Indra Subagja - detikNews
Senin, 23/04/2012 14:23 WIB
Senin, 23/04/2012 14:23 WIB
Jakarta Jasad Endra Saputra (24) masih terbujur kaku di kamar jenazah RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Endra tewas ditembak polisi dari Polda Metro Jaya pada 29 Maret 2012 lalu. Dia diduga terlibat terorisme. Sejak tewas ditembak, jasadnya dibawa ke RS Polri.
Nah, persoalan muncul belakangan. Hingga kini keluarga tidak juga mendapatkan kepastian kapan jasad Endra bisa dibawa pulang. Orang tua Endra, Endik, yang datang ke RS Polri malah ditolak mentah-mentah.
"Kita cuma diminta tunggu, sampai sekarang sudah 3 minggu tidak mendapat kabar apa-apa. Kita keluarga sudah ingin segera dikuburkan, kasihan jasad adik saya. Apalagi DNA dan air liur orang tua saya juga sudah diambil," jelas kakak Endra, Abdurrahman, saat dikonfirmasi, Senin (23/4/2012).
Keluarga tidak tahu harus mengadu kemana. Anak dan istri Endra pun tidak bisa berbuat apa-apa. Endra memiliki 2 anak yang satu berusia 4 bulan dan satu lagi berusia 2,5 tahun. Endra sehari-hari berjualan jus di sebuah sekolah di kawasan Tangerang.
"Adik saya disebut terlibat perampokan dan teroris. Padahal adik saya sehari-hari hanya berdagang jus buah. Dia juga tidak pernah ikut kelompok-kelompok keagamaan tertentu. Salatnya biasa saja," terang Abdurrahman.
Polisi menggerebek kontrakan Endra pada 29 Maret lalu. Dia diduga melakukan perlawanan, polisi mengklaim menemukan pistol di lokasi yang merupakan kontrakan itu.
"Saat itu di kontrakan, anak sama istrinya sedang menumpang di rumah ayah ibunya di Tangerang juga, almarhum adik saya tidak ikut karena ada tamunya datang 2 orang," tuturnya.
Abdurrahman tidak tahu mengapa adiknya tiba-tiba disebut teroris. Yang dia tahu, adiknya hidup pas-pasan. Bahkan adiknya itu masih berutang guna membuat gerobak seharga Rp 700 ribu kepada dirinya.
"Kami hanya ingin agar jenazah bisa diurus. Apalagi, orang tua saya bilang ada petugas yang minta uang Rp 3 juta, belum lagi kata adik saya yang ikut jasad adik saya juga sudah banyak luka jahitan," urai Abdurrahman yang bekerja sebagai wiraswastawan itu.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, saat dimintai konfirmasi mengaku akan melakukan pengecekan lebih dahulu. Hal senada juga disampaikan Kabid Pelayanan RS Polri, Kombes Pol Ibnu Hajar. Ibnu mengaku baru pulang dari luar kota.
"Nanti saya cek dulu," ujar Ibnu.
(ndr/vit)
Nah, persoalan muncul belakangan. Hingga kini keluarga tidak juga mendapatkan kepastian kapan jasad Endra bisa dibawa pulang. Orang tua Endra, Endik, yang datang ke RS Polri malah ditolak mentah-mentah.
"Kita cuma diminta tunggu, sampai sekarang sudah 3 minggu tidak mendapat kabar apa-apa. Kita keluarga sudah ingin segera dikuburkan, kasihan jasad adik saya. Apalagi DNA dan air liur orang tua saya juga sudah diambil," jelas kakak Endra, Abdurrahman, saat dikonfirmasi, Senin (23/4/2012).
Keluarga tidak tahu harus mengadu kemana. Anak dan istri Endra pun tidak bisa berbuat apa-apa. Endra memiliki 2 anak yang satu berusia 4 bulan dan satu lagi berusia 2,5 tahun. Endra sehari-hari berjualan jus di sebuah sekolah di kawasan Tangerang.
"Adik saya disebut terlibat perampokan dan teroris. Padahal adik saya sehari-hari hanya berdagang jus buah. Dia juga tidak pernah ikut kelompok-kelompok keagamaan tertentu. Salatnya biasa saja," terang Abdurrahman.
Polisi menggerebek kontrakan Endra pada 29 Maret lalu. Dia diduga melakukan perlawanan, polisi mengklaim menemukan pistol di lokasi yang merupakan kontrakan itu.
"Saat itu di kontrakan, anak sama istrinya sedang menumpang di rumah ayah ibunya di Tangerang juga, almarhum adik saya tidak ikut karena ada tamunya datang 2 orang," tuturnya.
Abdurrahman tidak tahu mengapa adiknya tiba-tiba disebut teroris. Yang dia tahu, adiknya hidup pas-pasan. Bahkan adiknya itu masih berutang guna membuat gerobak seharga Rp 700 ribu kepada dirinya.
"Kami hanya ingin agar jenazah bisa diurus. Apalagi, orang tua saya bilang ada petugas yang minta uang Rp 3 juta, belum lagi kata adik saya yang ikut jasad adik saya juga sudah banyak luka jahitan," urai Abdurrahman yang bekerja sebagai wiraswastawan itu.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, saat dimintai konfirmasi mengaku akan melakukan pengecekan lebih dahulu. Hal senada juga disampaikan Kabid Pelayanan RS Polri, Kombes Pol Ibnu Hajar. Ibnu mengaku baru pulang dari luar kota.
"Nanti saya cek dulu," ujar Ibnu.
(ndr/vit)
http://us.news.detik.com/read/2012/04/23/142341/1899250/10/ditembak-mati-polisi-di-tangerang-jasad-endra-disandera-di-rs-polri?9922022
No comments:
Post a Comment