KAMIS, 24 JUNI 2010 | 17:14 WIB
Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Ito Sumardi. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Ito Sumardi mengatakan Datasemen Khusus 88 Antiteror menembak mati Yuli Sartono karena ajudan Abdullah Sunata itu melawan saat akan ditangkap. “Yuli tertembak karena dia melawan. Dua orang lainnya ditangkap karena dia tidak melawan,” kata Ito Sumardi hari ini.
Tim Datasemen, lanjut Ito, sudah sejak lama membuntuti Abdullah Sunata. Bahkan, sejak terpidana terorisme itu keluar dari penjara karena mendapat remisi dari pemerintah. “Kami mengikuti mereka tidak satu-dua bulan,” ujarnya.
Kalau tim dibilang tidak mengedepankan hak azasi manusia, kata Ito, bisa saja pelaku teror itu ditembak semua. “Habisi saja dan bilang kalau mereka melawan, toh tidak ada yang tahu,” kata dia.
Datasemen mengkategorikan Abdullah Sunata dan Sogir sebagai orang yang sangat berbahaya. Sunata merupakan residivis kejahatan teror dan diduga membantu Noor Din M. Top bersembunyi. Sedangkan Sogir ikut terlibat dalam sejumlah kerusuhan, seperti di Ambon, bom Bali II, dan pelatihan senjata di Aceh. “Rencananya akan dibawa ke Jakarta, tapi sekarang masih olah tempat penggerebekan,” kata Ito.
Di tempat terpisah, Kepala Bidang Penerangan Umum Markas Besar Kepolisian Komisaris Besar Marwoto Soeto mengatakan bila pada saku pakaian Yuli ditemukan kartu tanda penduduk dan kartu anggota Pusat Pendidikan Perhubungan Angkatan Darat. “Usianya 33 tahun dan pangkatnya prajurit dua,” kata Marwoto.
Polisi juga menyita barang bukti berupa pistol jenis revolver, amunisi sekitar 231 buah, dan pistol FN 210 dengan amunisi 441 peluru. “Pistol FN itu biasanya kaliber 45 dan bukan digunakan oleh polisi,” ujarnya.
Cornila Desyana
No comments:
Post a Comment