- Dituduh Mencuri Burung
- Diduga Korban Salah Tembak
- Kapolres: Dibidik Kaki Kena Punggung
KOBA – Hingga kini, jajaran Polres Bangka Tengah masih manjadi asumsi negatif masyarakat yang mengatakan ada oknum polisi tega menembak siswa SMK Ranggas, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Tengah. Oknum polisi berpakaian preman diduga salah tembak dan Saupil bin Usman (17), siswa SMK itu adalah korbannya.
Versi pihak kepolisian, Saupil alias Boy terpaksa ditembak lantaran kedapatan mencuri burung milik warga Kelurahan Arung Dalam, Kecamatan Koba, Rabu pekan lalu (20/7). Menurut polisi Boy dan rekannya Hendra (18) telah diamankan berikut senjata tajam jenis golok beserta 11 sangkar berisi burung di Polres Bangka Tengah.
Dikatakan, terungkapnya kasus Saupil dan Hendra mencuri burung itu dari upaya polisi melakukan penyelidikan kasus sebelumnya di Kelurahan Arung Dalam. Bermodal informasi itu, polisi mulai menyelidiki. Kebetulan saja ketika itu beberapa oknum polisi melihat warga menggunakan sepeda motor.
Merasa curiga, polisi akhirnya menghentikan kendaraan tersebut yang diketahui sedang membawa sangkar berisi burung. Polisi mengaku sempat menanyakan kepada pengendara yang berjumlah dua orang dari mana dan hendak kemana. Namun karena takut ditangkap, akhirnya motor yang dikendarai oleh Hendra itu menghindari petugas dan melarikan diri.
Curiga yang bersangkutan adalah pelaku pencurian, akhirnya beberapa petugas mengejar motor RX Spesial yang dikemudikan Hendra. Sehingga terjadilah kejar-kejaran antara Hendra dan Boy dengan anggota Polres Bangka Tengah, di wilayah Kelurahan Arung Dalam.
Selanjutnya, kendaraan polisi berhasil memepet motor Boy dan Hendra. Dalam versi polisi, salah seorang pelaku saat itu mengeluarkan senjata tajam jenis golok sambil mengibas-ibaskannya ke arah petugas, hingga akhirnya seorang petugas sempat jatuh dari kendaraan.
Karena keadaan dianggap sudah membahayakan, akhirnya oknum anggota Polres Bangka Tengah menembak ke udara sebanyak tiga kali sebagai tanda peringatan. Namun tembakan peringatan itu tidak diindahkan oleh kedua remaja tersebut yang justru bergegas melarikan diri.
Saat itulah terjadi penembakan ke tubuh Boy. Seorang oknum polisi kemudian mengaku membidik bagian kaki Boy dan Hendra. Tapi, karena faktor gelapnya malam dan sasaran yang akan ditembak bergerak, akhirnya tembakan petugas mengenai bagian punggung Boy.
Setelah peluru mengenai bagian tubuh Boy, bukannya berhenti Hendra malah menambah laju kendaraannya untuk kabur. Menurut polisi keduanya kabur menuju Pangkalpinang untuk merawat luka Boy di Rumah Sakit Bhakti Timah (RSBT).
Dokter yang merawat luka Boy mengetahui ada pasiennya luka tembak, lalu memberitahukan kepada pihak berwajib. Dan dari sinilah terungkapnya kasus yang menimpa Boy. Polisi lalu mengetahui keberadaan Boy di RSBT menetapkannya sebagai tersangka. Keesokan harinya Hendra juga ikut dibekuk di kediamannya di Simpang Perlang.
Di hadapan polisi, Hendra mengaku ada mencuri burung di Arung Dalam. Bahkan Hendra menurut polisi sudah mencuri burung di sebanyak 17 Tempat Kejadian Perkara (TKP) tepatnya di Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Selatan. Burung yang dicuri beragam jenis terdiri dari kacer, murai batu, dan lokbet dengan harga berkisar Rp800 ribu hingga Rp1 juta.
Kapolres Bangka Tengah Ajun Komisaris Besar Kurdi, S.Ik menyebutkan Boy bukan karena salah tembak. Namun anggotanya melakukan penembakan tersebut dengan alasan karena saat itu Boy membahayakan petugas lantaran menggunakan senjata tajam.
“Ini bukan salah tembak seperti kabar yang mencuat di masyarakat, namun penembakan itu karena faktor malam hari dan pelaku bergerak, akhirnya yang awalnya dibidik bagian kaki, tapi kena pada bagian punggung,” elaknya saat dikomfirmasi Rakyat Pos, Senin (25/7).
Menurut kapolres, Boy dan Hendra telah ditetapkan sebagai tersangka maling burung warga. Salah satu dari mereka merupakan residivis lantaran dari hasil pengembangan telah melakukan pencurian burung sebanyak 17 TKP. Barang bukti berupa sajam jenis golok, sangkar burung dan isinya serta 2 unit motor jenis RX Spesial dan Yamaha Jupiter MX berikut Hendra telah diamankan di Polres Bangka Tengah.
“Boy pelaku yang dihadiahi timah panas itu masih dirawat di rumah sakit dan dikawal oleh petugas. Kini tersangka dan barang bukti telah kita amankan di Mapolres Bangka Tengah untuk bahan penyelidikan lebih lanjut,” tandas kapolres.
Saupil Membantah
Namun demikian, Saupil bin Usman (17) yang diduga korban salah sasaran tembak oknum polisi, Senin (25/7) kemarin membantah kalau dirinya melawan saat dilakukan penangkapan oleh petugas yang berpakaian preman.
Saat disambangi Rakyat Pos di ruang perawatan Rajawali kamar nomor 2 Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang (RSBT), Saupil mengatakan tidak melawan saat polisi melakukan pengejaran. Ia juga membantah dituduh pada malam itu melawan menggunakan parang.
“Malam itu ada mobil berhenti di tengah jalan, ku dak tahu itu polisi atau bukan karena pakai pakaian preman. Karena takut ada apa-apa kami berdua balik kanan, rupanya diteriaki terus dikejar, kami kabur ngebut,” terang Saupil sambil menahan rasa sakit di dadanya.
Pada saat kabur itu, tepat di depan kantor Camat Koba, Saupil sempat dipepet oleh mobil yang diduga dikendarai oleh oknum polisi tersebut namun mereka berhasil kabur.
“Dakde ku ngelawan cuma kejar-kejaran. Apalagi kami bawa parang ku dak bawa parang malam itu,” bantah Saupil.
Pemuda berambut keriting tersebut juga tidak mendengar suara tiga kali tembakan peringatan seperti yang dikatakan oleh pihak kepolisian.
“Pas aku ngebut kabur, terus sampai di rumah kawan yang nyetir motor baru ku ngerasa ada yang basah di punggung, setelah dicek ternyata darah. Ku dak terasa men ku kena tembak, ku juga dak denger ade suara letusan tembakan, terus paginya dianter oleh keluarga ke Rumah Sakit Umum Koba,” terang Saupil.
Di kesempatan sama, Usman (52) bapak Saupil yang menemani di ruangan perawatan mengatakan, bahwa ia baru mengetahui kalau anaknya terluka ditembak setelah dikabari oleh orang tua Hendra yang membonceng Saupil malam itu.
“Kami baru dapat kabar dari orang tua Hendra kalau Saupil ada luka berdarah di punggung. Setelah kami datangi ke rumahnya, kami langsung bawa Saupil ke rumah sakit di Koba rupanya di rujuk ke RSBT,” kata Usman.
Peluru yang diduga ditembakkan oleh oknum polisi tersebut dijelaskan Usman, telah menerjang punggung sebelah kanan anaknya hingga naik ke atas dada sebelah kanan. Kata Usman, peluru tersebut terpaksa diambil dari depan tubuh Saupil karena sudah naik ke dada.
“Pelurunya naik ke dada dan hampir tembus, dan jarak yang paling dekat dioperasi dari depan,” ujarnya.
Keluarga Saupil juga mengaku kepada awak media, bahwa mereka diminta oleh pihak kepolisian supaya peristiwa penembakan tersebut tidak sampai diketahui oleh wartawan. Lalu di rumah sakit, diakui pula belum ada anggota Polres Bateng yang mengawal seperti dikatakan kapolres, apalagi meminta keterangan Saupil.
Usman hanya berharap pihak kepolisian terbuka terhadap kasus dugaan salah tembak ini. Jangan sampai sudahlah terkena tembakan, anaknya malah dituduh mencuri pula. (das/1)
http://www.rakyatpos.com/siswa-smk-ditembak-oknum-polisi.html
No comments:
Post a Comment