Hal ini disampaikan AKBP DEDY PRASETYO Kapolres Lumajang ketika ditemui DIDI reporter Sentral FM Lumajang di kantornya, Selasa (25/05). Mantan Kasat Reskrim Polwiltabes Surabaya ini mengungkapkan, keberadaan pengerahan personil kepolisian secara maksimal, membuat pelaku berpikir ulang untuk melakukan aksi susulan.
Memang dari informasi intelejen menyebutkan adanya indikasi rencana serangan balasan di wilayah hukum Polres lumajang, baik dengan sasaran masyarakat, polisi, toko emas maupun bank, pasca ditembak matinya dua gembong rampok MOKID dan SOHIB. Namun peningkatan kewaspadaan polisi membuat ancaman itu tidak terbukti.
“Informasi intelejen awal, sangat akurat adanya indikasi serangan balasan. Untuk itu, kami mengerahkan personil maksimal karena mereka punya senpi jenis FN 46. Mungkin dengan dimaksimalkannya perburuan ini membuat sisa komplotan ini colling down dulu,” papar DEDY.
Mengantisipasi aksi perampokan lanjutan, Polres Lumajang juga telah mengimbau setiap toko emas dan perbankan, untuk memasang CCTV, alarm yang teroneksi ke Mapolres Lumajang, dan meningkatkan pengamanan internal. “Kami juga telah menempatkan personil untuk melakukan pengamanan di lokasi,” imbuh DEDY.
Informasi lain seputar upaya pengejaran terhadap sisa kelompok rampok bersenpi ini, disebutkan Kapolres, YUDA, NAPI dan AMRON yang kini masih buron, sempat pulang dulu ke rumahnya masing-masing di Dusun Manggisan, Desa Tanggul Wetan, Kecamatan Tanggul, Jember.
Di kampungnya, ketiga sisa kelompok rampok ini menginformasikan kepada pihak keluarga jika MOKID dan SOHIB tertangkap petugas seusai melakukan aksi perampokan di Toko Emas Cap Semar Pasar Kunir, Desa Kunir Lor, Kecamatan Kunir.
Bahkan, mereka yang menginformasikan jika MOKID dan SOHIB tertembak mati dalam baku tembak di Desa Rojopolo, Kecamatan Jatiroto. Dengan informasi itulah, pihak keluarga kemudian mencari informasi ke Mapolres Lumajang. (her/edy)
http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=6595f641aeed17af74bcfbd5f6e16738201077067
No comments:
Post a Comment