Friday 26 August 2011

Delapan Warga Ditembak Polisi Saat Berdemo

Nasional / Rabu, 24 Agustus 2011 05:32 WIB
Metrotvnews.com, Morowali:Polisi menembak delapan warga Mamosalato, Morowali, Selasa (23/8). Aksi penembakan terjadi saat warga berdemo di lokasi pengeboran minyak dan gas kob Medco-Pertamina di Pulau Tiaka, Morowali, Sulawesi Tengah.

Kedelapan korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Banggai, Luwuk. Namun, dua di antara mereka tewas dalam perjalanan. Kedua korban bernama Yurifin dan Marten yang menderita luka tembak di bagian dada hingga tembus. Sementara, enam korban lain masih menjalani perawatan intensif. Aksi penembakan itu terjadi saat warga menuntut hak-hak dana pemberdayaan masyarakat yang belum diberikan perusahaan.
http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/08/24/134678/Delapan-Warga-Ditembak-Polisi-Saat-Berdemo

Polri Persilakan Komnas HAM Bentuk TPF

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polri mempersilakan Komnas HAM membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk mengusut dugaan pelanggaran HAM dalam kasus amuk massa di Tiaka, pulau tempat pengeboran minyak JOB Pertamina-Medco E&P Tomori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, yang mengakibatkan dua warga sipil tewas ditembak polisi.

"Memang kami harapkan demikian, dari Komnas turun, dari kita juga turun. Jadi, sama-sama," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (25/8/2011).

Menurut Anton, kepolisian setempat juga melakukan evaluasi terhadap anggotanya yang diduga melakukan pelanggaran dalam penembakan tersebut. Bahkan, Propam Polda Sulteng telah turun ke lapangan untuk menyelidikinya.

Namun, Anton juga meyakinkan bahwa petugas harus menghentikan aksi massa dengan tindakan tegas berupa penembakan mengingat massa tak terkendali dan justru melakukan perlawanan, perusakan, penyanderaan, hingga menembak petugas dari senjata api yang dirampas saat kejadian Senin (22/8/2011).

"Masyarakat juga melakukan penembakan, ada dengan membawa parang. Anggota kami yang disandera kan juga harus diselamatkan. Apalagi, Kapolres kan dikalungi celurit, jadi enggak bisa apa-apa," kata Anton.

Menurut Anton, saat ini kondisi keamanan di Tiaka, pulau yang ditempuh 20 jam dari Palu itu, telah terkendali.

Tokoh masyarakat, aparat kepolisian, pihak perusahaan dan pejabat muspida di Tiaka, juga telah melakukan pertemuan dan menghasilkan sejumlah butir kesepakatan.

Masyarakat setempat dapat memahami kejadian tersebut dan telah mengembalikan senjata api yang sempat dirampas dari tangan aparat.

Selain itu, pihak perusahaan juga diharapkan bisa berusaha memenuhi aspirasi masyarakat sekitar berupa pengembangan ekonomi masyarakat setempat.


Penulis: Abdul Qodir | Editor: Budi Prasetyo
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

http://www.tribunnews.com/2011/08/26/polri-persilakan-komnas-ham-bentuk-tpf

Kenapa Demonstran Medco Ditembak Mati

VIVAnews - Kapolres Morowali, AKBP Suhirman mengatakan anggotanya terpaksa menembak dua warga dalam aksi demonstrasi yang berakhir rusuhdi fasilitas pengeboran minyak Joint Operating Body Medco-Pertamina di Lapangan Tiaka, Luwuk, Sulawesi Tengah. Dua warga itu dinilai membahayakan aparat.

"Mereka terpaksa dilumpuhkan karena melawan dan berbahaya," kata Suhirman kepadaVIVAnews.com, Rabu, 24 Agustus 2011.

Menurut dia, dua orang warga itu hendak menembak anggota polisi yang melakukan pengamanan. Mereka menodongkan senjata yang direbut dari polisi. "Kami sudah peringatkan sebelumnya, tapi mereka tidak mau meletakkan senjata dan malah akan menembak. Terpaksa kami lumpuhkan," kata Suhirman.

Suhirman mengklaim, saat ini situasi di lokasi kerusuhan sudah bisa dikendalikan. Polisi, kata dia, masih menyelidiki kasus tersebut. "Hari ini (Rabu, 24 Agustus) tim sedang melakukan kegiatan olah tempat kejadian perkara," kata dia.

Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol. Dewa Parsana mengatakan kerusuhan dipicu oleh aksi demonstrasi warga pada Sabtu kemarin.

Sehari kemudian, terjadi bentrok antara aparat Polres Luwuk dengan massa. Saat itu ada sekitar 50 warga masyarakat yang membawa senjata tajam dan bom molotov ke daerah pengeboran minyak. Kelompok massa itu langsung merusak enam sumur. Selesai melakukan pengerusakan dua karyawan Medco disandera oleh massa.

Setelah kejadian itu, sekitar 80 anggora polisi dan Brimob mendatangi lokasi untuk menjaga keamanan. "Takutnya ada kerusakan lagi," kata Kapolda ketika dihubungi VIVAnews.com, kemarin.

Pada hari Senin, warga yang berdemonstrasi kemudian kembali ke lokasi menggunakan perahu dan melempar bom molotov ke satu sumur minyak. Negosiasi antara polisi dengan warga gagal.

Menurut Parsana, warga masyarakat menyerang polisi yang mengamankan lokasi. Tiga polisi reguler dan satu anggota Brimob disandera dan dilarikan dengan perahu. Massa juga merebut senjata polisi sehingga terjadi baku tembak dengan aparat. (eh)

• VIVAnews

http://us.nasional.vivanews.com/news/read/242855-demonstran-morowali-ditembak-karena-berbahaya

Mahasiswa Ditembak Mati, Mahasiswa Unair Tuntut Polisi Bertanggungjawab

Kamis, 25 Agustus 2011 10:34:37 WIB
Reporter : Ribut Wijoto

Surabaya (beritajatim.com) - Mahasiwa Universitas Airlangga yang tergabung dalam Forum Advokasi Mahasiswa (FAM) mengecam tindakan represif aparat kepolisian. Utamanya atas penembakan mati terhadap mahasiswa asal Makassar.

Menurut aktivis FAM, tindakan brutal aparat tentunya sangat tidak patut dilakukan di bulan Agustus tahun ini yang penuh dengan makna, peringatan kemerdekaan Indonesia dan adanya Bulan Suci Ramadhan. "Apalagi tindakan tersebut di lakukan hanya untuk demi ‘mengamankan’ perusahaan yang jelas-jelas tidak lagi dipercaya oleh masyarakat karena mengumbar janji semata untuk memuluskan operasi mereka selama ini," kata Catur Wibowo, salah satu koordinator aksi, Kamis (25/8/2011).

Atas dasar itulah, FAM bersama dengan SBK-KP KSN, SKMR dan SMI Surabaya menyatakan sikap:
1. Berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya mahasiswa dan masyarakat karena kekerasan yang di lakukan aparat keamanan.
2. Mengecam tindakan Represif Aparat Kepolisian dalam ‘Mengamankan’ hingga mengakibatkan korban meninggal dunia.
3. Menuntut Bupati Morowali dan Pemerintah Indonesia berpihak kepada warganya yang dikorbankan karena aksi yang mereka lakukan adalah menuntut haknya.
4. Menuntut Kapolda Sulawesi Tengah harus bertanggung jawab atas kasus tersebut.

Catur menuturkan, tercatat satu mahasiswa, Andri Sondeng, 21 tahun dan satu masyarakat tewas ditembak mati pada hari Senin (22/8/2011) oleh Polisi dan Security PT Medco di dalam perahu di Perairan Luwuk. Penembakan terjadi sepulang mahasiswa dan masyarakat melakukan aksi di Perwakilan Medco di Luwuk Sulawesi tengah.

Selain dua korban tewas, ada 5 orang masyarakat korban penembakan dalam keadaan kritis dan dirujuk ke Palu, karena RS luwuk tidak mampu menanganinya. Sedangkan 15 orang lainnya dilaporkan hilang di tengah laut dan 19 orang warga lainnya ditangkap dalam peristiwa itu dan akan segera dibawa ke Palu untuk kepentingan penyidikan. [but]

http://www.kaskus.us/showthread.php?p=500797113#post500797113

Tak Terima Suami Ditembak Polisi

10:53, 26/08/2011

MEDAN- Jenazah Muliadi alias Adi Dolo (40), warga Dusun III Desa Naga Rejo, Kecamatan Galang, Deli Serdang, pencuri lembu yang ditembak polisi, di otopsi di RSUD dr Pirngadi Medan, Kamis (25/8) siang.

Istri Muliadi, Nuryati (34), terlihat menangisi kepergian suaminya. “Saya tidak terima suami saya ditembak mati. Kalaupun dia mencuri, bukan begini caranya. Aku harap penembaknya segera ditangkap dan dihukum setimpal,” pinta Nuryati.

Sementara Wandi (41), salah satu kerabat korban mengaku, memang benar Muliadi terlibat dalam pencurian lembu. Tapi polisi seharusnya menangkap dia, bukan menembaknya.

“Kalau memang Muliadi menjadi salah satu pelakunya, seharusnya tidak ditembak mati. Kan ada hukum di negara ini,” kesalnya.

Brigadir Yusman, petugas Polsekta Galang, yang ditemui di depan ruang instalasi jenazah RSUD Pirngadi Medan mengaku, tersangka sendiri ditangkap saat mengendarai sepeda motor berboncengan bersama temannya. Saat dilakukan penangkapan, pelaku mencoba melawan.

“Karena dipepet polisi, teman tersangka Muliadi yang saat itu diboncengan langsung melompat dan melarikan diri,” katanya.(jon)

http://www.hariansumutpos.com/2011/08/13761/tak-terima-suami-ditembak-polisi.htm

Curi Lembu, Mulyadi Ditembak Mati Polisi

SEORANG pencuri ternak lembu di Deli Serdang, Mulyadi (31), tewas setelah diterjang timah panas milik anggota Kepolisian Sumatera Utara (Sumut) karena mencoba melarikan diri saat disergap petugas.

Penyergapan dilakukan polisi di rumah Mulyadi di Jl Nagarejo, Dusun III, Gang Salim, Kelurahan Nagarejo, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang pada Rabu (24/8/2011) sekitar pukul 21.00 WIB.

Saat itu, Adi berusaha melarikan diri. Namun, peluru mengenai rusuk bagian kanannya. Adi pun tersungkur dengan bersimbah darah. Ia sempat dibawa ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawanya. Namun, centeng perkebunan sawit milik PT London Sumatera (Lonsum) ini tak tertolong. Ia tewas di perjalanan. Jenazahnya kemudian dibawa ke RSU Pirngadi, Jl HM Yamin, Medan.

Kerabat Adi bernama Wandi membenarkan korban dan dua temannya terlibat pencurian lembu milik warga dua pekan lalu. Namun, persoalan itu sudah diselesaikan dengan cara perdamaian. “Tapi tiba-tiba polisi datang mau melakukan penangkapan. Karena itu dia berusaha melarikan diri,” kata Wandi.

Keterangan Wandi diperkuat Nuryati, istri Mulyadi. “Suami saya sudah berdamai dengan pemilik lembu. Keluarga berencana menempuh jalur hukum agar polisi tidak asal main tembak saja,” kata Nuryati sambil terisak di rumah sakit, Kamis siang. Menurutnya, keluarga tidak bisa menerima perlakuan polisi seperti itu. Jenazah korban sudah dikebumikan Kamis sore.

http://www.medantalk.com/curi-lembu-mulyadi-ditembak-mati-polisi/

Tuesday 23 August 2011

Pembobol ATM Muamalat Pernah Bobol ATM BNI Duren Sawit


Foto: Taufiq (detikcom)

Minggu, 21/08/2011 15:39 WIB

Jakarta - Penangkapan 3 pembobol ATM Bank Muamalat Cileungsi di kawasan Koja, Jakarta Utara, ikut mengungkap kasus pembobolan ATM sebelumnya. Pelaku rupanya pernah membobol ATM BNI di Duren Sawit, Jakarta Timur.

"Ini dipastikan pelaku juga melakukan pencurian ATM di wilayah Duren Sawit," kata Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Utara AKBP Irwan Anwar di Mapolresta Jakarta Utara, Minggu (21/8/2011).

Menurut Irwan, ada satu pelaku berinisial N. Dia terpaksa ditembak di pundak saat dibekuk polisi. N terlibat dalam 2 aksi pencurian ATM.

"Dia ikut pencurian 2 kali. Di Duren Sawit dan yang di kawasan Cikeas (Cileungsi-red) ini," kata Irwan.

Dari 9 pelaku, polisi telah membekuk 3 orang. Polisi kini mengejar 6 anggota komplotan yang tersisa.

"3 Orang berhasil kita tangkap sekarang, dan kita serahkan ke Polda Metro," ujarnya.

3 Perampok ATM tertangkap di Kawasan Plumpang Center, Koja dini hari tadi. Mereka membawa ATM yang dibobol dari Bank Muamalat, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Sempat terjadi kejar-kejaran antara polisi dan perampok.

Sebelumnya, pada 6 Agustus silam, komplotan ini juga rupanya merampok ATM BNI di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Polisi memperkirakan ATM itu berisi uang ratusan juta rupiah.


(fay/vit)
http://us.detiknews.com/read/2011/08/21/153912/1707744/10/pembobol-atm-muamalat-pernah-bobol-atm-bni-duren-sawit?n991102605

Sindikat Pembobol ATM Tertangkap


indosiar.com, Jakarta, Denpasar
- Komplotan spesialis pembobol mesin ATM Minggu (21/08/11) siang diringkus satuan reskrim Polres Jakarta Utara. Sempat terjadi baku tembak saat dilakukan penyergapan dan satu diantaranya ditembak petugas. Sementara itu dari Denpasar Bali juga dilaporkan polisi menangkap seorang pelaku pembobol ATM disejumlah bank di Denpasar. Pelaku kerap berpura-pura sebagai petugas teknisi bank untuk memperdaya nasabah. Sang pelaku tak bisa berkelit karena aksinya itu terekam kamera CCTV.

Terungkapnya kasus pembobolan ATM di Denpasar Bali ini karena sang tersangka Abdul Azis kepergok petugas teknisi bank ketika sedang beraksi membuka boks ATM milik sebuah bank ternama. Azis saat itu akan mengambil kartu ATM milik nasabah yang tertinggal didalam mesin. Azis juga tidak bisa berkelit karena petugas mendapati rekaman CCTV saat tersangka beraksi.

Dalam beraksi tersangka sengaja menempelkan stiker berisi nomor telepon miliknya dan selanjutnya memasukan plat plastik pada lubang tempat memasukan kartu ATM agar kartu ATM nasabah tidak bisa keluar. Saat para nasabah panik dan menghubungi nomor hotline tersebut, tersangka yang berpura-pura sebagai petugas teknisi bank akan meminta para nasabah memberikan nomor PIN kartu ATM mereka. Selanjutnya tersangka langsung menuju mesin ATM tersebut dan membongkar mesin ATM untuk mengambil kartu dan menguras uang milik para nasabah.

Sementara itu dari Jakarta dilaporkan, 3 dari 9 pelaku anggota kelompok spesialis pembobol mesin ATM Minggu siang berhasil diringkus Satuan Reskrim Polres Jakarta Utara. Salah seorang pelaku tertembak dibagian punggung dalam penggerebekan yang diwarnai baku tembak antar petugas dengan para pelaku di Jalan Plumpang Raya, Koja, Jakarta Utara tersebut.

Menurut pihak kepolisian penggerebekan berawal dari informasi petugas patroli Polres Metro Jakarta Utara yang mencurigai dua buah mobil minibus yang membawa sebuah mesin ATM. Diduga komplotan tersebut baru saja beraksi membobol ATM sebuah bank swasta di Cilengsi Bogor, Jawa Barat. Dari hasil pemeriksaan diketahui komplotan ini terlibat dalam beberapa kasus pembobolan ATM yang terjadi disejumlah wilayah seperti di Jakarta Timur, Depok dan Tangerang, Kota.

Dari 3 tersangka, satu orang diantaranya merupakan oknum TNI AL yang telah diserahkan petugas ke kesatuannya. Petugas juga mengamankan antara lain sebuah mesin ATM yang masih berisi uang sejumlah ratusan juta rupiah, mesin gerinda dan dua buah mobil. Ketiga pelaku terancam Pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara, sedangkan ke 6 pelaku yang kabur kini dalam pengejaran pihak aparat. (Abdul Haris/Sup)
http://www.indosiar.com/patroli/91773/sindikat-pembobol-atm-tertangkap

Saturday 20 August 2011

7 Perampok Dikepung & Ditembak Polisi, 1 Tewas


Jum'at, 19 Agustus 2011 07:40 wib


PROBOLINGGO
- Tidak ada ampun untuk pelaku kriminal. Polisi terpaksa menembak satu dari tujuh perampok bercadar. Mereka sempat dikepung setelah merampok sebuah toko beras di Probolinggo, Jawa Timur.

Meski seorang perampok tewas, namun enam perampok berhasil kabur dan menggasak harta korban senilai Rp90 juta berbentuk uang tunai dan perhiasan.

Pelaku perampokan, Yanto (30), warga Ranuyoso, Lumajang, tewas setelah berusaha melawan petugas. Timah panas pun terpaksa diarahkan ke tubuh pelaku.

Perampok diperkirakan masuk memalui jendela rumah kemudian menyergap dan mengancam penghuni rumah, Bahran, di Desa Liprak Kulon, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo. Selain Bahran, istrinya, Endang, juga kalungi celurit.

Namun anak korban, Novi, yang tidur di kamar depan lepas dari pengamatan perampok. Dia pun langsung menelepon polisi yang hanya berjarak sekira 200 meter dari rumah.

Saat perampok asyik mengacak isi almari, seketika anggota Polsek Banyu Anyar sudah mengepung.

Kawanan perampok berhasil kabur melalui atap kandang sapi dan seorang terjebak kemudian berhasil dilumpuhkan.

Untuk kepentingan penyedilikan mayat pelaku dibawa ke Rumah Sakit Waluyo Jati untuk diautopsi.

Polisi hingga hari ini masih mengembangkan kasus ini guna mengungkap apakah aksi perampokan tersebut terkait dengan kasus-kasus sebelumnya. Kasus perampokan seperti ini merupakan kali ketiga dalam sebulan terakhir di Probolinggo.

(Hana Purwadi/RCTI/ton)

Perampok Nasabah Bank Ditembak

WATAMPONE– Sebuah aksi perampokan nasabah bank di Kota Watampone berhasil digagalkan polisi, kemarin. Empat perampok ditangkap Tim Buru Sergap Polres Bone sesaat setelah menjalankan aksinya.

Aksi perampokan ini menimpa seorang nasabah Bank BRI Cabang Watampone bernama Suryani. Uang korban sebanyak Rp45 juta berhasil digasak perampok saat dia memarkir sepeda motornya di Jalan Mangga,sekitar 500 meter dari bank. Dalam aksinya, keempat perampok membagi tugas. Seorang perampok bernama Sapri berpura-pura sebagai wartawan masuk ke bank pada pukul 10.30, untuk mengintai korban.

Tiga rekannya menunggu di luar.Pelaku yang bertindak sebagai eksekutor adalah Anwar.Dia beraksi saat calon korban keluar dari bank seusai mengambil uang. Pelaku lalu mengikuti korban ke jalan raya sambil menunggu momen yang tepat menjalankan aksinya. Pelaku mulai beraksi saat korban singgah mengisi pulsa ponsel di Jalan Mangga. Dia mengambil uang di jok motor milik korban yang terparkir.

Setelah berhasil, uang Rp45 juta tersebut langsung diberikan kepada Sapri yang menunggu di dalam mobil. Sementara itu, pelaku lain, Rani dan Surjadi, yang juga berada di dalam mobil, berusaha menghalangi korban. Namun, nahas bagi kawanan perampok ini.Aksi mereka kali ini tidak berjalan lancar.

Rupanya polisi yang berpakaian preman telah mencurigai gerak-gerik mereka saat masih berada di dalam bank. Komplotan ini memang sudah menjadi target polisi karena sebelumnya pernah menjalankan aksi yang sama di Watampone. Polisi menguntit pelaku saat mereka mengikuti korban keluar dari bank. Saat pelaku beraksi di Jalan Mangga, saat itu pula polisi langsung menyergap.

Rani dan Surjadi ditangkap di Jalan Mangga. Sapri dan Anwar ditangkap di Jalan Biru saat berusaha melarikan diri. Sapri bahkan diterjang timah panas di bagian bawah punggungnya karena tidak menghiraukan peringatan polisi. Akibat luka yang diderita, Sapri dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar karena peluru masih bersarang di tubuhnya.

Menurut Wakil Direktur Rumah Sakit Tenriawaru Watampone Andi Aminah Yusuf, proyektil yang bersarang di tubuh korban sulit dikeluarkan. “Kami rujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Nanti di sana pelurunya baru dikeluarkan,”kata dia. Tiga pelaku lain kini ditahan di Polsek Tanete Riattang.

Kasat Reskrim Trihanto Nugroho mengatakan, pelaku adalah jaringan spesial perampok nasabah bank. Kasat Reskrim Polres Bone AKP Trihanto Nugroho mengatakan, keempat pelaku bernama Anwar,35,Suriadi,24,Rani, 26, dan Muhammad Sapri, 30. Saat beraksi, pelaku menggunakan sepeda motor Mio dengan nomor polisi DD 3587 OI dan mobil Avanza perak bernomor polisi DD 777 JO. Barang bukti kendaraan tersebut sudah diamankan di Polsek Tanete Riattang.

Selain kendaraan, uang milik korban Rp2 juta berhasil diamankan anggota Buser. Sisanya belum ditemukan karena perampok diduga membuangnya ke sungai saat dikejar petugas. Di depan polisi, para tersangka mengaku sudah beberapa kali melakukan aksi di Bone.Pada 26 Juli 2011,mereka juga merampok Sunandar, 37, yang baru saja mengambil uang Rp45 juta di Bank BNI Jalan Ahmad Yani, Watampone. Waktu itu,kaca mobil yang diparkir korban dihancurkan pelaku untuk mengambil uang di mobil. Seputar Indonesia-yos naiobe

http://www.makassarterkini.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3044:perampok-nasabah-bank-ditembak&catid=44:info-terkini&Itemid=139

Dua Pelaku Jambret Ditembak Polisi

Tribun Medan - Sabtu, 20 Agustus 2011 12:35 WIB

Laporan Mahyuddin

TRIBUN-MEDAN.com, Makassar - Dua pelaku jambret dibekuk Satuan Unit Khusus Polres Gowa, Sabtu (20/8) dini hari. Ke dua pelaku tersebut dihadiahi proyektil polisi di bagian paha masing-masing.

Mereka adalah Ismail (22) warga Jl Lambengi, Kecamatan Pallangga dan Irham (20) warga Kabupaten Sidrap. Mereka tertangkap tangan di Jl Mesjid Raya, Kelurahan Tinggi Mae, Kecamatan Somba Opu oleh polisi yang sedang berpatroli.

Penangkapan ke dua pelaku berawal ketika Eranawati (18) warga Jl manyyampa, Desa Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa melintas di depan kantor Rumah Jabatan Bupati Kabupaten Gowa. Tiba-tiba ke dua pelaku menyambar korban dan berusaha merebut tas korbannya namun korban dan pelaku terjatuh.

Pihak Kepolisian Polresta Gowa yang sedang berpatroli melihat kejadian tersebut dan mencoba menangkap para pelaku. Namun para pelaku berusaha meloloskan diri. Setelah diberi tiga kali tembakan peringatan, pelaku terus berusaha meloloskan diri sehingga ditembaki di paha masing-masing pelaku.

Pelaku kemudian dilarikan ke rumah sakit Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan intensif pada lukanya. (*)

Editor : Sofyan Akbar
Sumber : Tribun Timur

Oknum Polisi Dilaporkan ke Komnas HAM

Padang Ekspres • Sabtu, 20/08/2011 14:34 WIB • (kd) • 11 klik

Padang, Padek—Gerakan Mahasiswa Dharmasraya (Gemara) melaporkan penembakan oleh aparat kepolisian Polres Dharmasraya terhadap Hendra, 40, warga Jorong Tuo, Nagari Imam Bonjol, Kecamatan Kotabesar, Kabupaten Dharmasraya, ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Sumbar, kemarin (19/8).


Laporan berikut sejumlah bukti tersebut diserahkan empat anggota Gemara, dan diterima Ketua Komnas HAM Sumbar, Ali Ahmad. Bukti-bukti tersebut yakni, kliping koran, dan bukti wawancara istri korban.


“Penembakan itu terindikasi kuat pelanggaran, baik secara prosedural maupun dugaan adanya unsur pidana. Selain itu, sikap sewenang-wenang dan perlakuan tak manusiawi, tidak sesuai dengan ketentuan jaminan perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,” ujar juru bicara Gemara, Mulya Pratama, kepada Padang Ekspres, di Komnas HAM, kemarin (19/8).


Pengakuan keluarga korban sebelumnya, kedatangan anggota polisi tersebut menanyakan keberadaan sepeda motor curian yang diduga dibeli korban. Namun, saat istri korban memperlihatkan surat-surat motor, korban ditembak di bagian paha dan bagian punggung sebelah kanan. Polisi berdalih, penembakan itu dilakukan karena korban akan melarikan diri.


“Penembakan itu banyak kejanggalannya. Kami berharap, Komnas HAM bisa menindaklanjutinya, sesuai kewenangannya. Kasus itu harus segera dituntaskan agar masyarakat bisa tenang. Saat ini masyarakat masih waswas dan kurang senang kalau melihat kehadiran polisi di kampung kami,” jelasnya.


Gemara juga mengecam penembakan tersebut, dan mendesak Polda Sumbar menindak tegas anggotanya bila melanggar hukum.


Diduga Ada Pelanggaran
Ketua Komnas HAM Sumbar, Ali Ahmad mengatakan, setelah mempelajari kasus tersebut sekilas, terindikasi ada pelanggaran HAM karena polisi tidak membawa surat tugas, tidak ada saksi dan tidak membawa surat penyitaan, selain itu dalam kasus ini polisi terlihat main hakim sendiri sehingga mencederai orang lain.


“Indikasi lainnya, petugas melakukan penganiayaan dalam melakukan tugasnya. Polisi terindikasi telah melakukan penganiayaan, dan perlakuan tidak manusia terhadap korban yang telah mereka tembak. Kami akan mempertanyakan dan mendesak Polda Sumbar segera mengusutnya,” ungkap Ali seraya menambahkan, proses hukumnya diserahkan langsung ke Polda Sumbar, namun perjalanan kasus itu tetap akan dipantau Komnas HAM.


Polisi Mendominasi

Dalam catatan Komnas HAM, sejak tahun 2010, terdapat 121 kasus yang diduga melanggar HAM. Separuhnya telah diselesaikan. Sementara, hingga Agustus 2011, baru tercatat 60 kasus yang dilaporkan warga ke Komnas HAM.


“Kasus HAM yang paling banyak dilaporkan berkaitan dengan aparat kepolisian. Sebagian besar laporan menyangkut banyak anggota polisi yang tidak menerima laporan atau mendiamkan laporan warga. Dalam 2010 dan 2011 terjadi Komnas HAM Sumbar mencatat kasus yang melibatkan pelanggaran oleh polisi 41 kasus. Sebanyak 21 kasus di antaranya tidak terbukti, 20 kasus lainnya mengarah atau terindikasi pelanggaran. Untuk menekan kasus itu, kami terus melakukan sosialisasi antarlembaga,” ungkap Ali. Kendati demikian, Ali mengakui, pelanggaran dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan.


Polda Serahkan ke Polres
Dihubungi terpisah, Kabid Humas Polda Sumbar, AKBP Kawedar mengatakan, seluruh proses hukum kasus penembakan itu diserahkan kepada Polres Dharmasraya. Sementara, korban yang telah ditetapkan sebagai tersangka, dalam waktu dekat akan dipanggil dan dimintai keterangan.
“Posisi Polda dalam kasus ini hanya sebagai back-up Polres. Proses hukum telah diserahkan seluruhnya ke Polres setempat,” ujar Kawedar, kemarin (19/8).


Informasi yang dihimpun Padang Ekspres menyebutkan, saat ini korban penembakan, Hendra mulai pulih dan telah bisa berjalan. Kamis (18/8) lalu, korban telah dipanggil aparat Polres Dharmasraya dan juga dihadiri petugas Polda Sumbar. Namun untuk apa korban dipanggil, sampai berita ini diturunkan belum ada informasi yang jelas.


Seperti diberitakan sebelumnya, korban Hendra ditembak polisi karena diduga sebagai penadah motor curian. Ia terkena tembakan di bagian paha dan punggung. Penembakan itu terjadi 8 Agustus 2011 sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Setelah ditembak, korban sempat dilarikan ke RS Sungaidareh. Karena kondisinya kritis, korban akhirnya dilarikan ke RSUP M Djamil Padang. (kd)

http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=11065

Barang Curian ke Banjarmasin

BONTANG – Aksi Indriyanto (28), residivis pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang dihentikan timah panas polisi Minggu (17/8), rupanya masih menyisakan kekhawatiran. Ternyata, dari hasil penyidikan polisi, diduga Indriyanto tak beraksi sendiri. Artinya masih ada kemungkinan kawanannya berkeliaran.

Kasat Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Bontang AKP Yogie Hardiman mengungkapkan, pihaknya pun hingga kemarin masih terus melakukan pengembangan dengan mengorek berbagai informasi dari tersangka.

“Kami masih melakukan penyelidikan lebih dalam lagi. Ini (kemarin, Red) masih kita periksa,” kata Yogie.

Jika dilihat arah motor curian tiap kali ditemukan, polisi menduga hasil curian itu hendak dibawa ke Banjarmasin untuk dijual.

“Kebetulan, tersangka menetap di Banjarmasin. Kemarin, tersangka sempat mengungkapkan mau ke Banjarmasin,” ujarnya.

Dugaan itu semakin kuat lantaran Indriyanto sendiri merupakan spesialis curanmor yang banyak beraksi di Banjarmasin. Apalagi, tersangka sudah pernah masuk penjara dengan kasus serupa.

Tak hanya itu. Mengingat tersangka adalah “pemain” lama, kuat dugaan hasil curanmor lebih banyak lagi.

“Di Balikpapan, Samarinda dan Bontang banyak laporan curnamor. Mayoritas modusnya sama. Makanya masih kami data dulu motor yang hilang. Kemudian kita kembangkan,” kata Yogie.

Dijelaskannya lagi, kuat dugaan tersangka tidak beraksi sendiri. Pasalnya, dalam melakukan pencurian, aksinya tergolong rapi dan hampir tidak menyisakan jejak.

“Biasanya, aksi curanmor identik dengan pengrusakkan. Tapi untuk kasus yang melibatkan Indriyanto, justru mencuri menggunakan kunci motor si pemilik. Bahkan berani masuk ke rumah korbannya. Hal ini kemungkinan tidak dilakukan sendiri,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Minggu (17/8) siang, Indriyanto yang sudah lama menjadi target operasi (TO) polisi atas kasus curanmor ditembak di Samarinda. Ia berusaha kabur saat hendak digerebek aparat Polres Bontang yang bekerjasama dengan Polrestas Samarinda.

Kapolres Bontang AKBP Heri Armanto mengatakan, polisi menyita barang bukti (BB) motor Honda Revo silver KT 2514 DH. Motor itu adalah milik Sri Lestari, warga Jalan S Parman RT 29 no 27 Gunung Telihan yang hilang Minggu (7/8) lalu.

Tak hanya itu, selama 2011 ini saja, sudah tiga motor dia ambil. Namun kuat dugaan masih banyak lagi. Hasil curian yang ketahuan polisi adalah Yamaha Vixion KT 2963 RQ milik Fery Paulan, warga Jalan Damai RT 17, Kanaan.

Motor ini ditemukan Patroli Jalan Raya (PJR) di jalan poros Samrarinda-Balikpapan. Selanjutnya Yamaha Jupiter Z merah KT 5195 RF milik Ismail, warga Jalan Tomat RT 13, yang diambil saat keduanya berada di lokalisasi Prakla.

Tersangka pun juga sudah dua kali keluar masuk penjara. Pada 2007 lalu, tersangka dihukum dua tahun penjara di Banjarmasin dan 2009 dihukum 1,5 tahun di Bontang. Semua kasusnya pun sama.

Akibat perbuatannya, tersangka harus mendekam di penjara untuk ketiga kalinya. Kali ini, ia kembali terancam pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman paling lama 7 tahun. (*/gun/che/kpnn/ha)


http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=109688

Monday 15 August 2011

Ditinggal Kencing, Jagau Ditembak Petugas

Banjarmasinpost.co.id - Senin, 15 Agustus 2011 | 05:21 Wita | Dibaca 314 kali | Komentar

BANJARMASINPOST.CO.ID, KUALAKAPUAS -Ditinggalkan petugas kencing, Yunadi alias Jagau (25) dihadiahi dua butir timah panas di kakinya, Minggu (14/8/2011) dini hari.

Sebabnya, warga Sungaihanyu RT 3, Kecamatan Kapuashulu, Kualakapuas, Kapuas, Kalteng, tersebut mencoba kabur dari mobil anggota Polres Kapuas yang mengangkutnya.

Satu proyeklil bersarang di sekitar tumit kiri dan satu lagi di sekitar betis kanan. Selanjutnya, lelaki itu pun dibawa IGD RSUD Kapuas untuk menjalani operasi.

"Dia terpaksa ditembak karena mencoba kabur dari anggota yang mengawalnya. Ketika itu, anggota sedang buang air kecil dan tersangka sempat meninggalkan mobil, tapi keburu ketahuan," ujar AKP Bronto Budiono, Kasat Reskrim Polres Kapuas.

Lelaki tersebut ditangkap anggota Unit Buru Sergap (buser) Satreskrim Polres Kapuas dalam sebuah penangkapan di rumahnya, Sabtu (13/8/2011).

Sekitar tiga bulan terakhir, Yunadi dicari atas dugaan pembunuhan terhadap Jumadi (20), warga sedesanya.

Peristiwa itu terjadi Mei 2011, di sebuah pesta perkawinan seorang warga Sungaihanyu. Malamnya, digelar hiburan berupa organ tunggal.

Dugaan sementara, terjadi perselisihan saat hiburan itu berlangsung yang berujung duel. Selanjutnya, pelaku menusukkan pisau dan mengenai sekitar pinggang lawan. Jumadi tewas di tempat kejadian.

Kepada petugas, Yunadi mengaku perbuatannya dilakukan karena takut keduluan dibunuh oleh korban yang saat itu juga membawa senjata tajam.

Dalih pelaku, korban merupakan adik dari seorang pemuda yang pada 2006 pernah ditusuknya.

"Daripada dibunuh, lebih baik saya yang melakukannya duluan," kata Yunadi menjawab BPost.

Kasat Reskrim menyebut, tersangka memiliki beberapa kasus penganiayaan. Selain pada 2006 dan 2011, pada 2008 juga ada kasus serupa. Namun tidak diproses secara hukum karena diselesaikan secara kekeluargaan.

Selama ini, polisi terus melakukan pengejaran terhadap Yunadi yang disebutkan sempat bersembunyi hingga ke Kualakurun setelah kasus pembunuhan Jumadi.

"Hancur hidup saya kalau begini," kata Yunadi sambil meringis saat mendapat perawatan tim medis RSUD Kapuas.
(ami/bpost online)

http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/1970/1/1/94804/Ditinggal-Kencing-Jagau-Ditembak-Petugas

Curi Emas di Rumah Polisi, Tersungkur Dibedil

Senin, 15 Agustus 2011 - 15:13 WIB

SERANG (Pos Kota) – Tak punya uang buat lebaran di kampung, Nurul Jakaria Lutfiari, 24, nekad curi perhiasan milik anak majikannya di Komplek Taman Kristan Blok J/01, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.

Tersangka berhasil diringkus Tim Khusus Anti Bandit (Tekab) Polres Serang saat nunggu bus di Terminal Pakupatan, Kota Serang mau pulang kampung, Minggu (14/8) sekitar pukul 23:00.

Pria asal Jombang, Jawa Timur ini ditembak karena melakukan perlawanan saat disergap.

Kasat Reskrim Polres Serang, AKP Doni Hadi Santoso mengatakan tersangka dilaporkan telah melakukan pencurian perhiasan di rumah Weber, anggota Polda Banten, di Komplek Taman Krisan. Peristiwa pencurian terjadi pada Sabtu (24/7) saat korban dan dr Sylviana, isterinya sedang pergi ke Jakarta.

“Perhiasan cincin dan gelang senilai Rp 10 juta dari dalam lemari dibawa pelaku,” ujar AKP Doni, Senin (15/8).

Dari keterangan korban, sehari sebelum terjadi aksi pencurian, tersangka di ketahui menginap di rumah korban. Antara korban dengan tersangka sudah saling kenal karena tersangka juga bekerja di GSC cafe milik pejabat Polda Banten, AKBP Jasmarni, orang tua korban.

Kecurigaan makin menguat karena tersangka tidak lagi tinggal di mess GSC cafe. Setelah dilakukan penyelidikan ternyata tersangka diketahui berada di Terminal Pakupatan.

Sadar dirinya sedang diintai petugas, tersangka yang akan pulang kampung ini berusaha kabur. Melihat buronannya melarikan diri, polisipun langsung mengejar sambil membuat tembakan peringatan.

Karena tembakan peringatan tak digubris, tersangkapun akhirnya ditembak. Residivis yang baru 3 bulan bebas dari LP Tangerang tersungkur setelah betis kanannya diterjang timah panas.

Ditemui di ruang reskrin Unit Jatanras, tersangka mengakui telah mencuri perhiasan dan uang tunai di rumah anak majikannya di Komplek Taman Krisan. Perhiasan gelang dan cincin emas dikatakan sudah dijual kepada seseorang yang ditemui di Pasar Ciruas seharga Rp 3 juta.

“Rencananya saya mau pulang kampung mau lebaran. Tapi sudah ketangkep duluan,” kata tersangka. (haryono/dms)


http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/08/15/curi-emas-di-rumah-polisi-tersungkur-dibedil

Polisi Tembak Dua Perampok Bersenjata Api

Tribunnews.com - Senin, 15 Agustus 2011 15:58 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petugas satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Barat berhasil membekuk kawanan perampok bersenjata api yang berjumlah enam orang. Dua orang diantaranya terpaksa ditembak karena berusaha kabur saat hendak ditangkap.

Seperti dikutip dari Humas Polda Metro Jaya, keenam tersangka perampokan tersebut yakni YUS, EMN, UJG, EK,JND dan ATN. Komplotan yang dipimpin YUS ini dalam setiap aksinya selalu menggunakan senjata api dan senjata tajam. Bahkan, komplotan ini tak segan-segan memuntahkan timah panas ke siapa saja yang coba menghadang aksi mereka.

"Kita tangkap YUS bersama anak buahnya EMN di Tangerang pada 13 Agustus 2011 kemarin. Keduanya terpaksa kami tembak karena berusaha melarikan diri," ujar Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Setija Junianta, Senin (15/8/2011).

Setelah penangkapan YUS dan EMN, petugas selanjutnya berhasil membekuk empat anak buah YUS yaitu UJG, EK,JND dan ATN yang ditangkap di dua tempat yakni di Kembangan Jakarta Barat dan Pondok Kelapa Jakarta Timur.

Dari pengakuan tersangka, YUS dan komplotannya mengaku sudah puluhan kalimerampok menggunakan senjata api dan senjata tajam. Komplotan ini tidak hanya beraksi di Jakarta Barat, tetapi juga merampok di Tangerang dan Jakarta Utara.

"Yang paling menonjol ketika mereka beraksi sambil mengumbar tembakan di Jelambar dan Cengkareng. Di Jelambar, dua orang warga tersungkur ditembak pelaku," terang Setija.

Menurut Setija, perempuan berpenampilan menarik sambil menenteng tas dan nasabah yang baru keluar dari bank menjadi incaran utama pelaku. Kelompok ini pun selalu berbagi tugas, ada yang mengamati dan ada yang menjadi eksekutor di lapangan. Dengan cara memepet korban, para tersangka selanjutnya merampas barang sambil menodongkan senjata api atau senjata tajam.

Kini keenam tersangka mendekam di sel tahanan Polres Metro Jakarta Barat untuk proses penyidikan lebih lanjut. Mereka akan dijerat dengan pasal 365 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.


Penulis: Danang Setiaji Prabowo | Editor: Johnson Simanjuntak
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

http://www.tribunnews.com/2011/08/15/polisi-tembak-dua-perampok-bersenjata-api

Friday 12 August 2011

Akbar dan Maman Sudah jadi Buron Polisi Sejak 2010

Tribun Timur - Jumat, 12 Agustus 2011 10:29 WITA


MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Sepak terjang Akbar Mahendra (23) mahasiswa semester sembilan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik (Fisipol) Unhas, berakhir di tangan polisi. Ia ditembak di areal kampus Unhas Tamalanrea, setelah berusaha mencuri sepeda motor milik rekannya di area parkir Fakultas Hukum Unhas, Jumat (12/8/2011).

Ia nyaris diamuk mahasiswa yang memergoki aksinya. Beruntung polisi segera datang ke lokasi kejadian tak lama kemudian. Namun bukannya menyerah, Akbar dan rekannya, Sulaiman alias Maman, berusaha kabur. Ia pun langsung diberondong peluru.

Kejahatan Akbar dan Maman ternyata tidak sampai di situ. Hasil interogasi polisi sementara menyebutkan, kedua orang ini mengincar laptop yang tersimpan di dalam laptop mobil Suzuki APV yang juga sedang terparkir di area parkir Fakultas Hukum Unhas.

"Sebenarnya, pelaku sudah menjadi incaran polisi sejak 2010 lalu, bahkan pelaku masuk dalam deretan daftar pencarian orang atau DPO. Karena kami tak ingin kehilangan jejak, makanya kami mengambil langkah dengan melumpuhkan pelaku," ujar Surono.

Selain meringkus pelaku, polisi juga berhasil mengamankan satu unit motor Ninja RR, hasil curiannya di kampus Unhas Makassar siang tadi.

Kepala unit reserse dan kriminal Polsekta Tamalanrea, Iptu Ahmad Rusma membenarkan pihaknya berhasil meringkus dua gembong ranmor yang selama ini jadi incaran polisi.

"Semoga dengan tertangkapnya dua pelaku ranmor lintas kampus ini, semakin memudahkan polisi untuk mengungkap para kaki tangan pelaku," ujar Ahmad Rusma.(*/tribun-timur.com)

Penulis : Nashrudin
Editor : Muh. Irham

http://makassar.tribunnews.com/2011/08/12/akbar-dan-maman-sudah-jadi-buron-polisi-sejak-2010

Polisi Disertir Nembak Warga, Akhirnya Ditembak Pula

Jumat, 12 Agustus 2011 21:34 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Utara (Sumut), Inspektur Jenderal Polisi Wisjnu Amat Sastro, memastikan Brigadir Polisi EP akan dipecat dari kedinasan karena terlibat perampokan dan pembunuhan karyawati Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Wahyuni Simangunsong.

"Pasti (dipecat) itu," katanya usai buka puasa bersama dengan unsur Muspida Sumatera Utara di Medan, Jumat (12/8) malam.

Kapolda mengatakan, Brigadir EP pernah melakukan kejahatan sebelumnya ketika masih bertugas di Polsek Kutalimbaru. Namun sayangnya, Brigadir EP tidak diajukan ke sidang kode etik untuk mempertangungjawabkan perbuatannya sesuai aturan institusi Polri. "Sidang kode etik ini yang tidak pernah dilakukan. Ini yang akan kita cek kenapa tidak pernah dilakukan," katanya.

Padahal tingkat pengawasan secara internal terhadap personil kepolisian selalu ditekankan.

Menurut catatan, Wahyuni Simangunsong dilaporkan hilang pada 1 Agustus 2011 dan ditemukan telah tewas di bawah jembatan Bintongar Tele, Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Samosir.

Setelah melakukan penyelidikan, tim Satuan Reskrim Polresta Medan menangkap empat orang pelaku yakni RH, SRM alias EMB, EV, dan Brigadir EP yang merupakan personil polisi yang disersi di kawasan Medan Marelan. EP ditangkap Jumat dinihari sekitar pukul 05.00 WIB karena diduga kuat terlibat dalam penculikan dan pembunuhan Wahyuni Simangunsong.

Dalam penangkapan itu, petugas menembak EP karena berupaya melarikan diri ketika akan ditangkap tim Satuan Reskrim Polresta Medan. Kini ia harus mendapatkan perawatan di RS Brimob Jalan Sei Wampu Medan.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/11/08/12/lptkhs-polisi-disertir-nembak-warga-akhirnya-ditembak-pula