Friday, 31 August 2012

Tiga Pemuda Ditembak saat Bentrok di Taman Palem


Nasional / Rabu, 29 Agustus 2012 22:01 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Pascabentrokan dua kelompok pemuda di sekitar komplek Taman Palem di Jalan Kamal Raya Cengkreng, Jakarta Barat, tim Satuan Resmob Polda Metro Jaya terlibat aksi kejar-kejaran dengan sebelas orang pemuda karena berusaha kabur. Polisi terpaksa menembak tiga orang pemuda karena berusaha menyerang petugas, saat hendak ditangkap.

Inilah aksi sebelas orang pemuda yang berusaha kabur dengan sebuah mobil mini bus, ke arah jalan tol auto ring road Jakarta Barat. Mobil mini bus yang ditumpangi sebelas orang pemuda dari salah satu kelompok pemuda yang terlibat bentrokan massal, Rabu (29/8) sore, terpaksa ditembak petugas karena para pemuda tersebut mencoba melawan.

Polisi akhirnya berhasil menghentikan mobil tersebut dan meminta seluruh penumpangnya keluar dari dalam mobil. Tiga orang pemuda yang berada di dalam mobil terpaksa ditembak petugas dibagian kaki dan punggung, karena melawan saat hendak ditangkap.

Ketiga pemuda tersebut dibawa petugas ke rumah sakit terdekat, untuk mendapatkan perawatan. Sementara tiga pemuda lainnya langsung dibawa ke Polda Metro Jaya untuk diperiksa lebih lanjut.

Menurut Kapolres Jakarta Barat Komisaris Besar Polisi Suntana peristiwa ini merupakan buntut dari bentrokan dua kelompok pemuda, yang memperebutkan jasa pengamanan lahan di komplek Taman Palem Lestari Cengkareng, Jakarta Barat.(DNI)
http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/08/29/158400/Tiga-Pemuda-Ditembak-saat-Bentrok-di-Taman-Palem/6

Anak buah Hercules tewas ditembak Polisi karena kabur


Anak buah Hercules tewas ditembak Polisi karena kabur
Bentrok Ampera. Merdeka.com
Tok

Polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan bentrokan di Perumahan Taman Palem, Jalan Kamal Raya, Cengkareng, Jakarta Barat. Akibat tembakan tersebut anak buah Hercules tewas. 

"Benar, Resmob Polda menembak tiga orang tadi usai bentrok karena berusaha kabur pakai mobil. Satu orang tewas," ujar Kasat Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Herry Heryawan, saat dihubungi wartawan, Rabu (29/8).

Dikatakan Herry, seorang yang tewas tersebut bernama Lajuma. Lajuma tewas dengan luka tembak di bagian dada. Seorang lagi yakni Bingo mengalami luka tembak di bagian kepala. Hingga kini, kondisi Bingo kritis dan tidak sadarkan diri. Pria itu masih menjalani perawatan intensif di RSUD Cengkareng.

Lebih lanjut, Herry mengatakan bentrokan berhasil dibubarkan. Polisi juga mengamankan 150 orang pelaku bentrokan. "Seluruhnya sudah kami serahkan ke Polres Jakarta Barat," tandasnya.

Tokoh pemuda Hercules membenarkan adanya bentrokan yang berakibat satu orang tewas dan satu kritis di Perumahan Taman Palem, Jalan Kamal Raya, Cengkareng, Jakarta Barat. Korban tewas merupakan anak buah Hercules.

"Anak buah saya diserang, satu meninggal satu kritis," ujar Hercules kepada merdeka.com, Rabu (29/8).

Menurut Hercules, tanpa sebab yang jelas ada penembakan ke arah anak buahnya. "Mereka di tembak di jalan," terang Ketua Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) ini.

Sebelumnya diberitakan, dua kelompok pemuda terlibat bentrok di depan Perumahan Taman Palem, Jalan Kamal Raya, Cengkareng, Jakarta Barat. Massa yang terlibat bentrok sampai menutup jalan dari arah Kalideres yang menuju ke Cengkareng.

Dari informasi yang dikumpulkan merdeka.com di lapangan, Rabu (29/8), bentrokan sudah terjadi sekitar 14.30 WIB. Dua kubu yang terlibat bentrok tampak membawa senjata tajam seperti parang, samurai dan balok.

Akibat bentrokan ini, puluhan truk dan mobil yang akan mengarah ke Cengkareng tertahan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Bahkan kendaraan yang datang dari arah flyover Puri menuju Cengkareng memilih memutar balik mereka karena takut jadi sasaran dalam bentrokan itu.
[hhw]

http://www.merdeka.com/jakarta/anak-buah-hercules-tewas-ditembak-polisi-karena-kabur.html

Dua Orang Ditembak karena Berusaha Tabrak Polisi


Penulis : Sabrina Asril | Kamis, 30 Agustus 2012 | 12:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pascabentrokan di lahan kosong Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat, polisi menembak dua pelaku hingga akhirnya tewas.
Keduanya ditembak karena berusaha menabrak polisi lalu lintas yang sedang mengatur arus di sekitar lokasi bentrokan. Dua orang yang ditembak yakni Semi Binggo dan Lajuma Maswatu.
Binggo tewas dengan luka tembak pada bagian kepala belakang tembus pelipis kiri. Lajuma juga akhirnya tewas dengan luka tembak pada bagian dada belakang tembus dada depan sebelah kanan.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengatakan penembakan bermula saat polisi menggeledah kelompok Jhon key usai bentrokan.
"Tiba tiba sebuah mobil Innova melaju sangat kencang dari arah perempatan Daan Mogot. Selanjutnya hendak diberhentikan oleh personel Polri yang melaksanakan pengamanan, namun tidak dihiraukan," ujar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Kamis (30/8/2012).
Pada saat anggota Polisi Lalu Lintas menghadang, mobil itu justru berusaha menabrak petugas serta membahayakan personel lainnya. Polisi kemudian melepaskan tembakan peringatan, pelaku tetap tidak menghiraukan. Kemudian polisi mengarahkan tembakan ke arah mobil dan roda yang akhirnya menimbulkan korban. 
Saat ini, polisi menyelidiki kedua belah pihak. Ada 102 orang dari kelompok Jhon Kei yang diperiksa di Polres Metro Jakarta Barat. Jika terbukti terlibat, mereka akan dijerat dengan Undang-undang Darurat nomor 12 tahun 1951 juncto pasal pasal 335 KUHP. Sementara itu dari kelompok Daud Kei yang bergabung dengan kelompok Herkules ada delapan orang yang diamankan.
Mereka diperiksa di Subdit Resmob Polda Metro Jaya terkait kasus kepemilikan senjata tajam.
Kelompok Daud Kei ini adalah kelompok yang ada di dalam mobil Toyota Innova yang ditembak polisi.
Diberitakan sebelumnya, bentrokan massa terjadi di sebuah lahan kosong di samping Komplek Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat pada Rabu (29/8/2012) siang. Bentrokan diduga dipicu perebutan lahan antara kedua kelompok. Sekitar tiga ratus polisi dikerahkan untuk mengamankan bentrokan tersebut.
Editor :
Kistyarini


http://megapolitan.kompas.com/read/2012/08/30/12035414/Dua.Orang.Ditembak.karena.Berusaha.Tabrak.Polisi

Dua Pencuri Sepeda Motor Ditembak Polisi


Penulis : Agustinus Handoko | Kamis, 30 Agustus 2012 | 13:02 WIB

PONTIANAK, KOMPAS.com - Kepolisian Resor Kota Pontianak, Kalimantan Barat, menembak dua pencuri sepeda motor karena melawan dan melarikan diri. Polisi juga menangkap seorang penadah.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Pontianak, Komisaris Puji Prayitno, Kamis (30/8/2012), mengatakan,  dua tersangka yang ditembak kakinya adalah Nurhadi dan Joni.
Sementara itu, penadah yang ditangkap adalah Salam. Nurhadi ditangkap di Jalan Selat Panjang Siantan, sedangkan Joni di Jalan 28 Oktober.
Polisi mengamankan dua sepeda motor dari para tersangka. Mereka mencuri sepeda motor bermodal kunci berbentuk T, untuk menjebol kunci setang.

http://regional.kompas.com/read/2012/08/30/13025289/Dua.Pencuri.Sepeda.Motor.Ditembak.Polisi.

Ditembak polisi, perampok gagal gasak sepeda motor


Empat orang rampok coba melancarkan aksinya di Jalan Deplu Raya Bintaro Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Sial, petugas kepolisian yang kebetulan melintas memergoki kejahatan yang mereka lakukan.

Polisi langsung melepaskan tembakan ke arah kawanan itu. Satu orang yang terkena tembakan di bagian paha namun berhasil kabur. Motor hasil rampasan mereka lalu ditinggalkan di depan sebuah SPBU di Jalan Fatmawati Raya, Jakarta Selatan.

"Salah satu pelaku kita tembak, terkena bagian paha dan berhasil kabur," terang Kanit Reskrim Polsek Pesanggrahan, AKP Nurdin AR, Jumat (31/8).

Nurdin menjelaskan, peristiwa itu terjadi dini hari tadi sekitar pukul 02.15 WIB. Saat itu Bahri (32), korban yang motornya baru saja dirampas, akan pulang menuju rumahnya usai menjenguk rekannya yang sedang sakit. Saat melintas di Jalan Deplu Raya, Pesanggrahan, korban tiba-tiba saja dipepet oleh empat orang pelaku dengan menggunakan dua sepeda motor dan hendak merampas sepeda motor Honda Vario warna hitam B 6765 UWT miliknya.

Korban coba melawan dan melarikan diri. Nahas, kawanan rampok berhasil mendekatinya dan korban langsung disabetkan golok oleh salah seorang pelaku.
Beruntung ayunan golok itu tidak mengenai tubuh korban. Hanya motornya yang berhasil digasak.

"Korban dipepet oleh empat pelaku, sempat terjadi perlawanan. Tapi saat di lampu merah Pondok Pinang, motor korban berhasil dirampas," papar Nurdin.

Petugas yang melihat kejadian langsung memberikan tembakan peringatan namun tidak diindahkan oleh para pelaku. Salah seorang pelaku yang membawa sepeda motor korban berhasil ditembak saat hendak kabur ke arah Jalan TB Simatupang.

"Tepat di depan Fedex Pondok Pinang dilakukan penembakan terhadap salah satu pelaku yang membawa kabur motor dan mengenai tubuh dan paha pelaku," jelas Nurdin.

Petugas mengamankan barang bukti sepeda motor korban dan satu bilah golok yang digunakan untuk melancarkan aksinya. Kini para pelaku sedang dalam proses pengejaran Unit Reskrim Polsek Pesanggrahan.
[lia]

http://www.merdeka.com/jakarta/ditembak-polisi-perampok-gagal-gasak-sepeda-motor.html

Polisi di Solo Ditembak 4 Kali dari Jarak Dekat


Penulis : Dian Maharani | Kamis, 30 Agustus 2012 | 23:58 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Penembakan terhadap polisi kembali terjadi di Solo, Jawa Tengah, Kamis (30/8/2012) malam. Seorang polisi tewas karena ditembak dari jarak dekat oleh seorang tak dikenal di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan, Solo.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anang Iskandar saat dihubungi, Kamis malam, mengatakan bahwa peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 21.00. Korban bernama Bripka Dwi Data Subekti (sebelumnya disebutkan Aipda Widata) tewas seketika akibat tertembak di dada sebanyak empat kali.
"Ya, telah terjadi penembakan di Pos Polisi Matahari Singosaren jam 21.00, ditembak jarak dekat. Korban Briptu Data, anggota Polsek Serengan dengan luka empat tembakan di dada," kata Anang di Jakarta.
Anang mengatakan, pelaku terdiri dari dua orang yang menggunakan sepeda motor Suzuki Smash (sebelumnya ditulis Honda Supra). Pelat nomor kendaraan pelaku pun tercatat AD 2434 HB/BH. Pelaku berhasil melarikan diri dengan cepat menggunakan sepeda motor itu. "Pelaku penembakan lari, ditunggu temannya menggunakan sepeda motor. Dikejar massa lari, terus menembak lagi," ujar Anang.
Pada saat kejadian, ada beberapa anggota polisi lain yang sedang berjaga dan patroli di luar pos polisi. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit dan saat ini telah dipindahkan ke Rumah Sakit Dr Moewardi Solo untuk menjalani otopsi.
Aksi penembakan ke arah pos polisi ini menambah panjang daftar penyerangan terhadap polisi di kota tersebut. Sebelumnya, aksi serupa juga terjadi di dua Pos Pengamanan (Pospam) Lebaran di Solo. Penembakan dan pelemparan granat oleh orang tak dikenal dilakukan secara berturut-turut. Pertama di Pospam Simpang Gemblengan, Jumat (17/8/2012). Kemudian, kembali terulang pada di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Sabtu (18/8/2012). Pada kejadian tersebut, dua polisi terluka.
Editor :
Laksono Hari W

http://regional.kompas.com/read/2012/08/30/23583966/Polisi.di.Solo.Ditembak.4.Kali.dari.Jarak.Dekat

Polres Malang Shalat Gaib untuk Bripka Dwi Data


KOMPAS.COM/M WismabrataFoto almarhum Bripka Dwi Data Subekti
Jumat, 31 Agustus 2012 | 14:42 WIB
MALANG, KOMPAS.com -- Peristiwa penembakan di Solo yang menewaskan Bripka Dwi Data Subekti (57) mengundang keprihatinan bagi seluruh anggota kepolisian di jajaran Polres Malang.

Karena itu,  siang ini (31/8/2012) mereka menggelar shalat jenazah bil gaib (shalat gaib) di Masjid Polres Malang.
Shalat gaib dilakukan setelah shalat Jumat dan diikuti oleh puluhan anggota Polres. Ditemui usai shalat, Wakapolres Malang Kompol Wahyu Wim Harjanto menyebutkan bahwa shalat gaib digelar sebagai bentuk empati dari anggota Polri di Polres Malang.

“Walau tidak berdinas di Solo, namun kita merasa empati karena almarhum meninggal saat menjalankan tugas pelayanan masyarakat. Setelah shalat gaib, dilanjutkan dengan doa bersama mendoakan arwah almarhum agar diterima di sisi Allah SWT, keluarga yang ditinggal diberi ketabahan, juga agar kasusnya cepat terungkap,” urai Wahyu.

Meski peristiwa penembakan tersebut cukup memprihatinkan seluruh jajaran Polres Malang, namun ditegaskan Wahyu bahwa tidak akan ada antisipasi yang berlebihan, agar kejadian serupa tidak terulang di Kabupaten Malang.

“Tidak ada tindakan khusus yang berlebihan. Untuk di Malang, tetap sesuai protap dimana setiap Pos Pengamanan atau Pos Polisi diisi minimal dua personel. Mereka juga akan diperkuat anggota yang melaksanakan pam tertutup. Yang jelas, anggota tetap harus siaga dan waspada,” pungkasnya.

Sumber :
Editor :
Farid Assifa

http://regional.kompas.com/read/2012/08/31/14423533/Polres.Malang.Shalat.Gaib.untuk.Bripka.Dwi.Data

Gerebek Narkoba, Ketua LSM Ngaku Tertembak Polisi


KOMPAS.com/MEI LEANDHAOlah TKP yang dilakukan kepolisian terkait jatuhnya korban sipil yang diduga terkena peluru nyasar.
Penulis : Kontributor Medan, Mei Leandha Jumat, 31 Agustus 2012 | 18:57 WIB

MEDAN, KOMPAS.com -- Saat penggerebekan rumah bandar narkoba Icang, salah seorang warga mengaku menjadi korban peluru nyasar akibat tembakan peringatan yang dilakukan petugas.
Darmansyah (37) warga Tuasan yang juga ketua sala satu LSM di Medan, mengaku tertembak mata kaki kanannya, dan saat ini masih dirawat di RSU Pirngadi Medan.
Pihak Dir Narkoba Polda Sumut dan sejumlah personel Brimob Polda Sumut, Propam Polda Sumut, personel Polresta Medan, dan DPD LSM Pakar Sumut melakukan olah tempat kejadian perkara (olah TKP) pasca-dugaan peluru nyasar yang mengenai warga sipil yang sedang melintas, Kamis (30/8/2012) kemarin.
Dugaan sementara, peluru bersumber dari senjata milik personel Polda Sumut saat melakukan penggerebekan. Olah TKP tersebut untuk mencari proyektil peluru dan mengetahui keberadaan korban pasca-penggerebekan hingga terkena peluru nyasar.
Olah TKP dilakukan dari depan hingga ke dalam rumah Icang. Hingga sore ini, petugas masih mencari proyektil peluru di sekitar lokasi, namun tidak ada ditemukan.
"Petugas kita memang ada melepaskan tembakan peringatan, tapi tembakan peringatan diarahkan ke atas karena ada perlawanan dari masayarakat. Tak ada anggota yang melakukan penembakan ke bawah, dan semua tembakan peringatan dari dalam, bisa ditanyakan kepada wartawan yang ikut dalam penggerebekan. Wartawan saja jadi korban," kata Dir Narkoba Polda Sumut, Kombes Pol Andjar Dewanto di lokasi olah TKP, Jumat (31/8/2012).
Informasi dari Arnold Tambunan, yang juga ketua salah satu LSM di Medan menyebutkan, saat kejadian korban Darmansyah melintas usai membeli rokok. Melihat ramai orang berkerumun, korban pun mendekati lokasi penggerebekan. Tiba-tiba dia terjatuh dan ternyata kaki kanannya berdarah yang diduga akibat terkena peluru.
"Dia coba berdiri namun tak sanggup lagi karena luka yang dialaminya. Sementara keadaan di sekitarnya sedang sepi, hanya ada David. Melihat korban terjatuh, David-lah yang membawa korban ke rumah sakit," ujar Arnold.
Penggerebekan ini memang sempat mendapat perlawanan warga yang tak senang dengan kehadiran petugas. Warga melempari polisi yang berada di rumah Icang. Perlawanan mereda setelah personel Brimob Poldasu dan Shabara Polresta tiba di lokasi. Belum diketahui pasti dari mana peluru yang mengenai Darmansyah.
Sementara itu, Kabid Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumut, Kombes Pol Iwan mengaku, pihaknya belum bisa memastikan sumber peluru tersebut karena sampai saat ini proyektilnya belum ditemukan.
"Kita tak bisa mengada-ada itu peluru siapa. Kalau sudah ditemukan, maka akan kita beri tindakan tegas dan personel tersebut akan kita berikan sanksi," tegasnya.
Seperti pemberitaan sebelumnya, penggerebekan dilakukan berdasarkan informasi yang didapat Direktorat Narkoba Polda Sumut dan Sat Reserse Narkoba Polresta Medan, bahwa di rumah pelaku Icang, di kawasan Jalan Sering Lingkungan VIII, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung, sedang terjadi transaksi narkoba, Kamis (30/8/2012).
Dari tempat kejadian perkara (TKP), polisi berhasil mengamankan tujuh pria yang diduga sedang melakukan transaksi dan barang bukti berupa daun ganja kering seberat 200 gram, alat pembuat obat-obatan, satu unit sepeda motor, satu unit mobil, senjata tradisional berjenis tulup, dan samurai.
Penggerebekan sempat mendapat perlawanan masyarakat karena Icang yang menjadi target megetahui kedatangan polisi dan berhasil melarikan diri sambil meneriaki polisi maling. Tujuh orang yang berada di dalam rumah juga sempat melakukan perlawanan, namun berhasil dilumpuhkan. Seorang wartawan yang meliput di lokasi menjadi korban amuk massa hingga mengalami luka di bagian kepala.
Editor :
Farid Assifa


http://regional.kompas.com/read/2012/08/31/18574767/Gerebek.Narkoba..Ketua.LSM.Ngaku.Tertembak.Polisi

Tuesday, 28 August 2012

Polisi Lakukan Olah TKP Penembakan Polisi



KOMPAS.COM/M Wismabrata
Jumat, 17 Agustus 2012 | 07:53 WIB

Pospam Lebaran di Solo setelah ditembaki oknum tak dikenal

SOLO, KOMPAS.com
 - Tim Laboratorium Forensik Kepolisian Resor Kota Surakarta berada di Pospam 5 Gemblegan, Solo, Jumat (17/8/2012), untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) kasus penembakan oleh orang tak dikenal yang mengakibatkan dua polisi luka-luka.


Seperti diberitakan sebelumnya, dua anggota kepolisian yang berjaga di Pospam Gemlegan menjadi korban penembakan dari pengendara motor tak dikenal, Jumat pukul 01.10 WIB. Bripka Endro Margiyanto terluka pada pinggang kiri dan Brigadir Kukuh Budiyanto mengalami luka ibu jari kaki kiri. Keduanya kini dirawat  di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo.

Menurut Kepala Polresta Surakarta Kombesn Pol Asjima’in, peristiwa tersebut berawal dari pengendara sepeda motor berboncengan melaju dari selatan (Solo Baru) menuju utara, Jalan Yos Sudarso, sambil mengeluarkan tembakan di Pospam 5 Gemblegan.

Rentetan penembakan tersebut melukai pinggang sebelah kiri anggota jaga di Pospam Gemblegan, Bripka Endro Margiyanto dan Brigadir Kukuh Budiyanto terkena ibu jari kaki kirinya. Pelaku penembakan adalah pengendara yang ada di depan.

Petugas menemukan sebanyak sembilan selongsong peluru dan enam proyektil di depan Pospam 5 Geblegan di Jalan Brijen Sudiarso.

Selain itu, peritiwa tersebut mengakibatkan tiga lubang dinding depan pospam, terkena tembakan, sedangkan di sebelah kiri juga tiga lubang tembakan. Tembakan juga mengena kursi plastik.  Ia menjelaskan, pelaku diduga menggunakan senjata api jenis pistol FN kaliber sembilan milimeter.
Sumber :
Antara
Editor :
Kistyarini
http://regional.kompas.com/read/2012/08/17/07532216/Polisi.Lakukan.Olah.TKP.Penembakan.Polisi

Polisi Ditembak Perampok


Senin, 16 April 2012 | 03:13 WIB

PALEMBANG, KOMPAS - Dua polisi Sumatera Selatan ditembak di dua lokasi berbeda selama dua hari berturut-turut. Penembakan tersebut diduga bermotif perampokan.
Kedua petugas polisi tersebut adalah Briptu Ramisa (28), anggota Samapta Polsek Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, dan Brigadir (Pol) Pasehono (34), anggota Polsek Mesuji. Ramisa ditembak di Kecamatan Sungai Lilin (Musi Banyuasin), Minggu (15/4). Pasehono ditusuk dan ditembak di Kecamatan Mesuji Makmur (OKI), Sabtu (14/4).

Kapolres Banyuasin Ajun Komisaris Besar Agus Setiawan mengakui insiden tersebut. Kedua polisi itu kini dirawat di Rumah Sakit Charitas di Palembang, Sumatera Selatan.
Di lokasi, ditemukan tiga selongsong senjata yang diduga dari senjata rakitan laras pendek.
Dari Tuban, Jawa Timur, dilaporkan, polisi berhasil menangkap lima tersangka perampokan senilai Rp 2,6 miliar di Pegadaian Unit Pasar Jenu, di Desa Beji, Kecamatan Jenu (Tuban), Jumat (13/4). Dua pelaku lainnya hingga kini masih buron.

Anggota Sabhara Kepolisian Resor Tuban, Ajun Inspektur Satu EH (42), turut ditangkap karena diduga menjadi otak dan dalang perampokan itu.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jatim Komisaris Besar Hilman Thayib, Sabtu (14/4), mengakui otak perampokan itu anggota polisi. Tersangka lainnya yang ditangkap adalah Swn (41), warga Dusun Mojosari, Kelurahan Temurejo, Blora (Jawa Tengah); IH (25), warga Dusun Jetis, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Polukulon, Kabupaten Grobongan (Jateng); MS (27), warga Desa Cangkring, Kecamatan Plumpang; dan AAM (40), warga Jenu (Tuban).

Dari penanganan kasus tersebut, polisi menyita, antara lain, satu mobil Toyota Avanza warna krem S 1729 HC dan 15 paket perhiasan emas berbagai jenis. (ACI/IRE)

http://regional.kompas.com/read/2012/04/16/03131717/Polisi.Ditembak.Perampok

Papuans claim Australian link to death squad


Updated 1 hour 15 minutes ago
An elite counter-terrorism unit trained and supplied by Australia is being accused of acting as a death squad in Indonesia's troubled West Papua region.
The group, known as Detachment 88, receives training, supplies and extensive operational support from the Australian Federal Police.
But there is growing evidence the squad is involved in torture and extra-judicial killings as part of efforts by Indonesian authorities to crush the separatist movement in West Papua.
  • The AFP were contacted by 7.30 and outlined their involvement with Detachment 88 - read here.
  • Read the Indonesian Government's response to the 7.30 coverage here.
The ABC's Hayden Cooper and Lisa Main went undercover in West Papua to meet with many who say an Australian Government-funded anti-terrorist team is waging a bloody campaign against activists.
On June 14, popular independence leader Mako Tabuni was gunned down as he fled from police on a quiet street in the Papuan capital.
The men who killed Mr Tabuni, was was deputy chairman of the National Committee for West Papua (KNPB), were allegedly part of Detachment 88.
Trained in forensics, intelligence gathering, surveillance and law enforcement by officials from the US, the UK and Australia, the unit was established in the wake of the Bali bombings and has played a crucial role in Indonesia's counter-terrorism efforts.
They are ruthless, often killing suspects, and their anti-terrorism mandate is now creeping into other areas like policing West Papuan separatists.
In December 2010, Detachment 88 killed militant Papuan activist Kelly Kwalik.
Mr Kwalik was a leader from the Free Papua Movement (OPM), a violent independence group with a record of attacking military and civilians, and Detachment 88 publically claimed responsibility.

'Gentle way'

But KNBP's current leader, Victor Yeimo, say unlike OPM, KNBP is non-violent and instead pursues a political solution.
"Mako was a good man. If someone was angry, Mako wouldn't answer them," he said.
"Even if people were angry, if he was being questioned by the police, they'd speak to him but he'd just laugh.
"His way of fighting back was by doing interviews and press conferences, it was gentle.
"People say he had weapons and so on but I was often at his house and I never saw a pistol and nor did my friends."
According to eyewitnesses, after being approached by plain-clothed police in unmarked cars, Mr Tabuni attempted to flee.
The witness said police opened fire on the activist as he ran down the road.
"He got free, he ran across the road, he ran about two metres alongside the taxi rank," one witness said.
"He ran along the taxi rank and tried to climb down into a gully, a drain, under the bridge.
"He was shot in the leg, he was shot but still tried to escape, then they shot him in the torso."
Bleeding heavily, Mr Tabuni was taken not to the nearby Catholic hospital, but to a police hospital at least 20 minutes away, where another witness saw the authorities bring him in.
"When he came in, I was shocked. I didn't know what had happened and it was a shock," he said.
"They brought him in and all they did was wash off the blood."

'No evidence'

The man says the police were from Detachment 88, based on their distinctive masks often worn in operation.
"I could tell just from the way they looked. And when they brought him in, the people carrying him were wearing masks," he said.
Gustaf Kawer, Mr Tabuni's lawyer, also believes Detachment 88 was involved.
"They used an ordinary car and also a ute. Usually, when the police make an official arrest they wear police uniforms and use police vehicles," he said.
"But they acted as if this was not an ordinary case, as if they were dealing with terrorists."
They used an ordinary car and also a ute. Usually, when the police make an official arrest they wear police uniforms and use police vehicles.
But they acted as if this was not an ordinary case, as if they were dealing with terrorists.
I think it's all a scenario created by the security forces so they could shoot him.
Mako Tabuni's lawyer Gustaf Kawer
The Indonesian police report claims Mr Tabuni had a gun when he was shot, and that he grabbed another weapon off one of the officers.
They also claim he was involved in seven violent offences before his shooting.
But Mr Kawer, who is respected internationally, says there is no evidence for any of the claims.
"I think it's all a scenario created by the security forces so they could shoot him," he said.
"At the present time the police are only holding two of the people who are alleged to be involved with him. They're still being held by the police.
"Witness testimony points to their being involved but there's not enough evidence against Mako."

Without restraint

The activist's death is just one of many examples of Detachment 88 operating with impunity.
A leaked video surfaced last year showing Indonesian police after they had reclaimed a remote airstrip from militant separatists.
The trophy video, taken on a mobile phone by the police, identifies Detachment 88 officers, who are often embedded with other units, and dead Papuans lying on the ground, including pictures of teenagers tied up with ropes.
And witnesses say Detachment 88 was among the security forces that opened fire on civilians at the Papuan National Congress last October.
To Papuan activists like Mr Yeimo, Australia's support and training for Detachment 88 is galling.
"You give money for Indonesia to kill people in West Papua - you are the perpetrators of violence in West Papua," he said.
"[The] Australian Government and American government, they are actors of violence in West Papua.
"Because they find them, they train them and then with the gun they kill people, they kill us like animals."
Mr Tabuni's death has sparked the attention of the Australian Government, with diplomats in Jakarta raising concerns about the killing with Indonesia on August 7.
And the Federal Government says it is asked Indonesia to conduct inquiries into human rights abuses and killings in the province of Papua.
Foreign Affairs Minister Bob Carr says he does not know if the reports are true, but he says he has spoken with his Indonesian counterpart, Marty Natalegawa, about the issue.
"Well we think the best way of clarifying the situation is for an inquiry. We've never hesitated to raise human rights issues in the two Papuan provinces and we'll continue to do it," he said.
But Australia's response is little comfort to the independence leaders in the divided and dangerous region.
Mr Yeimo says his people have little faith that the world really cares about their plight.
"The world is behind Indonesia now, it means they all compromise with Indonesia to kill West Papuan people," he said.
And he knows that he too is now in the firing line.
"The three days after Mako Tabuni was killed by Indonesia, they sent a text message to me, they said to me that 'after Mako Tabuni's dead, you'll be next'."

Statements from the Australian Federal Police and Indonesian Embassy below:

How much money does the AFP provide annually for Detachment 88 – either through training or other measures?

The AFP does not provide a regular and ongoing annual funding allocation to Detachment 88 or the Indonesian National Police (INP).
Any allocations we do make to the INP are solely intended to increase the capacity for counter terrorism purposes.
Between 2010 and 2012, in support of Detachment 88 counter terrorism efforts, the AFP has gifted assets including motor vehicles, office and telecommunication supplies and computer equipment. The value of these assets is $314,500.

Exactly, what training does the AFP provide Detachment 88?

The AFP provides capacity building assistance in support of the Indonesian National Police (INP), including Detachment 88.
This capacity building includes the provision of support to a range of INP initiatives implemented by the AFP, such as investigations support and forensic assistance including post bomb-blast analysis.
The AFP has also supported the INP in establishing and developing forensic and bomb data centres, the introduction of a Case Management and Intelligence System database and the provision of equipment in support of counter terrorism operations.
The AFP is not involved in INP counter terrorism tactical resolutions. AFP engagement with Detachment 88 is undertaken with its Executive and headquarters members in Jakarta, Indonesia.

We understand that Detachment 88 is involved in targeting independence leaders in Papua and West Papua. Is this a concern to the AFP? If so what measures has the AFP taken to investigate the allegations.

Detachment 88 is a specialist counter terrorism unit within the Indonesian National Police, however it should be noted that Indonesian law does not differentiate between terrorism, separatism and insurgency.
The AFP is not aware, nor been informed, that Detachment 88 is specifically targeting independence leaders in Papua and West Papua.
The AFP is aware of media reports which allege human rights abuses have been perpetrated by Detachment 88 members.
While the AFP is unable to comment directly on the recent allegations, it should be noted that human rights allegations have been made against Detachment 88 members previously, some of which have been unfounded or misreported.
The AFP does not have a mandate to investigate allegations made in relation to the conduct of foreign police forces in a foreign, sovereign country.

Will the AFP question the Indonesian Police on the activities Detachment 88 undertakes in Papua and West Papua?

The AFP has no mandate to investigate the conduct of police forces in a foreign country.
Further, the AFP does not have a mandate to question the operational taskings of the INP. Any investigation into the conduct of INP or Detachment 88 officers is a matter for the Indonesian authorities.

Further information: Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

The JCLEC is an academic training facility, through which operational support and capacity building assistance including training to regional law enforcement agencies and non-government agencies in responding to transnational crime, including terrorism is undertaken.
To date the JCLEC has provided training to over 12,000 regional law enforcement students, from 55 countries who have participated in over 498 training programs.
The JCLEC training undertaken by the Detachment 88 members has included crime investigation, response to chemical, biological, radiological and nuclear events and post bomb-blast management.
The principles of human rights are embedded in JCLEC programs and police accountability is incorporated into scenario-based activities.
Response to 7.30 from the Australian Federal Police
The recent unrest in the Indonesian provinces of Papua and West Papua –especially the loss of life– is regrettable and is receiving attention from the Indonesian people, the media, and the President of the Republic of Indonesia himself. The Indonesian Government has taken steps to restore law-enforcement in the Papuan provinces.
There are several points to remember while peace is being restored to the Papuan provinces: Firstly, that Indonesia's sovereignty and territorial integrity should not be called into question. The world, including Australia, has acknowledged support for Indonesia’s territorial integrity.
Secondly, it is every country’s right to create and maintain peace within its own borders within the basic principles of Human Rights. In this regard, the Indonesian Government deploys law-enforcement officials in all parts of Indonesia, including the Papuan provinces, to ensure stability and peace in all aspects of public life.
Thirdly, every excessive use of violence by authorities is processed according to the prevailing laws. Previous cases have seen Indonesian law-enforcement personnel demoted or imprisoned for breaches of human rights, including in cases that were not covered by the media.
Fourthly, every country has procedures in place regarding foreign journalists wanting to visit to produce a program, so countries including Australia and Indonesia reserve the right to determine entry by foreigners into its own territory, whether they are tourists or asylum-seekers or journalists.
In response to the ABC's 7.30 program (27 August 2012), it should be known that Australian journalists and production crews have been officially visiting the Papuan provinces in the last few years. Additionally, Red Cross offices are always located in each host country’s capital city, while the host country opens branches in the regions, as does the Indonesian Red Cross in the provinces of Papua and West Papua.Thank you for your continued interest in Indonesia. As is expected of Indonesia’s vibrant journalistic media, we also invite more researched and balanced reporting by Australian media
Response to 7.30 from the Indonesian Embassy in Canberra
First posted Tue Aug 28, 2012 7:37pm AEST

http://www.abc.net.au/news/2012-08-28/papuans-claim-australian-link-to-death-squad/4228710