnya menjadikan korban sebagai sasaran tembakan. Tembakan mengenai betis dan perut bagian kiri Leo. Ia tersungkur, Martin berusaha menolong dengan melarikan ke rumah sakit. Tapi tembakan jarak dekat mempercepat kedatangan ajal Leo. Nyawanya tidak terselamatkan. (stm/sam/jpnn)
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=69486
No comments:
Post a Comment