Sunday, 10 April 2011

Keluarga Lehman Tak Terima Polisi Menembak Mati

Tribunnews.com - Senin, 11 April 2011 00:26 WIB
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN
- Kematian Lehman (35) warga Pasar 4,5 Tanjung Beringin, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, yang diduga menjadi bandar sabu-sabu menuai kontroversi. Keluarganya tak yakin jika pria yang ditembak mati oleh polisi tersebut mencoba kabur dan melawan saat ditangkap, Sabtu (9/4/2011). Apa lagi dikabarkan Lehman sampai mengeluarkan senjata api untuk melukai polisi yang hendak menagkapnya.

Keluarga menyayangkan tindakan polisi yang harus menembak mati Lehman. Keluarga Lehman berencana Senin (11/4/2011) akan mempropamkan Dit Narkoba Polda Sumut karena hal tersebut.

“Lehman itu sangat takut sama polisi. Jadi gak mungkin ia melawan, apalagi dikabarkan katanya ia mengeluarkan senjata api untuk melawan polisi,” kata Supiah, saat dihubungi melalui telpon selularnya, Minggu (10/4/2011) malam. Menurutnya, jika memang benar adiknya terbukti bersalah sebagai pengedar narkoba. Apakah tindakan polisi sudah benar menembak matinya?

"Masih banyak lagi pengedar narkoba yang lebih besar lagi di Medan ini. Tapi kenapa adiku yang harus ditembak, kenapa bukan yang lain. Lagian polisi juga sudah tahu identitas dan alamat Lehman. Kalaupun memang ia berhasil meloloskan, kan bisa suatu hari diintai dirumahnya," ujar Supiah dengan suara terisak-isak.

Supiah mengaku heran, ada empat polisi yang ia dengar akan menangkap Lehman, namun peristiwa penembakan bisa terjadi.

"Kenapa untuk menangkap seorang Lehman tidak sanggup. Kenapa polisi harus menembaknya, apakah polisi tidak bisa mengejar dan membekuk Lehman seorang diri. Seharusnya kan dikejar, bukan ditembak seperti itu," ujarnya.

Semasa hidup, dikatakan Supiah, Lehman adiknya tersebut giat bekerja. Selain memiliki dua kios, Lehman juga memiliki puluhan meja biliar. Selain itu, Lehman juga bekerja menjadi agen pupuk.

“Uang dia banyak, untuk apa dia jadi bandar narkoba. Selain bekerja sebagai agen pupuk, adik ku ini juga memiliki dua kios dan puluhan usaha biliar. Dari biliar saja dia bisa untung Rp 15 juta sampai Rp 20 juta," ujarnya yang terkesan tak habis fikir.

"Kalau ada uang, Lehman selalu membawanya dan tidak pernah tinggal dirumah. Baru-baru ini, ia juga minjam uang sebesar 200 juta dari bank. Katannya uang itu untuk membangun usaha grosirnya," katanya.

Supiah juga mengatakan, adiknya, saat keluar rumah membawa uang Rp 50 juta serta perhiasan kalungnya. Namun, setelah kejadian, mereka tidak menemukan uang lima puluh juta yang dibawa Lehman saat keluar dari rumah.

"Keluarga hanya bisa iklas dan berharap polisi bisa menjelaskan kenapa Lehman ditembak mati," ujarnya.

Sebelumnya, Dir Narkoba Polda Sumut, Kombes Jhon Turman Panjaitan saat dikonfirmasi melalui telepon selularnya membenarkan penembakan tersebut.

Menurutnya, saat itu anggotanya Brigadir Yudi Atmaja menyaruh sebagai pembeli barang haram tersebut (Sabu-Sabu).

"Mereka bertemu didepan rumah makan Sederhana Langkat. Lehman masuk ke dalam mobil sedan Brigadir Yudi untuk melakukan transaksi. Begitu transaksi usai, Yudi langsung mengaku polisi. Ternyata membuat Lehman mencoba melawan dengan memukul Yudi. Hingga akhirnya mata sebelah kiri Yudi dipukul dan langsung keluar dari mobil," ujarnya.

Melihat buruannya kabur, Yudi langsung menembak sebanyak satu kali hingga tersangka terkapar dan mengenai punggung sebelah kiri Lehman hingga bersimbah darah.

"Korban mencoba lari, begitu mengetahui bahwa polisi yang sedang melakukan transaksi dengannya," kata Jhon.

http://www.tribunnews.com/2011/04/11/keluarga-lehman-tak-terima-polisi-menembak-mati

No comments:

Post a Comment