Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain
06 April 2011
TEMPO Interaktif, MANADO - Tim Buru Sergap Kepolisian Resor Kota Mando bekerjasama dengan aparat Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, berhasil mengungkap kelompok pelaku perampokan di depan Gereja Katolik Katedral Hati Tersuci, di Jalan Samratulangi, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Berita terkait
Kepala Polresta Manado Komisaris Besar Polisi Aridan J Roeroe dalam jumpa pers Selasa malam (5/4) menjelaskan, para pelaku adalah residivis asal Surabaya.
Menurut Roeroe, kelompok yang beranggotakan lima orang itu ditangkap di kawasan Tretes Pasuruan Jawa Timur, Minggu (3/4). Bahkan salah seorang di antaranya sudah lebih dahulu ditangkap aparat Kepolisian Resor Pasuruan karena terlibat kasus narkoba.
Mereka diringkus sesaat meninggalkan sebuah villa dengan menggunakan mobil. Sempat terjadi aksi kejar-kejaran. Bahkan anggota Tim Buser Polresta Manado mengeluarkan tembakan untuk menghentikan kawanan rampok yang ternyata juga telah menjadi residivis dalam kasus penjambretan di wilayah Surabaya.
Dalam pengejaran tersebut, TM alias Tonny harus meregang nyawa karena kehabisan darah setelah ditembak di kaki karena melakukan perlawanan.
Dua orang lainnya masing-masing SD alias Blutus alias Udin dan AS alias Arif juga harus mengalami cacat karena mendapatkan tembakan di bagian kaki. Adapun seorang lagi, S alias Yanto berhasil kabur.
Namun belakangan diinformasikan bahwa Yanto berhasil ditangkap Tim Buser Polrestabes Surabaya.
SD alias Blutus alias Udin serta AS alias Arif, Senin (4/4) dibawa ke Manado untuk menjalani proses hukum. “Mereka sudah dipastikan sebagai pelakunya,” ujar Roeroe.
Dalam kasus ini, Polresta Manado telah mengamankan tiga buah motor yang digunakan para tersangka, yaitu motor Honda Revo hitam DB 5567 GH milik Rayani Irfan, warga Perumnas Paniki Dua, Blok Durian Nomor 19 Mapanget; Suzuki Smash hitam DB 9694 LO milik Ferry Oley, warga Paniki; dan Suzuki Sky Drive DB 9012 LT milik Yanti Amir yang juga warga Perumnas Paniki Mapanget
Selain itu juga disita dua bilah parang yang dijadikan senjata untuk menebas para korban.
Peristiwa di depan Gereja Katedral Hati Tersuci terjadi 20 Desember 2010 lalu. Maria Julitawati yang menjadi korban, tidak hanya kehilangan uang Rp 140 juta, tetapi juga harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit karena kedua tangannya dibacok parang para pelaku.
Peristiwa yang berlangsung pagi hari itu, ketika Maria baru saja pulang dari Bank Mandiri dan berjalan sembari menunggu kendaraan angkutan kota. Namun rupanya gerak-gerik dari korban sudah diincar para pelaku.
Sementara itu, Wakapolresta Manado Ajun Komisaris Besar Jackson Lapalonga mengatakan, selain beraksi di depan Gereja Katedral, para pelaku ini juga merupakan komplotan yang melakukan penjambretan di di lorong Samrat, Kota Manado, 28 Oktober 2010 lalu.
Saat itu karyawan Money Changer Haji La Tunrung diserempet dan dirampas uangnya senilai Rp 80 juta. “Setelah dicek ternyata ada residivis dari Balikpapan dan di Surabaya,” papar Lapalonga. ISA ANSHAR JUSUF.
No comments:
Post a Comment